22 4-6 hari sejak dilakukan inokulasi. Keberhasilan pertumbuhan miselia jamur dapat
diketahui sejak dua minggu setelah inkubasi.
11. Penumbuhan
Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur sudah siap untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka plastik
media tumbuh yang sudah penuh miselia. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka akan tumbuh bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan
tumbuh optimal selama 2-3 hari. Kondisi suhu optimal dalam proses pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 16º-22º Celcius dengan kelembaban 80-90 persen.
12. Pemanenan
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat optimal, yaitu cukup besar tetapi belum mekar penuh. Pemanena dilakukan lima hari
setelah bakal buah tumbuh. Ukuran jamur yang sudah siap dipanen adalah dengan diameter 5-10 cm.
2.3 Analisis Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Ruillah 2006, mengenai Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih, kasus Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung, jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa elastisitas produksi yang terbesar adalah bibit yaitu sebesar 0,22 persen. Adapun variable dummy
adalah lahan dan luas kumbung yang tidak berpengaruh terhadap luas produksi, tetapi lebih di tentukan oleh jumlah log jamur yang diproduksi oleh petani.
Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya RC rasio diketahui bahwa RC atas biaya tunai petani pada skala III lebih besar dibandingkan dengan skala I
dan II yaitu sebesar 3,75. Hal ini berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani skala III akan memberikan penerimaan sebesar Rp 3,75 sehingga usahatani
jamur tiram putih yang lebih efisien terletak pada skala III. Maharani 2007, meneliti usahatani dan tataniaga jamur tiram putih
dengan menggunakan metode pengolahan data secara kualitatif, yang dilakukan dengan mendeskripsikan keragaan usahatani jamur tiram dan fungsi lembaga
tataniaga yang terlibat dalam pemasaran jamur tiram. Adapun analisis kualitatif yang
dilakukan yaitu
melalukan pendekatan
dengan mengggunakan
SCP structure, conduct, ferformance. Selain dengan menggunakan metode
23 pengolahan data secara kualitatif, Maharani juga melakukan pengolahan data
dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan melihat tingkat efisiensi usahatani jamur tiram melalui analisis pendapatan dan analisis fungsi produksi.
Selain itu, untuk melihat efisiensi tataniaga jamur tiram dilakukan analisis margin tataniaga dan
farmer’s share. Hasil analisis secara kualitatif diperoleh bahwa dalam keragaan usahatani jamur tiram skala usaha dapat dikelompokkan kedalam
tiga skala, yaitu skala kecil 10.000 log, skala menengah 10.000 – 24.000 log,
dan skala besar 24.000 log. Untuk analisis faktor produksi disimpulkan bahwa ketujuh faktor produksi dalam usaha jamur tiram berpengaruh secara nyata dalam
menentukan hasil panen jamur. Tujuh faktor tersebut adalah bibit jamur, serbuk kayu, bekatul, kapur, minyak tanah, kapas, dan tenaga kerja. Analisis tataniga
dalam penelitian ini teradapat lima saluran tataniaga diwilayah bandung. Saluran tersebut adalah 1 produsen
pengumpul pengecer
konsumen, 2 produsen
bandar pengumpul penumpul
pedagang menengah pengecer
konsumen, 3 produsen pengumpul
pedagang besar pengecer
konsumen, 4 produsen pengumpul
pedagang menengah pengecer
konsumen, dan 5 tidak terdefinisi oleh peneliti. Hasil yang diperoleh dari analisis saluran tataniaga bahwa dari kelima saluran tersebut tidak
ada yang efisien. Hal ini dikarenakn keuntungan yang diperoleh petani hampir sama, bahkan lebih kecil dari keuntungan yang diterima oleh lembaga tataniaga.
Karyadi D 2008 melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Usaha Domba Rakyat, kasus Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Dengan menggunakan Matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSP Matriks QSP, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari manajemen usaha ternak
domba rakyat yang ada di Cigudeg, menganilisis kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan untuk kemudian merumuskan alternatif pengembangan usaha
yang cocok untuk usaha ternak domba rakyat didesa Cigudeg. Berdasarkan matriks IE, diketahui bahwa perusahaan berada pada kuadran V atau pada posisi
jaga dan pertahankan. Strategi yang tepat adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan pembobotan nilai STAS, strategi utama yang
harus dijalankan perusahaan adalah strategi perbaikan manajemen untuk menghadapi pesaing.
24 Wisandhini 2008 melakukan penelitian mengenai Analisis strategi
pengembangan usaha jamur tiram putih pada perusahaan Tegal Waru Bogor. Dalam penelitianannya, Wisandhini berupaya untuk menganalisis faktor internal
kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal peluang dan ancaman yang pada akhirnya akan melahirkan rumusan strategi untuk dapat dijadikan alternatif
pemilihan strategi bagi perusahaan Tegal Waru dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Berdasarkan hasil dari Matriks IE, diketahui bahwa perusahaan berada
pada kuadran II atau pada posisi tumbuh dan kembangkan. Strategi yang tepat untuk digunakan adalah strategi intensif dan integratif. Strategi utama berdasarkan
STAS yang tertinggi yakni strategi mengoptimalkan produktifitas. Sitepu, Julianto 2010 menganalisis pendapatan usahatani dan saluran
pemasaran jamur tiram putih di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Dalam penelitiannya, diperoleh data bahwa produksi rata-rata jamur tiram putih yang
dihasilkan responden adalah sebanyak 4.645 kg dengan penggunaan log rata-rata 0.41 log. Harga rata-rata jamur tiram putih yang dijual jamur tiram putih yang
dijual adalah Rp. 8000 per kg, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh oleh petani responden di daerah penelitian selama satu periode adalah sebesar
Rp 37.162.286. Berdasarkan proses budidaya yang dilakukan petani responden, dalam proses produksi yang dilakukan masih menggunakan teknologi drum atau
tidak menggunakan teknologi autoclave, dengan penggunaan log rata-rata 12.571 log. Berdasarkan analisis pendapatan, maka diperoleh imbangan dan biaya
RC rasio total sebesar 1,57 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,57. sedangkan RC
rasio untuk biaya tunai adalah sebesar 1,84 yang artinya untuk setiap biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,84. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa usahatani jamur tiram tersebut menguntungkan karena RC rasio lebih dari satu dan layak untuk dikembangkan. Untuk analisis
saluran pemasaran, diketahui bahwa di Kecamatan Tamansari terdapat dua bentuk pola pemasaran jamur tiram putih. Pola pemasaran I, petani menjual ke supplier,
kemudian supplier menjual jamur tersebut ke pedagang pengecer dan pedagang pengecer menjual lagi ke konsumen akhir. Sedangkan untuk pola saluran II, petani
menjual produknya kepada supplier dan supplier memasarkan langsung ke
25 konsumen. Dilihat dari nilai rasio dan keuntungan dan biaya pemasaran yang
diperoleh petani, maka dapat disimpulkan bahwa pola pemasaran yang ada di Kecamatan Tamansari sudah efisien karena nilai rasio keuntungan dan biaya
tataniaga diperoleh lebih besar dari satu. Nilai rasio keuntungan dan biaya pola saluran I sebesar 7,22 dan pada pola saluran II sebesar 8,30.
Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada konsep dan produk atau objek yang digunakan. Persamaan dengan
penelitian ketiga dan penelitian keempat terletak pada konsep yang digunakan yaitu merumuskan strategi dalam upaya mengembangkan kegiatan bisnis suatu
unit usaha, sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Pada penelitan pertama, kedua, keempat dan kelima terdapat persamaan objek yang
diteliti dalam hal ini adalah jamur tiram putih, sedangkan perbedaannya terletak pada konsep yang digunakan untuk menganalisis jamur. Penelitian keempat
merupakan penelitian yang mempunyai kesamaan terbanyak dibandingkan penelitian yang lain dengan penelitian ini, kesamaan yang ada berupa objek yang
diteliti yaitu jamur tiram putih dan metode serta alat analisis yang digunakan. Perbedaan penelitian keempat dengan penelitian ini terletak pada alternalif pilihan
strategi yang dihasilkan. Jika pada penelitian keempat, strategi yang dihasilkan diarahkan untuk pengembangan usaha atau bisnis jamur tiram putih, akan tetapi
jika pada penelitian ini, strategi yang nantinya dihasilkan diarahkan hanya untuk pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih. Kelebihan dari
penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya seperti terlihat pada Tabel 10 bahwa selama ini orang lebih sering melakukan
penelitian tentang pemasaran jamur tiram putih saja tetapi utuk melakukan penelitian terhadap perumusan strategi pengembangan usaha bibit dan media
tanam jamur tiram putih masih sangat jarang.
26
Tabel 10. Penelitan Terdahulu
No Nama
Penulis Tahun
Judul Metode Alat Analisis
1. Ruillah
2006 Analisis Usahatani Jamur Tiram
Putih Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bandung, jawa Barat.
Analisis Pendapatan RC Rasio, Fungsi
Produksi
2. Diah
Maharani 2007
Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur Tiram Putih
Studi Kasus : Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat Analisis Efisiensi,
Pendapatan, Fungsi Produksi Cobb-
Douglass dan Anlisis
Farmer’s Share 3.
Didik Karyadi
2008 Strategi Pengembangan Usaha
Domba Rakyat Kasus : Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat Matriks IFE dan EFE,
Matriks IE, SWOT Matriks dan QSPM
4. Yesica
Wisandhini 2008
Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih pada
Perusahaan Jamur Tegal Waru Bogor
Matriks IFE dan EFE, Matriks IE, SWOT
Matriks dan QSPM
5. Julianto
Sitepu 2010
Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Jamur
Tiram Putih di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
Analisis Pendapatan Usahatani, Analisis
Efisiensi saluran Pemasaran
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis