Sejarah dan Perkembangan KWT Hanjuang

V GAMBARAN UMUM KELOMPOK WANITA TANI HANJUANG

5.1 Sejarah dan Perkembangan KWT Hanjuang

KWT Hanjuang didirikan pada tanggal 12 juli 1985 berdasarkan ide dari seorang wanita yang bernama Hj. Endjah Hodijah yang prihatin terhadap ibu dan remaja yang putus sekolah di Desa Tamansari. Mereka tidak dapat memanfaatkan waktu luang yang dimilikinya karena tidak memilki keterampilan, sehingga Ibu Endjah menghimpun mereka dalam suatu wadah organisasi yang bernama KWT Hanjuang. Hanjuang diambil dari nama sebuah tanaman yang dapat tumbuh dimana saja, berbatang lurus keatas dan tidak bercabang. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi filosofi perusahaan dalam menjalankan usahanya, yaitu dapat tumbuh dimana saja dan berdiri tegak lurus mencapai sasarannya. Visi KWT Hanjuang adalah desa Tamansari dapat berusaha secara mandiri dan Misinya adalah Wanita-wanita desa Tamansari dapat berusaha sampai berhasil. Adapun pendirian dari KWT Hanjuang ini bertujuan: 1. Meningkatkan keterampilan wanita pedesaan 2. Membantu penghasilan suami 3. Menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang pertanian Kelompok Wanita Tani Hanjuang pada awalnya memliki kegiatan berupa pemanfaatan lahan pekarangan seluas 1.000 m 2 yang terletak di Desa Tamansari untuk penanaman sayuran dan tanaman obat-obatan. Salah satu jenis tanaman yang diusahakan adalah singkong. Hal ini bertujuan untuk menggalakkan singkong sebagai bahan panganan non-beras. Pada tahun 1990 KWT Hanjuang berhasil mendapatkan penghargaan dari Food and Agriculture Organisation FAO di Bangkok, Thailand dalam acara peringatan The Occacion of The 10 th World Day Observance of The FAO Regional Office for Asia and Pasific. Pada tahun 1992 KWT Hanjuang mendapat penghargaan sebagi KWT terbaik Tingkat Nasional pertama dari menteri pertanian Ir. Wardjojo. KWT Hanjuang juga mendapatkan penghargaan dari Presiden Republik Indonesia, Soeharto atas prestasinya dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Ibu Endjah juga memiliki ide untuk merintis program penghijauan di Desa Tamansari, Kampung Loa, Desa Ciomas, Sukajaya dan Sukajadi. Empat tahun program ini berjalan 60 menjadikan KWT Hanjuang terpilih sebagai juara kedua dalam lomba Penghijauan Kebun Bibit Desa Swadaya. Pada Tahun 1997 usaha jamur tiram putih dimulai dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah yang dimiliki oleh Ibu Endjah seluas 1.000 m 2 . Pada tahun 2004 Ibu Endjah mendapatkan penghargaan atas kerja kerasnya dalam membudidayakan jamur tiram putih dari sebuah lambaga bantuan independen PUM yang berpusat di Belanda. KWT Hanjuang memperoleh bantuan modal yang digunakan untuk membangun kumbung baru dalam rangka peningkatan produksi jamur. Selain itu, KWT Hanjuang ini juga memperoleh bantuan berupa autoclave dan pembuatan laboratorium beserta peralatan yang dibutuhkan. Pada tahun yang sama, Ibu Endjah berangkat ke Belanda, Belgia, dan Jerman melalui fasilitas PUM dengan tujuan untuk membandingkan usaha jamur di Eropa, khususnya Belanda yang terkenal sebagi salah satu Negara penghasil dan pemasok jamur di kawasan Eropa. Ibu Endjah juga mengikuti pelatihan budiaya jamur disana melalui rekomendasi dari PUM. Pada tahun 2005 KWT Hanjuang kemudian mengembangkan usahanya dengan menjalankan pembibitan jamur tiram putih sebagai usaha utamanya. Hal ini dilakukan karena pada saat itu masih minimnya perusahaan atau organisasi yang menjual bibit jamur tiram putih sedangkan permintaan akan bibit sangat tinggi. Selain itu juga didukung dengan adanya pengetahuan tentang pembibitan, sarana, serta prasarana yang dibutuhkan dalam melakukan pembibitan jamur tiram putih.

5.2 Lokasi KWT Hanjuang