64 Setiap proses kegiatan perusahaan tidak terlepas dari peran serta dan campur
tangan tenaga manusia. Oleh karana itu dapat disimpulkan bahwa maju mundurnya sebuah organisasi atau perusahaan sangat tergantung pada
kemampuan sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumberdaya yang dapat diandalkan adalah sumberdaya yang produktif dan mampu menjalankan setiap
tugas dan tanggung jawabnya. Saat ini sumberdaya manusia yang dimiliki oleh KWT Hanjuang berjumlah empat orang, yang terdiri dari satu orang pemimpin
perusahaan Ibu Hj.Endjah satu orang pengelola Noviyanti Andriani, serta dua orang tenaga kerja.
5. Sumberdaya Keuangan
Sumberdaya keuangan merupakan faktor yang memiliki peranan penting dalam mendukung jalannya kegiatan bisnis perusahaan. Sumberdaya ini
merupakan bahan pertimbangan perusahaan dalam menyusun perencanaan produksi terkait besarnya jumlah alokasi biaya yang diperlukan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Penggunaan sumberdaya keuangan oleh perusahaan harus dapat dikendalikan agar kegiatan bisnis perusahan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan dan perencanaan yang telah disusun. Modal awal yang ditanamkan dalam usaha pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih adalah dana
pribadi pemilik sebesar Rp. 2.000.000. Pada tahun 2005, KWT Hanjuang mendapatkan bantuan berupa pembuatan kumbung dan peralatan laboratorium
untuk kultur jaringan, seperti incubator dan autoclave. Peralatan laboratorium seperti incubator dan autoclave merupakan bantuan dari PUM dengan nilai
sebesar Rp.500.000 dan Rp.42.000.000. Pada tahun yang sama, perusahaan juga mendapatkan bantuan dari PUM sebesar Rp.14.000.000 untuk pembuatan
kumbung baru.
5.5 Operasional Kegiatan
Kegiatan usaha produksi bibit dan media tanam yang dilakukan oleh KWT Hanjuang berjalan dengan baik. Hal ini didukung antara lain karena wilayah dan
iklim yang mendukung untuk kegiatan produksi, input yang dibutuhkan mudah diperoleh, sarana transportasi memadai, serta letak geografis yang sangat strategis.
Tempat untuk melakukan kegiatan usaha merupakan sebuah lahan dengan luas 1000 m
2
. Dengan lahan yang tidak terlalu luas tersebut, KWT Hanjuang dapat
65 memanfaatkannya menjadi sebuah usaha yang menghasilkan sekaligus dapat
memberdayakan masyarakat setempat. Lokasi kegiatan bisnis KWT Hanjuang yang berada dikawasan perbukitan
sangat cocok dengan syarat tumbuh jamur tiram putih yang meliputi beberapa parameter, terutama temperatur, kelembaban dan kandungan C0
2
. Untuk ketinggian lokasi yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya jamur tiram putih
diperkirakan berada pada ketinggian antara 700 – 1.200 m dpl dengan temperatur
berkisar 24 –29
Celcius dengan kandungan C0
2
lebih kecil dari 1.000 ppm. Tahapan proses produksi bibit F2 jamur tiram putih yang dilakukan oleh
KWT Hanjuang diawali dari tahap pembuatan kutur murni F0, bibit induk F1, kemudaian bibit produksi F2. Setiap tahapan tersebut Gambar 6 diawali dari
persiapan bahan baku sampai proses inkubasi. Akan tetapi setiap tahapannya memerlukan bahan baku, proses serta waktu produksi yang berbeda. Untuk
penjelasan masing-masing tahap akan dibahas pada Bab VI.
Gambar 6 . Tahapan Proses Produksi Usaha Pembibitan Jamur Tiram Putih pada
KWT Hanjuang
Pembuatan Kultur Murni F0
Pembuatan Bibit Induk F1
Pembuatan Bibit Produksi F2
VI HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Lingkungan Eksternal KWT Hanjuang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pilihan atas tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Faktor-faktor tersebut dinamakan faktor eksternal
yang dapat dibagi menjadi tiga subkategori yaitu faktor lingkungan jauh, faktor lingkungan industri dan faktor lingkungan operasional
6.1.1 Analisis Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar yang dapat memberikan peluang maupun ancaman bagi perusahaan dalam menjalankan
produksinya. Lima kekuatan utama dalam lingkungan jauh yaitu faktor ekonomi, sosial dan demografi, politik, teknologi, dan faktor ekologi.
1. Faktor Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi memberikan dampak yang cukup berpengaruh terhadap berjalannya aktifitas usaha KWT Hanjuang. Pertumbuhan ekonomi
ditunjukkan dengan adanya peningkatan PDRB Bogor dan pertumbuhan ekonomi Bogor atas dasar harga konstan Tabel 18.
Tabel 18. Nilai serta Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Periode
Tahun 2004-2008
Tahun Nilai PDRB Juta
Persentase Pertumbuhan Persen 2004
305.703.401,83 4,77
2005 389.244.653,84
5,60 2006
473,187,292.61 6,02
2007 526,608,764.85
6,48 2008
602.420.555,35 5,83
Sumber : BPS 2010 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa PDRB Jawa Barat terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya, persentase peningkatan PDRB Jawa Barat pada tahun 2004 sebesar 4,77 persen, kemudian pada tahun 2005 persentase
PDRB Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 5,60 persen, tahun 2006 sampai 2008 persentase PDRB mengalami peningkatan masing-masing sebesar
67 6,02 persen, 6,48 persen, dan 5,83 persen. Bila di total, maka persentase rata-rata
peningkatan PDRB Provinsi Jawa Barat dari tahun 2004 sampai tahun 2008 sebesar 5,72 persen.
Sejalan dengan semakin meningkatnya PDRB Bogor, maka secara umum pertumbuhan ekonomi di Bogor semakin membaik. Hal ini secara tidak langsung
berdampak pada peningkatan pendapaan rata-rata dan konsumsi masyarakat Bogor. Tingkat pendapatan yang semakin meningkatkan pada akhirnya nanti akan
menentukan apakah rumah tangga atau individu akan lebih banyak mengkonsumsi karbohidrat atau protein yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi
berkualitas dan sesuai dengan persyaratan gizi. Disamping itu, peningkatan pertumbuhan ekonomi nantinya juga akan berdampak positif terhadap
peningkatan permintaan akan jamur tiram putih yang tentunya juga akan menuntut peningkatan penyediaan akan bibit dan media tanam jamur tiram putih
sebagai faktor utama keberhasilan kegiatan budidaya jamur tiram putih itu sendiri.
2. Faktor Sosial Budaya dan Demografi
Peningkatan kebutuhan produk hortikultura menuntut adanya suatu cara yang dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi hortikultura. Sistem
pertanian konvensional dengan penggunaan input-input anorganik dan bahan- bahan kimia dalam proses budidaya ternyata membawa dampak negatif, akibatnya
terjadi masalah baru pada komoditas hortikultura seperti pencemaran lingkungan oleh penggunaan bahan kimia berlebih, ketergantungan terhadap bahan kimia,
serta gangguan kesehatan yang diakibatkan adanya residu zat kimia berlebih yang terkandung pada komoditas sayuran.
Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pupuk dan pestisida terbukti dapat meningkatkan hasil produksi pangan dan hortikultura, tetapi dalam jangka
panjang akan memberikan dampak negatif seperti menurunkan tingkat kesuburan tanah dan merusak kelestarian ekosistem. Konsumsi makanan yang mengandung
banyak zat-zat adiktif yang belebih telah terbukti dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, menyebabkan penyakit degeneratif seperti kanker,
stroke dan serangan jantung yang pada akhirnya akan menyebabkan kematian. Kondisi tersebut memaksa masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih
makanan dalam kehidupan sehari-harinya.
68 Kesadaran masyarakat yang semakin tinggi untuk mengkonsumsi
makanan yang rendah zat adiktif dan tinggi serat menyebabkan permintaan akan produk hortikultura semakin meningkat termasuk didalamnya jamur tiram putih.
Pola hidup sehat yang coba diterapkan oleh sebagian besar masyarakat memberikan peluang bagi petani jamur tiram putih untuk meningkatkan volume
penjualannya. Dengan demikian, hal tersebut juga akan memberikan peluang bagi KWT Hanjuang untuk meningkatkan volume produksi bibit dan media tanam
jamur tiram putih untuk dipasarkan ke kalangan petani yang memproduksi jamur tiram putih segar. Disamping itu, peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada
peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa. Penduduk kabupaten bogor yang setiap tahunnya semakin meningkat tentunya akan menjadi pasar potensial bagi
komoditas jamur tiram putih sehingga semakin banyak pelaku usaha yang mencoba melakukan usaha budidaya jamur tiram putih yang sangat membutuhkan
pasokan bibit dan media tanam jamur tiram putih yang berkualitas untuk mendukung usahanya. Peningkatan permintaan akan jamur tiram putih sebagai
akibat dari pertambahan jumlah penduduk khususnya dikabupaten bogor merupakan peluang KWT Hanjuang dalam memasarkan bibit dan media tanam
jamur tiram putih yang merupakan faktor utama untuk usaha budidaya jamur
tiram putih yang semakin banyak diminati oleh sebagaian besar pelaku usaha. 3.
Faktor Politik
Faktor politik dan kebijakan pemerintah sangat berperan dalam menciptakan kestabilan yang sangat berguna untuk mendukung situasi dalam
berbisnis. Pembangunan pertanian yang sedang digalakkan pemerintah melalui Departemen Pertanian yang sudah berjalan sejak tahun 2005 dengan landasan
revitalisasi pertanian yang didalamnya bertujuan untuk melakukan peningkatan produksi dan ekspor komoditas pertanian termasuk didalamnya jamur akan
memberikan peluang bagi industri jamur untuk melakukan pengembangan usaha. Selain itu, pemerintah juga membuat kebijakan untuk membina Usaha Kecil dan
Menengah UKM dalam mengelola dan mengembangkan usahanya. Pemerintah mengeluarkan bentuk-bentuk skim perkreditan seperti: Kredit Investasi Kecil
KIK dan Kredit Modal Kerja KMK dengan tingkat bunga yang lebih kecil dari tingkat bunga umum. Pemerintah menetapkan setiap BUMN untuk menyisihkan
69 lima persen dari laba bersihnya untuk pembinaan usaha kecil. Saat ini, bank
pemerintah dan bank swasta mengalokasikan 20 persen dari dana kreditnya dengan tingkat bunga sebesar 15
–19 persen per tahun dengan agunan proyek yang dibiayai dengan kredit tersebut.
Program KUR yang sudah mulai dijalankan sejak 2008 dengan dikeluarkannya Inpres No.62007 tentang kebijakan untuk mempercepat
pengembangan sektor-sektor usaha masyarakat dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksesbilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga
keungan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus
untuk unit usaha melalui program penjaminan kredit perseorangan, kelompok atau koperasi. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat KUR ini berkisar antara Rp.5 juta
sampai Rp.500 juta yang dikenakan bunga 12-16 persen. Adanya kebijakan pemerintah dalam hal pemberian kredit tersebut, menjadi peluang bagi perusahaan
jamur termasuk didalamnya KWT Hanjuang sebagai penyedia bibit dan media tanam jamur tiram putih untuk mengembangkan usahanya.
4. Faktor Teknologi
Faktor Teknologi memiliki peran penting dalam proses produksi jamur, dimana perannya dapat meningkatkan produksi serta mutu jamur. Perkembangan
teknologi memberikan peluang yang besar bagi perkembangan suatu perusahaan. Pada saat ini kemajuan teknologi begitu pesat seiring dengan perkembangan
zaman. Dalam prakteknya, perkembangan teknologi harus disesuaikan dengan proses produksi, proses pemasaran dan keinginan pasar. Pengamatan terhadap
lingkungan diperlukan untuk menentukan perubahan teknologi apa yang memiliki dampak terhadap produk yang dihasilkan. Perubahan teknologi pada umumnya
mengarah pada biaya produksi dan harga jual yang rendah, kualitas produk yang meningkat, waktu produksi yang cepat dan efisien serta pelayan yang lebih cepat.
Perkembangan teknologi menurut Deptan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2004-2009, maka program riset dan
teknologi difokuskan pada enam bidang prioritas yaitu: 1 pembangunan ketahanan pangan; 2 penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan
terbarukan; 3 pengembangan teknologi dan manajemen transportasi; 4
70 pengembangan teknologi informasi dan komunikasi; 5 pengembangan teknologi
pertahanan; dan 6 pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan. Jamur memiliki kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi, sehingga
jamur dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber pendukung terwujudnya kecukupan pangan. Menurut FAO, jamur segar mengandung protein nabati lebih
besar dibandingkan dengan sayuran lainnya. Jamur yang tercakup antara lain adalah jamur tiram, mengandung kadar protein sebesar 7,7 persen dan karbohidrat
73,6 persen. Sebagai bahan makanan, nilai protein tersebut cukup baik untuk menunjang kebutuhan tubuh terhadap zat pembangun. Jamur terbukti tidak
membahayakan dan bermanfaat bagi kesehatan Badan POM, 2005 dalam Deptan, 2006, sehingga pengembangan jamur dapat diarahkan untuk pencegahan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk mempermudah dan mempercepat pengembangan industri jamur
maka sangat diperlukan adanya pengumpulan database untuk pemetaan zonasi dan jenis jamur di Indonesia. Dengan melakukan pendataan jamur, maka akan
ditemukan penyebaran jenis jamur yang luas di Indonesia yang kemudian akan diarahkan untuk pengembangan jamur yang ada di Indonesia. Ditinjau dari segi
standarisasi kualitas, produk perlu memiliki standarisasi kualitas yang mengacu kepada berbagai referensi yang relevan, baik untuk yang belum terolah maupun
hasil pengolahan, dalam rangka jaminan kualitas produk bagi konsumen serta mempertahankan daya saing perdagangan terhadap produk sejenis dari negara-
negara lain. Jamur terutama yang termasuk dalam kategori golongan jamur pangan, sebagaimana jenis hortikultura lainnya setelah dipanen akan cepat sekali
mengalami perubahan-perubahan yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Perubahan-perubahan tersebut meliputi pelayuan, pematangan,
pencoklatan, pelunakan, penyusutan, serta perubahan tekstur, aroma, dan rasa. Karena alasan tersebut, komoditi ini digolongkan ke dalam kelompok komoditi
yang rapuh dan sangat mudah rusak perishable commodities dan diperlukan teknologi pasca panen jamur, pengawetan serta pengolahannya. Pengembangan
budidaya jamur ini perlu didukung oleh beberapa instansi terkait maupun kegiatan lain seperti:
71 1.
Meningkatkan kerjasama dan koordinasi instansi pemerintah untuk merencanakan pengembangan komoditas jamur secara terpadu dan
pemasyarakatan komoditas jamur sebagai bahan pangan 2.
Kerjasama antar Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Instansi terkait lainnya untuk transfer teknologi dan
menyebarluaskan hasil-hasil penelitian di bidang teknologi produksi jamur sehingga petani mampu mengembangkan di daerah masing-masing.
3. Diperlukan penumbuhan minat pengusaha di bidang produksi benih dan bibit
jamur sehingga petani akan mendapatkan benih dan bibit jamur secara mudah dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik.
Salah satu proses produksi yang penting untuk menjamin keberhasilan panen adalah pada proses sterilisasi. Teknologi yang digunakan untuk proses
sterilisasi pada perusahaan jamur, pada umumnya masih menggunakan drum- drum yang dipanaskan. Perkembangan teknologi dalam proses sterilisasi pun
memberikan pengaruh bagi perusahaan. Teknologi yang lebih baik untuk proses sterilisasi telah ditemukan, akan tetapi harganya relatif mahal. Salah satu alat
sterilisasi yang teknologinya sudah cukup baik dan harganya relatif lebih murah adalah autoklaf. Dengan adanya autoclave dapat meningkatkan produksi serta
menghemat bahan bakar. Berdasarkan data di atas maka didapatkan hal yang merupakan peluang bagi industri jamur untuk berkembang terdapat pada salah
satu poin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN dari Departemen Pertanian DEPTAN yaitu Industri jamur diarahkan untuk ketahanan
pangan dan pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan serta alat sterilisasi autoclave.
5. Faktor Ekologi
Letak Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan, mendukung jamur untuk berproduksi sepanjang tahun. Lokasi perusahaan
yang berada pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut dengan suhu 25 -
30 Celcius sesuai untuk pertumbuhan miselium maupun tubuh buah jamur tiram
putih. Mengenai limbah hasil produksi bibit dan media tanam jamur tiram putih
dapat dimanfaatkan untuk pupuk karena bahan-bahan substrat yang terkandung
72 dari limbah media tanam dapat memperbaiki sifat-sifat fisik dan biologi tanah.
Bahan-bahan yang dimaksud adalah bekatul, dedak, dan serbuk kayu lunak yang semakin lapuk seiring masa panennya. Selain itu, digunakannya kapur sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan media tanam berfungsi sebagai bahan yang mampu mengurangi tingkat keasaman ketika sudah menjadi limbah sehingga
aman digunakan sebagai pupuk.
6.1.2 Analisis Lingkungan Persaingan Industri dan Kompetisi
Persaingan dalam lingkungan industri hulu jamur tiram putih ditentukan oleh lima kekuatan persaingan. Lima kekuatan persaingan tersebut adalah a
ancaman masuknya pendatang baru, b kekuatan tawar menawar pemasok, c kekuatan tawar menawar pembeli, d ancaman produk penggantisubstitusi, e
tingkat persaingan diantara sesama anggota industri. Hasil analisis terhadap lingkungan industri dan pengaruhnya terhadap perusahaan dijelaskan sebagai
berikut :
1. Ancaman Pendatang Baru
Industi pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih memilki hambatan masuk barrier to entry yang rendah atau kecil. Hal ini
dikarenakan usaha pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih dapat dilakukan dari skala usaha rumah tangga sampai dengan skala besar.
Disamping itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini terbilang tidak memerlukan modal yang besar.
Semakin berkembangnya gaya hidup sehat yang telah diterapkan sebagian besar masyarakat menjadikan konsumsi jamur tiram putih sebagai pilihan menu
sehat semakin tinggi. Permintaan komoditas jamur tiram putih yang semakin tinggi ini, tentunya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap permintaan
akan bibit dan media tanam jamur tiram putih yang merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan budidaya jamur tiram putih. Dengan kata lain, bahwa
Permintaan akan komoditas jamur tiram putih yang semakin meningkat akan berbanding lurus dengan permintaan akan bibit dan media tanam jamur tiram
putih itu sendiri. Hal ini tentunya menjadi daya tarik sendiri bagi sebagaian besar orang untuk memulai usaha pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram
putih. Hingga saat ini tidak terdapat peraturan pemerintah yang manghambat
73 masuknya pendatang baru kedalam industri pembibitan dan pembuatan media
tanam jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu bagi pengusaha yang memiliki modal dapat mendirikan usaha pembibitan dan pembuatan media
tanam jamur tiram putih ini dengan mudah.
2. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok
Keseluruhan kebutuhan bahan baku usaha pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih pada KWT Hanjuang dapat diperoleh perusahaan
di sekitar kota Bogor. Dalam menjalin kerjasama dengan pemasok, KWT menerapkan sistem jual putus. Hal tersebut dilakukan karena bahan baku yang
dibutuhkan oleh perusahaan mudah didapat disekitar wilayah bogor. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa dalam Industri
Pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih, pemasok memiliki pengaruh yang sangat kecil bagi indsutri hal ini dikarenakan daya tawar yang
dimiliki pemasok tidak kuatrendah. Perusahaan-perusahaan yang berada pada industri pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih termasuk
KWT Hanjuang didalamnya dapat dengan mudah berpindah dari satu pemasok kepemasok lain untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Adapun pemasok
bahan baku bagi KWT Hanjuang dapat dilihat pada Tabel 19
Tabel 19 . Pemasok Bahan Baku Usaha Bibit dan Media Tanam Jamur Tiram
Putih pada KWT Hanjuang
No Bahan Baku
Satuan Harga Pemasok
Harga
1. Agar-agar
Rp30 gram Toko Kimia Brataco Chemika
13.00 2.
Kentang RpKg
Pasar Bogor 4.500
3. Aquades
RpLiter Toko Kimia Brataco Chemika
1.800 4.
Milet RpKg
Pasar Bogor 6.000
5. Vitamin B-Complex
Rp50 Tablet Apotik Budi Bakti
3.000 6.
Dektrosa RpKg
Toko Kimia Brataco Chemika 6.500
7. Serbuk Kayu
RpKarung Pengrajin Kayu Tamansari
2.000 8.
Gips RpKg
Toko Kimia Brataco Chemika 4.500
9. Kapur
RpKg Toko Kimia Brataco Chemika
2.000 10. Dedak
RpKg Penggilingan dedak Sinarwangi
1.300 11. Tepung Tapioka
RpKg Pasar Bogor
6.000 12
Plastik RpKg
Toko Sumber Plastik 19.500
13. Cincin Bambu RpUnit
Membuat Sendiri 50
14. Kertas RpLembar
Lapak Barang Bekas 40
15. Karet RpKg
Toko Sumber Plastik 25.000
16. Kapas RpOns
Apotik Budi Bakti 6.000
17. Alkohol 70 RpLiter
Toko Kimia Brataco Chemika 16.000
18. Spirtus RpLiter
Toko Kimia Brataco Chemika 7.000
19. Elpiji RpTabung
Toko G.G. Sembako 55.000
20. Minyak Tanah RpLiter
Toko G.G. Sembako 2.500
Sumber : KWT Hanjuang 2010
74
3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar menurut Pearce dan Robinson 1997, adalah jika : 1 pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang banyak, 2
produk yang dibeli tidak terdeferensiasi atau standar, 3 produk yang dibeli merupakan komponen penting dari produk pembeli dan merupakan komponen
biaya yang cukup besar, 4 pemebeli menerima laba rendah, 5 produk industri tidak penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli, 6 produk industri tidak
menghasilkan penghematan bagi pembeli, dan 7 pembeli memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik.
Pembeli atau konsumen dari KWT Hanjuang dikatakan memiliki daya tawar yang cukup kuat. Hal ini dikarenakan bahwa kebanyakan pembeli atau
konsumen merupakan pembudidaya jamur tiram putih yang sangat membutuhkan bibit dan media tanam jamur tiram putih sebagai faktor utama kegiatan
budidayanya yang melakukan pembelian dalam jumlah yang cukup besar. Disamping itu, konsumen atau pembeli dapat dengan mudah melakukan integrasi
balik dan kebanyakan pembudidaya yang telah mapan akan ikut memproduksi bibit dan media tanam baik untuk dipakai sendiri maupun untuk dijual. Daya
tawar pembeli yang kuat ini mengakibatkan perusahaan harus memperhatikan pelayanan terhadap pembeli atau konsumen sehingga dengan pelayanan yang baik
diharapkan konsumen atau pembeli memiliki rasa loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan.
4. Ancaman Produk Substitusi
Berdasarkan permintaannya, hubungan dua barang atau lebih dapat dikatakn bersubsitusi apabila jika salah satu barang sebagai akibat perubahan
kondisi, dapat menggantikan penggunaan barang lain Porter 1994. Pengaruh permintaan yang saling bersubstitusi dapat dilihat dari terpengaruhnya harga dan
kuantitas permintaan oleh perubahan permintaan salah satu barang. Produk pengganti muncul dalam bentuk yang berbeda, tetapi dapat
memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain. Bibit dan media tanam jamur tiram putih memiliki ancaman produk pengganti yaitu bibit dan media tanam
jamur jenis lain seperti bibit dan media tanam jamur kuping, jamur merang, jamur champignon, dan lain-lain. Bila kondisi dipasaran harga jamur selain jamur tiram
75 meningkat maka petani dapat beralih untuk membudidayakan jenis jamur yang
sedang trend dipasaran, namun hal itupun akan terjadi jika lokasi budidaya memungkinkan untuk pertumbuhan jenis jamur konsumsi lain.
5. Tingkat Persaingan diantara Sesama Anggota Industri
Intensitas persaingan berhubungan dengan beberapa faktor yaitu : jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk, hambatan untuk
keluar dan diversitas pesaing. a.
Jumlah Pesaing Bogor merupakan salah satu kabupaten penghasil atau pemasok jamur di
provinsi jawa barat. Hal ini mengindikasikan bahwa produsen bibit dan media tanam juga banyak tersebar di kabupaten bogor. Dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya, pesaing sangat beraneka ragam baik dalam penentuan strategi bisnisnya sampai ukuran kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya dalam mempengaruhi
lingkungan industri dimana dia berada. Permintaan komoditas jamur yang semakin tinggi, khusunya untuk jamur tiram putih tentunya semakin menjadi daya
tarik bagi sebagian orang dalam memulai usaha budidaya maupun sebagai produsen penyedia bibit dan media tanam jamur tiram putih.
b. Tingkat Pertumbuhan Industri
Tingkat pertumbuhan industri bibit dan pembuatan media tanam jamur tiram putih yang cepat biasanya dapat memberikan kesempatan bagi perusahaan
lain untuk tumbuh didalamnya. Walaupun demikian, tidak jarang perusahaan yang ada didalam lingkungan industri tersebut tidak dapat melanjutkan kegiatan
usahanya karena tidak memilki strategi yang tepat untuk bertahan dari tingkat persaingan atau kompetisi industri yang relatif tinggi.
c. Karakteristik Produk
Produk yang dijual atau dipasarkan dalam industri ini adalah bibit dan media tanam jamur tiram putih. Perusahaan-perusahaan yang ada didalam industri
tersebut cenderung bersaing pada harga dan layanan. Jika biaya pengalihannya rendah maka pembeli dapat berpindah dari satu pemasok ke pemasok lain
sehingga hal ini memperkuat persaingan antar pemasok bibit dan media tanam jamur tiram putih.
76 d.
Hambatan Keluar Pada industri penyediaan bibit dan media tanam jamur tiram putih
terdapat aset khusus yang bernilai besar yakni bila skala ekonominya besar dengan peralatan produksi yang cukup modern. Aset khusus yang tidak terlalu
besar yakni bila skala ekonominya relatif kecil dengan peralatan produksi yang sederhana. Pada KWT Hanjuang hambatan untuk keluar dikatakan ada karena
faktor utama loyalitas manajemen pada bisnis yang ada selain aset yang dimiliki juga cukup besar. KWT Hanjuag ini akan terus berupaya meneruskan persaingan
sepanjang tidak mengalami kerugian. e.
Diversitas Pesaing Pesaing memiliki wilayah, strategi dan budaya perusahaan masing-masing.
Pesaing juga memiliki ide-ide tersendiri bagaimana cara bersaing. Oleh karena itu perlu diwaspadai oleh setiap perusahaan akan tantangan yang akan terjadi selama
memproduksi dan memasarkan produknya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat persaingan diantara pesaing yang ada adalah tinggi
sebagai akibat produk cenderung tidak terstandarisasi.
6.2 Analisis Lingkungan Internal KWT Hanjuang
Analisis lingkungan merupakan proses perencanaan strategi yang menentukan kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Kajian proses analisis
lingkungan internal dapat dilihat dari faktor-faktor seperti manajemen keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, produksi dan operasi.
6.2.1 Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Secara garis besar, fungsi manajemen yang telah diterapkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Penyusunan perencanaan dilakukan oleh pemimpin perusahaan yang dibantu stafnya untuk mempermudah memahami dan memberikan komitmen pada
tujuan yang ingin dicapai. Perencaaan tersebut meliputi rencana kerja pada
77 masing-masing divisi, Job Description, rencana kuantitas dan kualitas produk
yang diinginkan pembeli dan perencanaan anggaran kegiatan perusahaan. 2.
Pengorganisasian KWT Hanjuang merupakan organisasi yang bersifat lini yaitu organisasi
yang segala kebijaksanaan ada ditangan satu orang pemimpin yakni Hj. Endjah Khodijah. Pemimpin hanya dibantu oleh satu orang yang bertugas dalam bagian
produksi, keuangan, administrasi, dan pemasaran. Dalam menjalankan kegitan bisnisnya, bidang fungsional penelitian dan pengembangan tidak dibuat divisi
khusus, begitu pula untuk bidang fungsional Sumber Daya Manusia SDM KWT Hanjuang belum memilki divisi khusus yang menangani divisi-divisi
tersebut. Kualitas dan kuantitas SDM masih sepenuhnya dikontrol oleh pemimpin perusahaan. Adanya jabatan rangkap dalam organisasi bidang produksi,
keuangan, administrasi dan pemasaran dapat menjadi kendala dalam memusatkan perhatian pada satu aspek dari tugas yang dijalankannya.
3. Penggerakan
Penerapan fungsi penggerakan dalam manajemen meliputi kegiatan dalam memimpin, memberi petunjuk, memberi instruksi dan memotivasi karyawan.
Untuk fungsi penggerakan ini sepenuhnya dilakukan oleh Pemimpin KWT Hanjuang.
4. Pengawasan pengendalian
Pengawasan yang dilakukan perusahaan selama ini adalah pengawasan terhadap hasil produksi baik dalam ketepatan waktu, kualitas, maupun kuantitas
yang diinginkan pembeli serta pencapaian target penjualan. Pengawasan juga dilakukan terhadap kinerja karyawan yang dilakukan pimpinan kepada
karyawannya.
6.2.2 Keuangan
Modal awal yang ditanamkan dalam usaha pembibitan dan pembuatan media tanam jamur tiram putih adalah dana pribadi pemilik sebesar
Rp. 2.000.000. Pada tahun 2005, KWT Hanjuang mendapatkan bantuan berupa pembuatan kumbung dan peralatan laboratorium untuk kultur jaringan, seperti
incubator dan autoclave. Peralatan laboratorium seperti incubator dan autoclave merupakan bantuan dari PUM dengan nilai sebesar Rp.500.000 dan
78 Rp.42.000.000. Pada tahun yang sama, perusahaan juga mendapatkan bantuan
dari PUM sebesar Rp.14.000.000 untuk pembuatan kumbung baru. Sistem pencatatan keuangan dilakukan secara berkala pada saat awal
berdirinya usaha. Pengelolaan keuangan dilakukan sendiri oleh pemimpin perusahaan dan dibantu oleh satu orang karyawan yang hanya bertugas untuk
mencatat tetapi tidak memiliki kewenangan untuk melakukan pengeluaran tanpa seijin pimpinan. KWT Hanjuang telah melakukan pencatatan keuangan yang
cukup rapi. Pencatatan keuangan ini akan sangat berguna untuk mendukung kesuksesan dan perkembangan usaha dari KWT Hanjuang. Akan tetapi,
pencatatan keuangan masih bersifat sederhana yang hanya menggunakan alat hitung kalkulator dan belum menggunakan alat elektronik seperti komputer.
6.2.3 Produksi dan Operasi
Kegiatan usaha produksi bibit dan media tanam yang dilakukan oleh KWT Hanjuang berjalan dengan baik. Hal ini didukung antara lain karena wilayah
dan iklim yang mendukung untuk kegiatan produksi, input yang dibutuhkan mudah diperoleh, sarana transportasi memadai, serta letak geografis yang sangat
strategis. Tempat untuk melakukan kegiatan usaha merupakan sebuah lahan dengan luas 1000 m
2
. Dengan lahan yang tidak terlalu luas tersebut, KWT Hanjuang dapat memanfaatkannya menjadi sebuah usaha yang
menghasilkan sekaligus dapat memberdayakan masyarakat setempat. Lokasi kegiatan bisnis KWT Hanjuang yang berada dikawasan perbukitan
sangat cocok dengan syarat tumbuh jamur tiram putih yang meliputi beberapa parameter, terutama temperatur, kelembapan dan kandungan C0
2
. Untuk ketinggian lokasi yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya jmaur tiram putih
diperkirakan berada pada ketinggian antara 700 – 1.200 m dpl dengan temperatur
berkisar 24 –29
Celcius dengan kandungan C0
2
lebih kecil dari 1.000 ppm. Tahapan proses produksi bibit F2 jamur tiram putih yang dilakukan oleh
KWT Hanjuang diawali dari tahap pembuatan kutur murni F0 , bibit induk F1, kemudaian bibit produksi F2 Setiap tahapan tersebut diawali dari persiapan
bahan baku sampai proses inkubasi. Akan tetapi setiap tahapannya memerlukan bahan baku, proses serta waktu produksi yang berbeda.
79
6.2.3.1 Bahan Baku Pembuatan Bibit
Bahan baku utama dalam usaha budidaya jamur tiram putih adalah bibit. Dalam kegiatan usahanya, kebutuhan akan bahan baku dalam usaha pembibitan
jamur tiram putih pada KWT Hanjuang disesuaikan dengan rencana produksi yang ditargetkan setiap tahunnya. Adapun bahan baku tersebut serta
kegunaannnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Kebutuhan Bahan Baku Usaha Bibit dan Media Tanam Jamur Tiram
Putih pada KWT Hanjuang
No Bahan Baku
Satuan Kebutuhan per Tahun
Tahun ke-1 Tahun Ke-2 s.d ke -5
F0 F1
F2 Total
F0 F1
F2 Total
1 Agar-agar
Gram 30
- -
30 30
- -
30
2 Kentang
Gram 200
- -
200
200 -
-
200
3 Aquades
Liter 2,4
- -
2,4 2,4
- -
2,4
4 Milet
Kg 80
- -
80 80
- -
80
5 Vitamin B-Comp
Tablet 32
- -
32
32 -
-
32
6 Dektrosa
Kg 0,02
- 55,73
55,75 0,02
- 60,8
60,82
7 Serbuk Kayu
Karung -
2 140
142 -
2 152
154
8 Gibs
Kg -
8 55,8
63,8 -
8 60,8
68,8
9 Kapur
Kg -
8 167,2
175,2 -
8 182,4
190,4
10 Dedak
Kg -
8 836
844 -
8 912
920
11 Tepung Tapioka
Kg -
- 55,8
55,8 -
- 60,5
60,8
12 Plastik
Kg 0,5
16 278,5
295
0,5 16
304,5
321
13 Cincin Bambu
Unit -
- 27.867
27.867 -
- 30.400
30.400
14 Kertas
Lembar 20
800 4.645
5.465 20
800 5.067
5.887
15 Karet
Kg 0,2
6,4 55,8
63,4 0,2
6,4 60,8
67,4
16 Kapas
Ons 2
- -
2 2
- -
2
17 Alkohol 70
Liter -
- -
28,8 -
- -
28,8
18 Spirtus
Liter -
- -
57,6 -
- -
57,6
19 Elpiji
Tabung -
- -
1 -
- 1
1
20 Minyak Tanah
Liter -
- 3.960
3.960 -
- 4.320
4.320
Sumber : KWT Hanjuang 2010 Seluruh Kebutuhan Input yang di butuhkan dalam pembuatan bibit
diperoleh KWT Hanjuang dengan membeli kepada pemasok yang ada disekitar Bogor. Kebutuhan lain seperti cincin dipesan kepada penduduk sekitar. Dalam
menjalankan kegiatannya, KWT Hanjuang tidak mengalami kendala yang cukup berarti dalam penyediaan bahan baku. Setiap bahan baku yang dibutuhkan mudah
didapat dan banyak tersedia di daerah Bogor. Adapun yang dapat menghambat kegiatan produksi bibit jamur tiram putih yang dilakukan oleh KWT Hanjuang
terkait ketersediaan bahan baku adalah apabila serbuk gergaji pada pemasok
80 langganan tidak tersedia, maka KWT Hanjuang harus membeli kepada pihak lain
dengan kualitas tidak terjamin. Tetapi kondisi tersebut jarang dialami oleh KWT Hanjuang, karena selama ini pemasok yang menyediakan serbuk gergaji untuk
KWT Hanjuang cukup bertanggung jawab atas ketersediaan barang.
6.2.3.2 Pembuatan Kultur Murni F0
Kultur murni F0 atau biakan murni jamur merupakan miselium jamur yang tumbuh pada media dasar berupa agar-agar ditabung kaca atau tabung reaksi
gunawan, 2001. Pembuatan kultur murni merupakan tahap awal dalam proses produksi pembibitan jamur tiram putih, sehingga tahap inilah yang menjadi faktor
penentu keberhasilan dalam menghasilkan bibit produksi F2 yang berkualitas baik. Tahapan ini diawali dari persiapan bahan baku sampai dengan inkubasi
Gambar 7
Gambar 7. Tahapan Pembuatan Kultur Murni F0 Jamur Tiram Putih
a. Persiapan Bahan Baku dan Peralatan
Persiapan bahan baku merupakan tahap awal dalam proses pembuatan kultur murni F0. Baku yang digunakan, yaitu agar-agar batang, kentang,
dektrosa, dan aquades. Bahan baku tersebut selanjutnya ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Formulasi bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan 100
tabung kaca atau tabung reaksi berisi kultur murni meliputi, agar-agar batang 15 gram, kentang 100 gram, dektrosa 10 gram, serta aquades 1.200 ml.
Persiapan Bahan Baku
Pembuatan Media Dasar
Pemilihan Jamur
Indukan Penanaman Eksplan
Inkubasi
81
b. Pembuatan Media Dasar