Hipotesis Model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali

Simbolon et al 2009, menyatakan peningkatan hasil tangkapan dapat terjadi apabila pengelolaan sumberdaya ikan yang ada dan cara pemanfaatan yang dilakukan berjalan dengan baik. Pemanfaatan sumberdaya perikanan harus memperhatikan aspek sustainability agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan dan tidak hanya terfokus pada masalah ekonomi, akan tetapi juga terfokus pada masalah lain seperti teknis, sosial dan budaya Dahuri, 2002 vide Simbolon et al, 2009. Pendekatan kehati-hatian perlu dilakukan, dan berfokus untuk mengurangi kemungkinan dampak yang terjadi dari kegiatan perikanan yang merugikan sumberdaya itu sendiri dan ekosistem laut lainnya FAO, 1995. Soewito 1982, menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap mencakup: 1 aspek teknis, yaitu kegiatan penangkapan yang dilakukan tetap menjaga agar intensitas penangkapan disesuaikan dengan potensi sumberdaya sehingga kelestariannya tetap terjaga; 2 aspek sosial, yaitu pemanfaatan sumberdaya dapat memberikan manfaat khususnya kepada nelayan serta golongan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan penangkapan ikan; 3 aspek ekonomi, yaitu upaya untuk menjaga kestabilan harga apabila jumlah tangkap atau produksi hasil tangkapan nelayan melimpah. Pengaturan tentang pengelolaan perikanan tangkap sudah dilakukan sejak lama. Salah satunya melalui keputusan Menteri Pertanian No.607KptsUm91976, tentang jalur-jalur penangkapan ikan dan sudah mengalami beberapa kali pembaruan. Tujuan pengaturan tersebut untuk menjaga kelestarian sumberdaya, dan melindungi nelayan kecil. Koswara 2009, menyatakan bahwa secara analisis ekonomi, kegiatan penangkapan ikan sangat penting untuk diperhatikan. Selanjutnya dikatakan, ketiadaan kepemilikan terhadap sumberdaya perikanan open access secara de facto , mendorong terjadinya eksploitasi secara berlebihan, bahkan bisa mencapai titik deplesi depletion. Hal ini menyebabkan sumberdaya mengalami kecenderungan yang lebih lambat untuk pulih atau bahkan tidak dapat pulih kembali.

2.2 Pembangunan Perikanan Tangkap Secara Berkelanjutan

Pembangunan perikanan tangkap secara berkelanjutan, bertujuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya ikan yang menjamin ketersediaan protein hewani. Matsuoka 1998 menyatakan bahwa pembangunan perikanan tangkap hendaknya dilakukan dengan memperhatikan ekosistem perairan menuju konservasi dalam rangka mempertahankan sumberdaya untuk generasi mendatang. Untuk itu perlu dilakukan proteksi terhadap keberlanjutan sumberdaya, dengan ditunjang oleh peraturan tentang pengelolaan sumberdaya. Konsep keberlanjutan dalam perikanan tangkap, berangsur mulai dapat dipahami dengan baik, namun masih terdapat kendalakesulitan dalam menganalisis dan mengevaluasi keberlanjutan pembangunan perikanan itu sendiri Fauzy dan Anna, 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa, permasalahan yang selalu dihadapi khususnya dalam mengintegrasikan informasi dan data dari keseluruhan komponen yang ada, yaitu mencakup aspek biologi, ekologi, sosial, ekonomi, dan teknologi serta aspek etika dalam pemanfaatan sumberdaya. Menurut Charles 2001, keberlanjutan pembangunan perikanan ditunjukkan dalam bentuk segitiga, yang didalamnya terdapat unsur Ecological sustainability, Socioeconomic sustainability, Community sustainability. Selanjutnya oleh Monintja, 2010 keberadaan dan dukungan Institutional sustainability harus ada sebagai stabilisator terhadap segitiga tersebut. Unsur-unsur yang terdapat dalam segitiga keberlanjutan tersebut adalah mutlak untuk pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang ramah lingkungan dan tetap mempertahankan kondisi ekosistem perairan sebagai habitat hidup ikan target penangkapan Gambar 2.