69 lima persen dari laba bersihnya untuk pembinaan usaha kecil. Saat ini, bank
pemerintah dan bank swasta mengalokasikan 20 persen dari dana kreditnya dengan tingkat bunga sebesar 15
–19 persen per tahun dengan agunan proyek yang dibiayai dengan kredit tersebut.
Program KUR yang sudah mulai dijalankan sejak 2008 dengan dikeluarkannya Inpres No.62007 tentang kebijakan untuk mempercepat
pengembangan sektor-sektor usaha masyarakat dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesbilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga
keungan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus
untuk unit usaha melalui program penjaminan kredit perseorangan, kelompok atau koperasi. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR ini berkisar antara Rp.5 juta
sampai Rp.500 juta yang dikenakan bunga 12-16 persen. Adanya kebijakan pemerintah dalam hal pemberian kredit tersebut, menjadi peluang bagi perusahaan
jamur termasuk didalamnya KWT Hanjuang sebagai penyedia bibit dan media tanam jamur tiram putih untuk mengembangkan usahanya.
4. Faktor Teknologi
Faktor Teknologi memiliki peran penting dalam proses produksi jamur, dimana perannya dapat meningkatkan produksi serta mutu jamur. Perkembangan
teknologi memberikan peluang yang besar bagi perkembangan suatu perusahaan. Pada saat ini kemajuan teknologi begitu pesat seiring dengan perkembangan
zaman. Dalam prakteknya, perkembangan teknologi harus disesuaikan dengan proses produksi, proses pemasaran dan keinginan pasar. Pengamatan terhadap
lingkungan diperlukan untuk menentukan perubahan teknologi apa yang memiliki dampak terhadap produk yang dihasilkan. Perubahan teknologi pada umumnya
mengarah pada biaya produksi dan harga jual yang rendah, kualitas produk yang meningkat, waktu produksi yang cepat dan efisien serta pelayan yang lebih cepat.
Perkembangan teknologi menurut Deptan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2004-2009, maka program riset dan
teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas yaitu: 1 pembangunan ketahanan pangan; 2 penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan
terbarukan; 3 pengembangan teknologi dan manajemen transportasi; 4
70 pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; 5 pengembangan teknologi
pertahanan; dan 6 pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan. Jamur memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi, sehingga
jamur dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pendukung terwujudnya kecukupan pangan. Menurut FAO, jamur segar mengandung protein nabati lebih
besar dibandingkan dengan sayuran lainnya. Jamur yang tercakup antara lain adalah jamur tiram, mengandung kadar protein sebesar 7,7 persen dan karbohidrat
73,6 persen. Sebagai bahan makanan, nilai protein tersebut cukup baik untuk menunjang kebutuhan tubuh terhadap zat pembangun. Jamur terbukti tidak
membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan Badan POM, 2005 dalam Deptan, 2006, sehingga pengembangan jamur dapat diarahkan untuk pencegahan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk mempermudah dan mempercepat pengembangan industri jamur
maka sangat diperlukan adanya pengumpulan database untuk pemetaan zonasi dan jenis jamur di Indonesia. Dengan melakukan pendataan jamur, maka akan
ditemukan penyebaran jenis jamur yang luas di Indonesia yang kemudian akan diarahkan untuk pengembangan jamur yang ada di Indonesia. Ditinjau dari segi
standarisasi kualitas, produk perlu memiliki standarisasi kualitas yang mengacu kepada berbagai referensi yang relevan, baik untuk yang belum terolah maupun
hasil pengolahan, dalam rangka jaminan kualitas produk bagi konsumen serta mempertahankan daya saing perdagangan terhadap produk sejenis dari negara-
negara lain. Jamur terutama yang termasuk dalam kategori golongan jamur pangan, sebagaimana jenis hortikultura lainnya setelah dipanen akan cepat sekali
mengalami perubahan-perubahan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Perubahan-perubahan tersebut meliputi pelayuan, pematangan,
pencoklatan, pelunakan, penyusutan, serta perubahan tekstur, aroma, dan rasa. Karena alasan tersebut, komoditi ini digolongkan ke dalam kelompok komoditi
yang rapuh dan sangat mudah rusak perishable commodities dan diperlukan teknologi pasca panen jamur, pengawetan serta pengolahannya. Pengembangan
budidaya jamur ini perlu didukung oleh beberapa instansi terkait maupun kegiatan lain seperti:
71 1.
Meningkatkan kerjasama dan koordinasi instansi pemerintah untuk merencanakan pengembangan komoditas jamur secara terpadu dan
pemasyarakatan komoditas jamur sebagai bahan pangan 2.
Kerjasama antar Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Instansi terkait lainnya untuk transfer teknologi dan
menyebarluaskan hasil-hasil penelitian di bidang teknologi produksi jamur sehingga petani mampu mengembangkan di daerah masing-masing.
3. Diperlukan penumbuhan minat pengusaha di bidang produksi benih dan bibit
jamur sehingga petani akan mendapatkan benih dan bibit jamur secara mudah dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik.
Salah satu proses produksi yang penting untuk menjamin keberhasilan panen adalah pada proses sterilisasi. Teknologi yang digunakan untuk proses
sterilisasi pada perusahaan jamur, pada umumnya masih menggunakan drum- drum yang dipanaskan. Perkembangan teknologi dalam proses sterilisasi pun
memberikan pengaruh bagi perusahaan. Teknologi yang lebih baik untuk proses sterilisasi telah ditemukan, akan tetapi harganya relatif mahal. Salah satu alat
sterilisasi yang teknologinya sudah cukup baik dan harganya relatif lebih murah adalah autoklaf. Dengan adanya autoclave dapat meningkatkan produksi serta
menghemat bahan bakar. Berdasarkan data di atas maka didapatkan hal yang merupakan peluang bagi industri jamur untuk berkembang terdapat pada salah
satu poin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN dari Departemen Pertanian DEPTAN yaitu Industri jamur diarahkan untuk ketahanan
pangan dan pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan serta alat sterilisasi autoclave.
5. Faktor Ekologi