Gillnet  yang  dioperasikan  oleh  nelayan  Kabupaten  Banyuwangi, menggunakan  perahu  jukung  dengan  panjang  6,5-7  meter.    Tenaga  penggerak
menggunakan  mesin  tempel  dengan  kekuatan  10  PK.    Jumlah  anak  buah  kapal atau perahu sebanyak 2 orang.  Lama operasi penangkapan untuk satu trip adalah
3-5 jam, dan dalam satu hari bisa melakukan operasi penangkapan 2 kali.  Jumlah hari operasi dalam satu bulan dilakukan  selama 20-27 hari.
Pendapatan kotor yang diperoleh dalam satu tahun operasi adalah sebesar Rp. 174.000.000,-. Setelah dikeluarkan biaya-biaya sebesar Rp.  27.566.667,- dan
dikurangi biaya penyusutan sebesar Rp.  1.245.000,-, maka diperoleh keuntungan bersih  selama  satu  tahun  operasi  adalah  sebesar  Rp.  145.188.333,-  Tabel    23.
Sedangkan  pendapatan  kotor  yang  diperoleh  nelayan  gillnet  di  Kabupaten Jembrana  dalam  satu  tahun  adalah  Rp.  256.880.076,-,  setelah  dikeluarkan  biaya-
biaya sebesar Rp. 23698.424,- dan biaya penyusutan dalam satu tahun sebesar Rp. 766.250,-, maka keuntungan bersih yang diterima dalam satu tahun adalah sebesar
Rp. 232.415.402,- Tabel  24.
4 Pukat pantai
Pukat  pantai  digunakan  oleh  nelayan  Kabupaten  Jembrana  untuk penangkapan  ikan  lemuru  di  Selat  Bali.    Perahu  yang  digunakan  adalah  jenis
jukung  dengan  ukuran  panjang  7-9  meter.    Tenaga  penggerak  yang  digunakan adalah mesin tempel berkekuatan 10 PK.  Fungsi perahu adalah untuk melingkar
jaring dari pinggir sampai kepinggir kembali sebelum ditarik menggunakan tenaga manusia.  Jumlah nelayan  yang menarik jaring ini adalah sebanyak 12-15 orang.
Lama operasi penangkapan untuk satu trip adalah 3-5 jam.  Jumlah trip dalam satu hari  dapat  dilakukan  sebanyak  2  kali.    Jumlah  hari  operasi  selama  satu  bulan
adalah 25-30 hari. Pendapatan  kotor  alat  tangkap  pukat  pantai  selama  satu  tahun  adalah
sebesar Rp. 515.042.420,-.  Setelah dikurangi biaya-biaya sebesar Rp. 3.642.500,- dan  dikurangi  biaya  penyusutan  dalam  satu  tahun  sebesar  Rp.  1.701.250,-,  maka
diperoleh keuntungan bersih sebesar Rp. 509.698.670,-.
5 Bagan
Bagan  digunakan  oleh  nelayan  Kabupaten  Banyuwangi  dalam penangkapan  ikan  lemuru  di  Selat  Bali.   Ikan  lemuru  yang  tertangkap  umumnya
berukuran  panjang  10-13  cm.  Nelayan  bagan  yang  berhasil  kami  wawancara adalah  nelayan  yang  menggoperasikan  bagan  tancap  di  Teluk  Pang-Pang  dan
nelayan  bagan  apung  yang  dioperasikan  di  Senggrong.    Ukuran  rangka  bagan adalah  21  m
2
.    Ukuran  alat  tangkap  yang  digunakan  waring  dengan  ukuran panjang  kali  lebar  21  meter  dan  kedalaman  11  meter.    Mesin  genset  digunakan
untuk menghidupkan lampu agar ikan berkumpul disekitar waring.  Lama operasi untuk sekali hauling adalah 3 jam.  Jumlah tenaga kerja dalam peoperasian bagan
ini  sebanyak  2  orang.    Biasanya  bagan  dioperasikan  pada  malam  hari,  sehingga dalam satu hari hanya beroperasi satu kali.  Jumlah hari operasi selama satu bulan
adalah 27 hari. Pendapatan  kotor  alat  tangkap  bagan  adalah  Rp.  47.839.896,-.  Setelah
dikurangi biaya-biaya sebesar Rp. 14.907.067,- dan dikeluarkan biaya penyusutan sebesar  Rp.  1.008.333,-,  maka  pendapatan  bersih  yang  diperoleh  selama  satu
tahun adalah sebesar Rp. 31.924.496,- Tabel  23. Tabel 24  Analisis  secara  ekonomi  kegiatan  perikanan  lemuru  di  Kabupaten
Jembrana tahun 2011
No Jenis Alat
Tangkap Pendapatan
Rptahun Pengeluaran
Rptahun Penyusutan
Rptahun Keuntungan
bersih Rptahun 1
Purse seine 20.275.920.000      685.435.680
47.116.667       19.543.367.653 2
Gillnet 256.880.076       23.698.424
766.250            232.415.402 3
P. Pantai 515.042.420          3.642.500
1.701.250            509.698.670
Berdasarkan  perhitungan  keuntungan  yang  diperoleh  Tabel  23  dan  24, dapat  diketahui  tingkat  kesejahteraan  anggota  keluarga  nelayan  melalui
pembagian  hasil  yang  diperoleh.    Sistem  bagi  hasil  yang  berlaku  di  Kabupaten Banyuwangi  dan  kabupaten  Jembrana  bisa  dikatakan  sama.    Pemilik  kapal
mendapat  50  dan  ABK  juga  mendapat  50,  setelah  dikurangi  biaya-biaya. Berdasarkan  hasil  bersih  yang  diperoleh  per  trip  oleh  ABK,  dapat  diketahui
bagaimana  tingkat  kesejahteraannya  dan  kehidupan  sosial  dalam  masyarakat.
Hasil  analisis  secara  ekonomi  merupakan  salah  satu  parameter  yang  digunakan untuk analisis model pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali bab
9. Nilai yang dimasukkan sebagai parameter adalah harga ikan dan biaya melaut.
7.4.2  Kondisi sosial nelayan perikanan lemuru di Selat Bali
Kondisi  sosial  masyarakat  sangat  ditentukan  oleh  tingkat  kesejahteraan dari  masyarakat  itu  sendiri.    Berdasarkan  hasil  wawancara  dengan  nelayan  yang
menjadi responden,  secara umum mereka melakukan penangkapan ikan rata-rata berkisar  antara  umur  15-25  tahun.    Hal  ini  memperlihatkan  bahwa  nelayan
tersebut sudah memiliki pengalaman yang sangat banyak. Pada umumnya nelayan yang  ada  di  Kabupaten  Banyuwangi  dan  Kabupaten  Jembrana  rata-rata
menamatkan  pendidikan  hanya  sampai  sekolah  dasar,  selanjutnya  mereka  ikut membantu  orang  tua  mereka  untuk  ikut  melaut,  jadi  boleh  dikatakan  bahwa
nelayan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dan kabupaten Jembrana diwariskan secara turun temurun.
Kecamatan  Muncar,  merupakan  sentra  produksi  perikanan  terbesar  di Provinsi  Jawa  Timur.    Jumlah  penduduknya  adalah  sebesar  128.924  jiwa  dan
merupakan jumlah terbesar dari jumlah penduduk yang ada di kecamatan seluruh Kabupaten Banyuwangi.  Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, lebih banyak
dihabiskan  untuk  menangkap  ikan  di  laut.    Kaum  perempuan  juga  mengambil peran penting dalam menjalankan usaha penangkapan yang  dilakukan oleh kaum
Bapak  terutama  yang  melakukan  penangkapan  dengan  alat  tangkap  payang,  dan gillnet.    Mereka  membantu  pekerjaan  setelah  perahu  mendarat,  bahkan  yang
menentukan  harga  ikan  hasil  tangkapan  adalah  kaum  wanitanya  istri  pemilik perahu.
Berdasarkan  hasil  wawancara  yang  dilakukan  terhadap  nelayan  purse seine,  gillnet,  payang,  bagan  dan  pukat  pantai  di  Kabupaten  Jembrana  dan
Kabupaten  Banyuwangi  sebanyak  120  orang,  tingkat  pendapatan  yang  diperoleh setiap  kali  melaut  sangat  tergantung  dari  hasil  tangkapan  yang  diperoleh.  Faktor
cuaca  sangat  mempengaruhi  keberhasilan  nelayan  dalam  meperoleh  hasil tangkapan.    Namun  demikian,  mereka  mengatakan  penghasilan  yang  mereka
peroleh mencukupi kehidupan sehari-hari keluarga.  Jika musim paceklik datang,
nelayan  di  Kabupaten  Jembrana  melakukan  kegiatan  sampingan  menjadi  tukang cetak batu bata, sedangkan nelayan di Kabupaten Banyuwangi memilih jadi buruh
bangunan. Peluang  untuk  mendapatkan  kesempatan  kerja  terutama  sebagai  buruh
nelayan  menurut  mereka  tidak  sulit,  karena  perahu  terutama  purse  seine membutuhkan  tenaga  kerja  yang  tinggi  45-55  orang  dalam  satu  kapal.    Begitu
juga  dengan  kesempatan  mendapatkan  pelayanan  kesehatan,  ada  puskesmas  dan rumah sakit daerah yang dapat melayani mereka dalam mendapatkan pengobatan.
Keamanan  dan  kenyamanan  dalam  menjalankan  kehidupan  sehari-hari secara  umum  tidak  mendapatkan  kendala,  semua  berjalan  sesuai  dengan  aturan
yang  sudah  disepakati  bersama.   Kegiatan  keagamaan  dan  kegiatan  upacara adat seperti  upacara  petik  laut  di  Banyuwangi  yang  dilakukan  rutin  setiap  bulan  suro
penanggalan jawa berlangsung dengan aman dan tertib. Konflik,  yang  berujung  pada  kerusuhan  selama  kurun  waktu  enam  tahun
terakhir tidak pernah terjadi.  Perselisihan yang terjadi dikalangan nelayan adalah perebutan daerah penangkapan, perampasan jaring yang sedang terpasang di laut,
dan  konflik  dengan  nelayan  andon  dari  daerah  lain,  namun  perselisihan  tersebut dapat  diselesaikan  secara  damai  dan  kekeluargaan.  Dalam  kehidupan  sehari-hari
masyarakat nelayan yang ada di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Banyuwangi tidak  mengalami  masalah  yang  berarti,  semua  berjalan  sesuai  aturan  dan  tata
krama kehidupan bermasyarakat umumnya.
7 .4.3  Peran kelembagaan
Kelembagaan  merupakan  merupakan  faktor  penting  yang  dapat menggerakkan  kinerja  dalam  melakukan  pengelolaan  sumberdaya  perikanan.
Amanat yang termaktub dalam code of conduct for responsible fisheries CCRF bahwa  pemanfaatan  dan  pengelolaan  sumberdaya  perikanan,  harus  dilakukan
secara  bertanggungjawab.  Dalam  sebuah  kelembagaan,  keselarasan  peraturan yang  dibuat  harus  mengayomi  aspirasi  masyarakat  yang  akan  melaksanakan
peraturan,  agar  tidak  terjadinya  tumpang  tindih,  atau  benturan  masing-masing peraturan yang dibuat.
Kelembagaan yang ada di Kabupaten Jembrana di luar instansi pemerintah adalah  lembaga  HNSI  yang  mewadahi  aspirasi  nelayan.    TPI,  sebagai  organisasi
pelaksana  pelelangan  ikan  di  Kabupaten  Banyuwangi  saat  ini  tidak  berfungsi, karena  kegiatan  pelelangan  ikan  tidak  ada  dan  ikan  yang  mendarat  di  dermaga
Muncar langsung dijual kepada  perusahaan  atau  bakul yang langsung datang ke agenpengelola  kapal.    Unit  Pengelola  Pelabuhan  Perikanan  Pantai  UPPPP
Muncar  merupakan  Unit  Pelaksana  Teknis  UPT  Dinas  Kelautan  dan  Perikanan Provinsi  Jawa  Timur,  UPT  ini  secara  teknis  dan  administrasi  bertanggungjawab
kepada  Dinas  kelautan  dan  Perikanan  Provinsi  Jawa  Timur.    Selanjutnya, Pelelangan  ikan  di  Pelabuhan  Perikanan  Nusantara  Pengambengan-Jembrana,
dikelola  langsung  oleh  Tempat  Pelelangan  Ikan  TPI  yang  bertanggungjawab kepada Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten Jembrana.
Institusi  kelembagaan  yang  diharapkan  dapat  berjalan  selaras  untuk mewujudkan  keberlanjutan  pengelolaan  perikanan  lemuru  adalah    Dinas
Lingkungan  hidup  di  Kabupaten  Jembrana  dan  Kantor  Lingkungan  Hidup  di Kabupaten Banyuwangi.  Institusi ini bertanggungjawab atas pengendalian bahan
pencemar  yang  terjadi  diwilayah  kerjanya  yaitu  berkaitan  dengan  kegiatan industri,  baik  industri  perikanan  maupun  industri  lainnya  yang  berpotensi  dan
membuang limbah ke sungai dan pada akhirnya menuju perairan laut.   Pengujian yang  dilakukan  masih  sebatas  pada  outlet  dan  inlet  di  pabrik  pengolahan  ikan,
namun  belum  semua  pabrik  pengolahan  melakukan  pengujian  limbah  yang dihasilkan,  hal  ini  berkaitan  dengan  sikap  pemilik  perusahaan  yang  tidak
kooperatif terhadap petugas yang datang.   Untuk pengujian kualitas perairan laut dilakukan  dengan  jarak  dari  pantai  25-300  meter.  Pengujian  yang  dilakukan
berorientasi untuk memenuhi keperluan pariwasata. Lembaga  yang  berkompeten  dan  berkaitan  langsung  dengan  pengelolaan
sumberdaya  perikanan  dan  pemeliharaan  lingkungan  perairan  laut  Selat  Bali    di Kabupaten  Banyuwangi  dan  Kabupaten  Jembrana  seperti  tertera  pada  Lampiran
12.    Kelembagaan  tersebut  Lampiran  12,    sangat  dibutuhkan  dukungannya sesuai  dengan  tugas  pokok  dan  fungsi  masing-masing  dalam  pelaksanaan  tugas
sehari-hari.    Dinas  Kelautan  dan  Perikanan  masing-masing  provinsi  sangat berperan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali.  Masing-