Faktor Sosial Budaya dan Demografi

67 6,02 persen, 6,48 persen, dan 5,83 persen. Bila di total, maka persentase rata-rata peningkatan PDRB Provinsi Jawa Barat dari tahun 2004 sampai tahun 2008 sebesar 5,72 persen. Sejalan dengan semakin meningkatnya PDRB Bogor, maka secara umum pertumbuhan ekonomi di Bogor semakin membaik. Hal ini secara tidak langsung berdampak pada peningkatan pendapaan rata-rata dan konsumsi masyarakat Bogor. Tingkat pendapatan yang semakin meningkatkan pada akhirnya nanti akan menentukan apakah rumah tangga atau individu akan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat atau protein yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi berkualitas dan sesuai dengan persyaratan gizi. Disamping itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi nantinya juga akan berdampak positif terhadap peningkatan permintaan akan jamur tiram putih yang tentunya juga akan menuntut peningkatan penyediaan akan bibit dan media tanam jamur tiram putih sebagai faktor utama keberhasilan kegiatan budidaya jamur tiram putih itu sendiri.

2. Faktor Sosial Budaya dan Demografi

Peningkatan kebutuhan produk hortikultura menuntut adanya suatu cara yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi hortikultura. Sistem pertanian konvensional dengan penggunaan input-input anorganik dan bahan- bahan kimia dalam proses budidaya ternyata membawa dampak negatif, akibatnya terjadi masalah baru pada komoditas hortikultura seperti pencemaran lingkungan oleh penggunaan bahan kimia berlebih, ketergantungan terhadap bahan kimia, serta gangguan kesehatan yang diakibatkan adanya residu zat kimia berlebih yang terkandung pada komoditas sayuran. Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida terbukti dapat meningkatkan hasil produksi pangan dan hortikultura, tetapi dalam jangka panjang akan memberikan dampak negatif seperti menurunkan tingkat kesuburan tanah dan merusak kelestarian ekosistem. Konsumsi makanan yang mengandung banyak zat-zat adiktif yang belebih telah terbukti dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, menyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker, stroke dan serangan jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Kondisi tersebut memaksa masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan dalam kehidupan sehari-harinya. 68 Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi makanan yang rendah zat adiktif dan tinggi serat menyebabkan permintaan akan produk hortikultura semakin meningkat termasuk didalamnya jamur tiram putih. Pola hidup sehat yang coba diterapkan oleh sebagian besar masyarakat memberikan peluang bagi petani jamur tiram putih untuk meningkatkan volume penjualannya. Dengan demikian, hal tersebut juga akan memberikan peluang bagi KWT Hanjuang untuk meningkatkan volume produksi bibit dan media tanam jamur tiram putih untuk dipasarkan ke kalangan petani yang memproduksi jamur tiram putih segar. Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa. Penduduk kabupaten bogor yang setiap tahunnya semakin meningkat tentunya akan menjadi pasar potensial bagi komoditas jamur tiram putih sehingga semakin banyak pelaku usaha yang mencoba melakukan usaha budidaya jamur tiram putih yang sangat membutuhkan pasokan bibit dan media tanam jamur tiram putih yang berkualitas untuk mendukung usahanya. Peningkatan permintaan akan jamur tiram putih sebagai akibat dari pertambahan jumlah penduduk khususnya dikabupaten bogor merupakan peluang KWT Hanjuang dalam memasarkan bibit dan media tanam jamur tiram putih yang merupakan faktor utama untuk usaha budidaya jamur tiram putih yang semakin banyak diminati oleh sebagaian besar pelaku usaha. 3. Faktor Politik Faktor politik dan kebijakan pemerintah sangat berperan dalam menciptakan kestabilan yang sangat berguna untuk mendukung situasi dalam berbisnis. Pembangunan pertanian yang sedang digalakkan pemerintah melalui Departemen Pertanian yang sudah berjalan sejak tahun 2005 dengan landasan revitalisasi pertanian yang didalamnya bertujuan untuk melakukan peningkatan produksi dan ekspor komoditas pertanian termasuk didalamnya jamur akan memberikan peluang bagi industri jamur untuk melakukan pengembangan usaha. Selain itu, pemerintah juga membuat kebijakan untuk membina Usaha Kecil dan Menengah UKM dalam mengelola dan mengembangkan usahanya. Pemerintah mengeluarkan bentuk-bentuk skim perkreditan seperti: Kredit Investasi Kecil KIK dan Kredit Modal Kerja KMK dengan tingkat bunga yang lebih kecil dari tingkat bunga umum. Pemerintah menetapkan setiap BUMN untuk menyisihkan 69 lima persen dari laba bersihnya untuk pembinaan usaha kecil. Saat ini, bank pemerintah dan bank swasta mengalokasikan 20 persen dari dana kreditnya dengan tingkat bunga sebesar 15 –19 persen per tahun dengan agunan proyek yang dibiayai dengan kredit tersebut. Program KUR yang sudah mulai dijalankan sejak 2008 dengan dikeluarkannya Inpres No.62007 tentang kebijakan untuk mempercepat pengembangan sektor-sektor usaha masyarakat dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesbilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keungan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha melalui program penjaminan kredit perseorangan, kelompok atau koperasi. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR ini berkisar antara Rp.5 juta sampai Rp.500 juta yang dikenakan bunga 12-16 persen. Adanya kebijakan pemerintah dalam hal pemberian kredit tersebut, menjadi peluang bagi perusahaan jamur termasuk didalamnya KWT Hanjuang sebagai penyedia bibit dan media tanam jamur tiram putih untuk mengembangkan usahanya.

4. Faktor Teknologi