Analisis isi lambung dilakukan untuk mengetahui kecendrungan pola makan feeding habits ikan lemuru, apakah kebiasaan makan ikan lemuru pada
saat berukuran sempenit, protolan, lemuru dan lemuru kucing berbeda satu sama lain. Pengujian dilakukan di Laboratorium Zoologi, program studi biologi
Fakultas FMIPA pada Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Pengujian isi lambung ikan lemuru dilakukan berdasarkan ukuran ikan yang tertangkap
selama periode Mei –Oktober 2011.
Keperluan data tentang sebaran daerah penangkapan ikan lemuru berpedoman kepada hasil-hasil penelitian terdahulu, disamping itu juga dilakukan
survey lapangan yaitu mengikuti secara langsung dengan kapal nelayan pada titik- titik dimana mereka melakukan penangkapan ikan. Pengumpulan data untuk
mengetahui sebaran daerah penangkapan ikan, dilakukan selama 6 enam bulan dari bulan Mei
–Oktober 2011, dengan mengikuti kebiasaan nelayan setempat.
6.3.2 Metode analisis data
Metode yang
digunakan untuk
analisis data
dilakukan sesuai
peruntukkannya sebagai berikut:
1 Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru
Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru perlu diketahui untuk melihat perkembangan hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali dan
mengetahui perkembangan jumlah alat tangkap yang biasa digunakan oleh nelayan setempat untuk memanfaatkan sumberdaya lemuru periode 2005
–2010. Keragaan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya lemuru dilakukan secara
deskriptif kuantitatif dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari gambaran keragaan tersebut dapat diketahui alat tangkap mana yang
menghasilkan lemuru paling tinggi.
2 Analisis produktivitas alat tangkap
Perhitungan nilai Catch per unit effort CPUE, dilakukan untuk mengetahui laju upaya penangkapan, dengan melakukan pembagian total hasil
tangkapan catch terhadap upaya penangkapan effort. Formula yang digunakan untuk menghitung nilai CPUE Gulland 1983 adalah:
.......................................................................................................6.1 dimana,
Ci =
hasil tangkapan ke-i ton =
upaya penangkapan ke-i CPUEi =
hasil tangkapan per unit upaya penangkapan ke-i tonunit. Dalam perhitungan ini, jumlah armada penangkapan sebagai upaya penangkapan,
dengan asumsi jumlah trip masing-masing armada dalam satu tahun adalah sama. Untuk mengelola sumberdaya perikanan lemuru ataupun perikanan secara
keseluruhan, jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan JTB berlandaskan kepada nilai optimum hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang digunakan
Wiyono 2001, dimana nilai tersebut merupakan maximum sustainable yield MSY. Pemanfaatan dan penangkapan sumberdaya akan lestari dan hasil
tangkapan akan maksimum pada saat mencapai nilai MSY, sehingga dalam melakukan pengkajian terhadap nilai upaya penangkapan E
msy
dan nilai hasil tangkapan C
msy
saat berada pada keadaan MSY merupakan faktor pembatas dalam pemanfaatan sumberdaya yang tidak boleh terlampaui. Hal ini disebut
dengan fungsi pembatas. Untuk mengetahui C
msy
dan E
msy
, ikan lemuru di Selat Bali digunakan formula sebagai berikut:
= ,
= ................................................................................6.2
dimana, :
nilai hasil tangkapan optimum : nilai upaya penangkapan optimum
: konstanta : koefisien
3 Analisis standarisasi alat tangkap
Standarisasi alat tangkap dilakukan untuk menyeragamkan satuan-satuan upaya yang berbeda, sehingga upaya penangkapan dan alat tangkap standar dapat