Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

Sumberdaya ikan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui renewable. Walaupun dikatakan sumberdaya ikan dapat pulih, namun apabila tidak dikelola secara baik dan benar, serta dilakukan eksploitasi secara terus menerus, maka sumberdaya ikan akan mengalami kepunahan Suseno, 2007. Secara umum sumberdaya yang dapat pulih atau terbarukan termasuk sumberdaya ikan, memiliki keterbatasan dalam siklus pemulihannya Tietenberg, 2000 vide Prihatini, 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa laju pemulihan sumberdaya sangat lambat, sehingga membutuhkan waktu dan tidak dapat memulihkan stok atau sediaannya dalam waktu yang singkat secara ekonomis Conrad, 1999 dan Tietenberg, 2000 vide Prihatini, 2003. Pengelolaan sumberdaya perikanan, merupakan kemampuan untuk mengatur produk ikan yang dihasilkan berlangsung secara terus menerus dan dalam keadaan lestari Nuitja, 2010. Menurut Giles 1978 vide Nuitja 2010, pengelolaan sumberdaya adalah ilmu pengetahuan dan seni dalam membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk memanipulasi struktur, dinamika, hubungan antar populasi, habitat, dan manusia untuk keperluan manusia itu sendiri. Selanjutnya, dikatakan bahwa yang terlibat dalam proses manajemenpengelolaan ini adalah pengguna sumberdaya, yaitu nelayan dan pelaku usaha perikanan untuk melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya ikan, lingkungan perairan sebagai habitat sumberdaya ikan. Disamping itu, hal yang sangat penting diketahui dari segi kekhususan sumberdaya perikanan di laut adalah tidak ada komoditas yang homogen dan tidak ada lingkungan yang homogen Nuitja, 2010. Menurut Nuitja 2010, pengelolaan sumberdaya perikanan dapat dilakukan melalui 3 tiga pendekatan yaitu: 1 pendekatan species, 2 pendekatan habitat, dan 3 pendekatan teknologi. Tujuan utama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah: 1 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pemanfaatan sumberdaya perikanan secara lestari, 2 Menjaga sumberdaya perikanan tetap hidup dan berkembang serta dapat dimanfaatkan secara lestari, 3 Memelihara dan memperbaiki ekosistem sumberdaya yang sesuai dengan kondisi habitatnya. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, kita tidak bisa lepas dari proses penangkapan ikan yang tercakup dalam kegiatan perikanan tangkap. Menurut Purbayanto 2003 vide Wandri 2005, pengelolaan sumberdaya perikanan, merupakan kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati laut maupun perairan umum melalui proses penangkapan atau pengumpulan hewan dan tumbuhan air lainnya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Purbayanto 2003 bahwa, hasil tangkapan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup nelayan sebagai bahan konsumsi keluarga, atau dipasarkan langsung dalam bentuk segar maupun dalam bentuk olahan. Berdasarkan jenis dan skala usahanya, perikanan tangkap dapat dibedakan yaitu perikanan subsisten, perikanan artisanal dan perikanan industri Kesteven, 1973, dimana perikanan subsisten merupakan kegiatan penangkapan didasarkan atas hobi atau kegiatan olah raga. Perikanan Artisanal diartikan sebagai kegiatan perikanan secara tradisional. Sedangkan perikanan industri adalah kegiatan perikanan yang dilakukan sudah skala besar dan berorientasi ekspor. Monintja 2010, menyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan dibidang perikanan. Implementasinya dapat dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati Monintja, 2010. Data tentang jumlah hasil tangkapan, trip penangkapan, jenis ikan, waktu penangkapan dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap secara berkelanjutan sangat diperlukan. Data tersebut berguna untuk menganalisis potensi sumberdaya yang tersedia, penentuan musim penangkapan, dan penentuan daerah penangkapan Imron, 2000. Berdasarkan data tersebut, dapat ditentukan jumlah tangkapan yang diperbolehkan JTB, sehingga pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal dan berkelanjutan dapat terwujud. Jumlah tangkap yang diperbolehkan adalah penetapan jumlah sumberdaya ikan yang boleh dimanfaatkan, dengan memperhatikan pengamanan konservasi diwilayah perairan Indonesia. Jumlah tangkap yang diperbolehkan JTB adalah sebesar 80 dari potensi lestari MSY. Jika potensi lestari 6,4 juta tontahun, maka JTB adalah 5,2 juta tontahun Dahuri, 2007. Hal ini ditujukan untuk kehati-hatian, kelangsungan dan kelestarian sumberdaya perikanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 45 tahun 2011, tentang estimasi potensi sumberdaya ikan di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia, dinyatakan bahwa estimasi potensi lestari sumberdaya ikan secara keseluruhan adalah 6,5 juta tontahun. Dalam keputusan tersebut estimasi potensi lestari sudah ditetapkan berdasarkan wilayah pengelolaan perikanan WPP, dimana Selat Bali termasuk kedalam WPP 573, dan pemanfaatan sumberdaya lemuru dinyatakan over fishing. Menurut Undang-undang Perikanan nomor 31 tahun 2004 sebagaimana telah diperbarui menjadi Undang-Undang nomor 45 tahun 2009, definisi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap adalah; semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan yang dilakukan pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang dilakukan secara benar, dibutuhkan informasi ilmiah menyangkut biologi ikan, dinamika sumberdaya ikan, dan lingkungan sebagai habitat hidupnya Manggabarani, 2002. Disamping itu pengetahuan terhadap ukuran ikan yang layak tangkap, musim pemijahan dan karakteristik lainnya perlu dipahami. Dalam hal pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853, haruslah berdasarkan kepada prinsip-prinsip pengelolaan yang rasional, bertanggungjawab dan berwawasan lingkungan. Simbolon et al 2009, menyatakan peningkatan hasil tangkapan dapat terjadi apabila pengelolaan sumberdaya ikan yang ada dan cara pemanfaatan yang dilakukan berjalan dengan baik. Pemanfaatan sumberdaya perikanan harus memperhatikan aspek sustainability agar dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan dan tidak hanya terfokus pada masalah ekonomi, akan tetapi juga terfokus pada masalah lain seperti teknis, sosial dan budaya Dahuri, 2002 vide Simbolon et al, 2009. Pendekatan kehati-hatian perlu dilakukan, dan berfokus untuk mengurangi kemungkinan dampak yang terjadi dari kegiatan perikanan yang merugikan sumberdaya itu sendiri dan ekosistem laut lainnya FAO, 1995. Soewito 1982, menyatakan bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap mencakup: 1 aspek teknis, yaitu kegiatan penangkapan yang dilakukan tetap menjaga agar intensitas penangkapan disesuaikan dengan potensi sumberdaya sehingga kelestariannya tetap terjaga; 2 aspek sosial, yaitu pemanfaatan sumberdaya dapat memberikan manfaat khususnya kepada nelayan serta golongan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan penangkapan ikan; 3 aspek ekonomi, yaitu upaya untuk menjaga kestabilan harga apabila jumlah tangkap atau produksi hasil tangkapan nelayan melimpah. Pengaturan tentang pengelolaan perikanan tangkap sudah dilakukan sejak lama. Salah satunya melalui keputusan Menteri Pertanian No.607KptsUm91976, tentang jalur-jalur penangkapan ikan dan sudah mengalami beberapa kali pembaruan. Tujuan pengaturan tersebut untuk menjaga kelestarian sumberdaya, dan melindungi nelayan kecil. Koswara 2009, menyatakan bahwa secara analisis ekonomi, kegiatan penangkapan ikan sangat penting untuk diperhatikan. Selanjutnya dikatakan, ketiadaan kepemilikan terhadap sumberdaya perikanan open access secara de facto , mendorong terjadinya eksploitasi secara berlebihan, bahkan bisa mencapai titik deplesi depletion. Hal ini menyebabkan sumberdaya mengalami kecenderungan yang lebih lambat untuk pulih atau bahkan tidak dapat pulih kembali.

2.2 Pembangunan Perikanan Tangkap Secara Berkelanjutan