Perumusan Masalah Analisis strategi pengembangan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih pada "Kelompok Wanita Tani Hanjuang" di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor

9 tanam jamur tiram putih. Usaha ini terletak di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang mulai melakukan kegiatan usaha ini sejak tahun 1997. Saat ini KWT Hanjuang dihadapkan pada beberapa permasalahan internal dan persaingan yang semakin kompetitif. Oleh karena itu untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan usahanya, diperlukan penyusunan rencana dan strategi usaha yang handal dan efektif dalam mempertahankan pasar yang ada selama ini maupun meraih pasar baru yang menjadi peluang bagi perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Potensi dan peluang perkembangan pertanian pada subsektor hortikultura khususnya pada komoditas jamur tiram p u tih memiliki prospek yang baik dan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Dengan kemajuan perekonomian, pendidikan, peningkatan pendapatan dan kesadaran masyarakat untuk kesehatan dan lingkungan menyebabkan permintaan akan komoditas jamur tiram putih semakin meningkat yang pada akhirnya juga akan memberikan pengaruh positif terhadap permintaan pasokan bibit dan media tanam jamur tiram putih yang semakin menarik perhatian sebagaian besar masayarakat untuk mulai diusahakan. Kelompok Usaha KWT Hanjuang berdiri pada tanggal 12 juli 1985 berdasarkan ide dari seorang wanita bernama Hj. Endjah yang prihatin terhadap para ibu dan remaja perempuan yang putus sekolah di Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada awalnya, kegitan usaha yang dilakukan oleh KWT Hanjuang adalah pemanfaatan lahan pekarangan seluas 1.000 m 2 yang terletak di Desa Tamansari untuk penanaman sayuran dan tanaman obat-obatan. Salah satu jenis tanaman yang diusahakan adalah singkong. Hal ini bertujuan untuk menggalakkan singkong sebagai bahan panganan alternatif non-beras. Pada Tahun 1997 usaha jamur tiram putih dimulai dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang dimiliki oleh Hj. Endjah seluas 1.000 m 2 . Pada tahun 2004 Ibu Endjah mendapatkan penghargaan atas kerja kerasnya dalam membudidayakan jamur tiram putih dari sebuah lambaga bantuan independen yang berpusat di Belanda. KWT Hanjuang memperoleh bantuan modal yang digunakan untuk membangun kumbung baru dalam rangka 10 peningkatan produksi jamur. Selain itu, KWT Hanjuang ini juga memperoleh bantuan berupa autoclave dan pembuatan laboratorium beserta peralatan yang dibutuhkan. Pada tahun yang sama, Hj. Endjah berangkat ke Belanda, Belgia, dan Jerman melalui fasilitas PUM dengan tujuan untuk membandingkan usaha jamur di Eropa, khususnya Belanda yang terkenal sebagai salah satu Negara penghasil dan pemasok jamur di kawasan Eropa. Hj. Endjah juga mengikuti pelatihan budidaya jamur disana melalui rekomendasi dari PUM. Pada tahun 2005, KWT Hanjuang kemudian mengembangkan usahanya dengan menjalankan pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih sebagai usaha utamanya. Hal ini dilakukan karena pada saat itu masih minimnya perusahaan atau organisasi yang menjual bibit jamur tiram putih sedangkan permintaan akan bibit sangat tinggi. Selain itu juga didukung dengan adanya pengetahuan tentang pembibitan, sarana, serta prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan pembibitan jamur tiram putih. Sejak awal dijadikannya pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih sebagai kegiatan utama usahanya, perusahaan telah mengalami pasang surut produksi dan mampu bertahan dari munculnya para pengusaha dan petani baru yang bergerak dalam usaha yang sama. Dalam perkembangan usahanya, KWT Hanjuang telah memiliki pelanggan bibit dan media tanam jamur tiram putih. Pelanggan KWT Hanjuang dalam penjualan bibit produksi F2 jamur tiram putih kebanyakan datang dari para pengusaha serta petani jamur skala kecil dan menengah yang terampil dalam membuat media jamur sendiri. Para petani tersebut berasal dari sekitar wilayah Bogor, meliputi Ciapus, Gunung Bunder, Ciampea, Leuwiliang, serta dari Cigombong Tabel 8. Dalam menjalankan usahanya, KWT Hanjuang belum bisa memenuhi seluruh permintaan dan kebutuhan bibit dari mitra bisnisnya setiap bulannya. Total kebutuhan bibit produksi F2 para mitra bisnis dan petani tersebut sebanyak 2.230 log perbulan. Kebutuhan tersebut baru dapat terpenuhi sekitar 2.046 log perbulan dari total sekitar 2.407 log yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan 15 persen dari total bibit yang dihasilkan digunakan untuk budidaya Jamur tiram putih yang dilakukan KWT Hanjuang sendiri. 11 Tabel 8. Permintaan Bibit Produksi F2 Jamur Tiram Putih pada KWT Hanjuang Sumber: KWT Hanjuang 2010 Kebutuhan akan bibit dan media tanam yang terus meningkat mengakibatkan jumlah pelanggan semakin meningkat, namun peningkatan permintaan ini belum bisa diantisipasi oleh KWT Hanjuang. Disamping itu, masih adanya jabatan rangkap dimana pemimpin hanya dibantu oleh seseorang yang bertugas dalam bagian produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran serta dua orang tenaga kerja operasional merupakan salah satu kendala perusahaan dalam berkonsentrasi pada beberapa tanggung jawab dan wewenang merupakan masalah yang dihadapi oleh KWT Hanjuang dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Faktor lain seperti Kondisi persaingan pasar yang semakin kompetitif serta ketidakstabilan politik dan ekonomi juga memberikan pengaruh bagi KWT Hanjuang dalam upaya pengembangan kegiatan usahanya. Untuk mengatasi masalah tersebut, KWT Hanjuang harus dapat merumuskan strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan agar mampu mengembangkan usahanya. Perumusan strategi tersebut dapat dilakukan dengan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan lingkungan internal perusahan dan mengidentifikasi peluang serta No Nama Alamat Kapsitas Kumbung baglog Kebutuhan Bibit Produksi F2 per bulan 1 Cucu Komalasari Kp.Sukamanah, Ciapus 15.000 220 2 Ahmad Kp.Sukamanah, Ciapus 10.000 160 3 Lesti Kurniasih Kp.Sukamanah, Ciapus 5.000 70 4 Nina Kp.Sukamanah, Ciapus 5.000 70 5 Somantri Kp.Pabuaran Tamansari 5.000 70 6 Kelompok Tani Jamur Kp.Lemha Duhur Gunung Bunder, Ciampea 37.000 450 7 Kelompok Tani Jamur Kp.Masjid Gunung Bunder, Ciampe 41.000 510 8 Epung Kp.Sukamantri, Tamansari 5.000 70 9 Lia Cigombong, Bogor 24.000 450 10 Udin Leuwiliang 10.000 160 11 Kebutuhan KWT Hanjuang Desa Tamansari 17.000 360 Jumlah 2.590 12 ancaman yang datang dari eksternal perusahaan. Faktor-faktor internal dan eksternal tersebut selanjutnya dapat dikombinasikan untuk menghasilkan beberapa strategi yang dijadikan pilihan atau alternatif strategi untuk dapat dijalankan perusahaan dalam upaya mengatasi berbagai masalah yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor lingkungan internal apa yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan bagi KWT Hanjuang ? 2. Faktor-faktor lingkungan eksternal apa yang dapat menjadi peluang dan ancaman bagi KWT Hanjaung ? 3. Apa rekomendasi alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh KWT Hanjuang dalam mengembangkan usaha bibit dan media tanam jamur tiram putih ?

1.3 Tujuan Penelitian