5 ANALISIS PENGARUH FAKTOR OSEANOGRAFI
DAN KLIMATOLOGI TERHADAP HASIL TANGKAPAN LEMURU Sardinella lemuru Bleeker 1853 DI SELAT BALI
5.1 Pendahuluan
Ikan hidup dalam ekosistem laut, yang mana di dalamnya terjadi interaksi secara dinamis antara ikan dan komponen biotik lainnya. Selain itu juga terjadi
interaksi antara ikan dan komponen abiotik yang menyusun ekosistem laut itu sendiri. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup biota laut, jika lingkungan perairan tidak sehat, maka biota air yang hidup didalamnya ikut terganggu.
Ikan tidak hidup sendiri terisolasi, tetapi berinteraksi dengan berbagai jenis ikan lain serta komponen biotik lainnya yang hidup dalam ekosistem
perairan, seperti fitoplankton, zooplankton, benthos, mollusca, crustacea, echinodermata, dan lain sebagainya Dahuri, 2007. Ikan juga berinteraksi atau
dipengaruhi oleh komponen abiotik yang menyusun ekosistem perairan. Salah satu organisme hidup yang paling penting dalam ekosistem perairan adalah
fitoplankton Ariyadej et al., 2008
. Sebagai produsen primer, fitoplankton memainkan peran penting untuk sirkulasi dan aliran energi dalam ekosistem
perairan. Keberadaannya sering digunakan sebagai kontrol terhadap pertumbuhan, kapasitas reproduksi dan populasi serta karakteristik organisme air lainnya.
Disamping itu keberadaan fitoplankton sangat penting diketahui untuk melakukan evaluasi terhadap kondisi lingkungan perairan. Selain itu, fitoplankton membantu
untuk meningkatkan kualitas perairan dengan mengubah zat anorganik menjadi zat organik Graham dan Wilcox, 2000.
Fenomena oseanografi yang terjadi di perairan laut sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Faktor oseanografi tersebut adalah arus, suhu
terutama suhu permukaan laut, salinitas kadar garam, zat hara nutrient dan kandungan kimiawi air lainnya yang mempengaruhi kualitas perairan laut. Arus
yang terjadi di laut, merupakan salah satu faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap lingkungan perairan, dan selalu mendapat perhatian karena berkaitan erat
dengan cuaca dan iklim. Martono 2008 berpendapat bahwa arus mempunyai
peranan penting dalam ekologi laut, karena mempengaruhi pola pemanfaatan sumberdaya yang terkandung di dalamnya.
Suhu permukaan laut, sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman yang terjadi antara Asia dan Australia. Perubahan ini menyebabkan perubahan
arah angin terjadi dua kali dalam satu tahun. Suhu permukaan laut sangat berkaitan dengan sebaran klorofil-a. Sebaran klorofil-a, berhubungan dengan
kesuburan suatu wilayah perairan. Di Selat Bali, perubahan suhu musiman yang terjadi antara Asia dan Australia, dimana bulan Desember
– Maret, angin bertiup dari daratan Asia menuju utara yaitu Australia, yang disebut dengan musim barat.
Pada bulan Juni – September, angin bertiup dari daratan Australia menuju daratan
Asia yang disebut dengan musim Timur. Perubahan suhu musiman ini menyebabkan arah angin berubah dua kali dalam satu tahun.
Iklim dalam dinamika biofisika dan kimia perairan juga berpengaruh terhadap karakteristik lingkungan perairan, serta interaksi dinamis antara laut dan
atmosfir. Terkait dengan ini, maka faktor iklim perlu mendapat perhatian tersendiri dalam melakukan pengelolaan sumberdaya yang terkandung dalam
suatu lingkungan perairan. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika 2011, bahwa perubahan iklim merupakan perubahan pola dan intensitas unsur iklim
pada periode waktu yang dapat dibandingkan, dan biasa terjadi rata-rata 30 tahunan. Perubahan iklim dapat berupa perubahan cuaca rata-rata atau perubahan
distribusi cuaca terhadap kondisi rata-rata. Angin merupakan faktor iklim yang cukup berpengaruh dalam
pemanfaatan sumberdaya ikan. Angin, sangat dipengaruhi oleh pola angin itu sendiri. Angin terjadi karena ada gaya yang bekerja pada atmosfir bumi, dan
menyebabkan terjadinya keadaan tidak seimbang. Handoko, 1999. Berkaitan dengan adanya proses pemanasan global yang terjadi pada kurun waktu terakhir
ini, berdampak pada perubahan iklim. Hal ini juga akan berdampak pada kehidupan biota laut. Dampak dari kondisi ini sangat dirasakan oleh nelayan di
Selat Bali, karena pada periode tahun 2009 – 2010 ikan lemuru seolah-olah
menghilang dari perairan Selat Bali.
Faktor oseanografi yang diteliti adalah sebaran kloropil-a, suhu permukaan laut dan arus selama kurun waktu 2005- 2010. Uji kualitas perairan berkaitan
dengan unsur-unsur kimia air Nitrat dan Fosfat dilokasi fishing ground. Menurut SK Menteri Lingkungan hidup nomor 115 tahun 2003 tentang mutu
kualitas air sesuai peruntukannya. Faktor klimatologi yang akan diteliti adalah seberapa besar pengaruh angin dan hujan terhadap hasil tangkapan nelayan di
Selat Bali. Selat Bali merupakan kawasan perairan laut yang memiliki sumberdaya
lemuru. Sumberdaya ini merupakan sumber mata pencaharian bagi nelayan yang ada di kawasan tersebut yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jembrana.
Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 terjadi penurunan hasil tangkapan lemuru sebesar 43,03 . Apakah
penurunan hasil tangkapan tersebut dipengaruhi oleh faktor oseanografi dan klimatologi? Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin meneliti seberapa besar
pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali. Apakah faktor oseanografi dan klimatologi tersebut berpengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap hasil tangkapan lemuru. Batasan faktor oseanografi dan klimatologi yang diteliti yaitu berkaitan dengan sebaran
klorofil-a, suhu permukaan laut, arus angin, dan hujan.
5.2 Tujuan Penelitian