Kualitas perairan di lokasi fishing ground

Uji kualitas perairan dilokasi fishing ground yang dilakukan pada periode Mei – Oktober 2011, secara keseluruhan dari parameter yang diuji yaitu pH, Salinitas, Nitrat NO 3 dan Posfat PO 4 dapat dilihat Gambar 20. Tingkat keasaman pH perairan di lokasi fishing ground terdeteksi normal. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH pada kisaran 7 –8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses bio-kimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Selain itu toksisitas logam-logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah Effendi, 2003. Derajat keasaman pH dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida serta ion –ion yang bersifat asam atau basa. Fitoplankton yang memilik pigmen hijau dan lebih sering disebut klorofil-a dan tanaman air akan mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung, sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari Apridayanti, 2008. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pH di perairan Selat Bali berkisar antara 7,92 – 8,47. Sementara kadar posfat sudah melebihi baku mutu yang diperuntukan bagi biota laut, demikian juga untuk kadar nitrat. Rata-rata salinitas juga terdeteksi lebih tinggi Gambar 20, sehingga sesuai dengan keterangan dan uraian terdahulu, maka pH perairan Selat Bali masih dapat mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada di dalamnya. Zat hara, terutama posfat dan nitrat merupakan unsur yang sangat diperlukan dalam jejaring rantai makanan dan mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan hidup organisme di laut. Salah satu organisme yang membutuhkan zat hara adalah plankton. Keberadaan plankton merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat hara. Tinggi rendahnya kelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di suatu perairan Nybakken, 1982. Namun, Nitrogen sebagai unsur pembentuk nitrat merupakan degradasi kontaminan utama penyebab penurunan kualitas air di perairan pantai. Sedangkan diperairan laut lepas, kadar nitrat sangat cepat mengalami perubahan dan sangat mempengaruhi kesuburan perairan. Menurunnya tingkat kesuburan perairan bisa disebabkan oleh pengaruh global warming yang terjadi dimuka bumi. Kemungkinan lain bisa saja terjadi akibat pengaruh La Nina yang berkepanjangan di Samudera Pasifik yang mengalirkan arus panas ke Samudera Hindia, sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesuburan perairan, dan salah satunya terjadi di Selat Bali. Perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global dan memberikan dampak kepada kehidupan laut sangat perlu diperhatikan khususnya dalam hal penanggulangan dampak yang diberikan oleh keadaan tersebut. Hal ini dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat merugikan bagi kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan, karena pada umumnya daerah penangkapan ikan selalu berubah dan tidak pasti. Nelayan, pada saat turun melaut sangat memperhatikan iklim yang lebih mereka kenal dengan faktor cuaca. Perubahan iklim sangat sulit untuk dihindari, dan memberikan dampak terhadap berbagai segi kehidupan. Dampak ekstrim dari perubahan iklim adalah terjadinya kenaikan temperatur serta pergeseran musim. Angin yang bertiup dilautan memberikan pengaruh terhadap arus permukaan sekitar 2 dari kecepatan angin itu sendiri. Kekuatan arus ini akan berkurang dengan makin bertambahnya kedalaman perairan sampai pada akhirnya angin tidak berpengaruh, yaitu pada kedalaman 200 meter Suardi, 2006. Menurut Hutabarat 2001, angin merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi iklim. Pada kehidupan sehari-hari nelayan, terutama nelayan tradisional masih tergantung kepada angin dalam membantu menggerakkan perahu mereka perahu tanpa motor. Namun kadang kala angin dapat menimbulkan bencana berupa badai yang dapat menghancurkan peralatan atau bahkan menenggelamkan perahu mereka. Tiga faktor utama yang mempengaruhi iklim yaitu suhu, curah hujan, dan angin. Suhu sangat berpengaruh terhadap sebaran klorofil-a pada suatu perairan, hujan berfungsi sebagai penetralisir kadar garam perairan laut dan menetralkan suhu, Sedangkan angin berpengaruh terhadap arus yang terjadi di permukaan laut Hutabarat, 2001. Selanjutnya dikatakan bahwa, diperkirakan jumlah total air dipemukaan laut yang hilang setiap tahunnya kira-kira setebal 97,3 cm, dari jumlah tersebut 89,7 cm tergantikan oleh curah hujan yang langsung jatuh ke permukaan laut.