Saran Model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru (Sardinella lemuru Bleeker 1853) di Selat Bali

Hanim. 1995. Analisa Bagan Kapal Motor dan Bagan Perahu. Study Kasus di Kelurahan Pasir Sebelah Kotamadya Padang Provinsi Sumatera barat. Hanson, A.J. 1984. Coastal Community: International Perspectives. Makalah pada The 26 th Annual Meeting of the Canadian Commission for UNESCO, St John‟s Newfoundland, 6 th June 1984. Hariyanto, T. Baskoro, M. S, Haluan, J. Iskandar,B.H. 2008. Pengembangan Teknologi Penangkapan Ikan Berbasis Komoditas Potensial di Teluk Lampung. Jurnal Saintek Perikanan 4: 16 – 24. Hariyadi. 2009. Kajian Citra Satelit Modis dalam Penentuan Daerah Penangkapan Ikan di Perairan Selat Bali. Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor. Tidak dipublikasikan. 105 Hal. Hero,Y. 2012. Peran Kelembagaan dalam Proses Pembuatan Kebijakan Pengelolaan Hutan Pendidikan Gunung Walat Berdasarkan Pendekatan Diskursus dan Sejarah. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 209 hal. Himelda., E.S.Wiyono., A.Purbayanto., Mustaruddin. 2011. Analisis Sumberdaya Perikanan Lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali. Jurnal Marine Fisheries. 2:165-176. Hutabarat, S., Evans, S.M, 2008. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia UI-Press. 159 hal. Hutabarat, J. 2001. Pengaruh Kondisi Oseanografi Terhadap Perubahan Iklim, Produktifitas dan Distribusi Biota Laut. Pidato Pengukuhan di Universitas Diponegoro. 50 hal. Imron, M., 2000. Stok Bersama dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Wilayah Perairan Indonesia, Buletin PSP. 9: 41 – 51. Jitts, HR, Mc. Allister DC, Steven K, Strickland JDH. 1964. The cell division rates of some marine phytoplankters as a function of lihgt and temperature. J. Fish. Res. Bd, Canada 21: 139-157 Kain, J.M., Fogg, G.E. 1958. Studies on the growth of marine phytoplankton. J. Mar. Biol. Ass, U.K 37:397-413 Kesteven, G.L. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper.43p. King, M. 1995. Fisheries Biology, Assesment and Management. Fishing Books, London. 341p Koswara, B. 2009. Bioeconomic Analisys of Fisheries. Edisi Terjemahan. Published by arrangement with the Food and Agriculture Organization of the United Nations by the University of Padjadjaran, Indonesia, 202p. Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Kepala Daerah Tingkat I Bali. 1992, SKB. Nomor. 2386741992. Tentang PengaturanPengendalian Penggunaan Purse Seine di Selat Bali. 8 hal. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003, Tanggal 10 Juli 2003. Tentang Penentuan Satus Baku Mutu Air dengan Metode STORET. 15 Hal. [KKP]. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI,. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor,. WWF Indonesia. 2012. Penilaian Indikator Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan Ecosystem Approach to Fisheries Management. Modul Training. Hal 4- 13. Kusumastanto,T. Pengembangan Sumberdaya Kelautan Dalam Memperkokoh Perekonomian Nasional Abad 21. http:www.lfip.orgenglishpdfbali- download Tanggal 12 Maret 2012. Jam 20.10 WIB. Kusnadi 2002. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. LKiS. Yogyakarta Laivastu. T. 1993. Marine Climate, weather and Fisheries. Fishing News Book. Oxford. Lee, J. W. 2010. Pengaruh Periode Hari Bulan terhadap Hasil Tangkapan dan Tingkat Pendapatan Nelayan Bagan Tancap di Kabupaten Serang. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 99 Hal. Luckof, PD., Wet, LFd., Brink, D.D. 2005. Aplication of the Condition Factor in the Production of African Sharptooth Catch Fish Clarias gariepinus. Aquaculture. Unversity of Stellenbosch. Manoppo, A.K.S., Sulma, S., Indarto, D. 2008. Aplikasi Alos untuk Pemetaan Terumbu Karang di Perairan Utara Bali. Buletin Potensi dan Pemanfaatan Data Satelit Inderaja ALOS, SPOT, dan LANDSAT. Penerbit Massma. Hal 70 – 77. Manggabarani, H. 2002. Peranan Penting Ilmu Iktiologi dalam Kegiatan Usaha Penangkapan Ikan. Jurnal Iktiologi Indonesia 2: 57-60. Marwa, J. 2009. Model Dinamik Pengaturan Hasil Hutan Tidak Seumur dan Kontribusinya Terhadap Ekonomi Daerah Studi Kasus : IUPHHK PT. Bina Balantak Utama Kabupaten Sarmi, Papua [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 136 hal. Manetsch, T.J., Park, G.L. 1977. System analisis and Simulation with Application to Economic and Social System. 3th Ed. Departement of Electrical Engineering and Ecosystem Science. Michigan State University. East Lansing. Michigan. Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 147 hal. Martono, 2008. Simulasi Pengaruh Angin terhadap Sirkulasi Permukaan Laut Bebasis Model. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN Yogyakarta. Masyhuri. 1996. Menyisir pantai Utara. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta Matsuoka, T. 1998. Selectivity of Fishing Gear: Fish Behaviour for Improving Fish Capture Technology and Selectivity Fishing Gear. Kanagawa International Fisheries Training Center. Japan International Cooperation Agency. Minnet., Evan, R., Brown, O,. 2001. Terra Sea Surface Temperature Thermal SST and Mid-Infrared SST-4. Merta, I G S. 1992. Dinamika Populasi Ikan Lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 pisces: Clupeidae di Perairan Selat Bali dan Alternatif Pengelolaannya [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarja Institut Pertanian Bogor. 228 hal. Merta, I G S,. Nurhakim, S. 2004. Musim Penangkapan Ikan Lemuru Sardinella lemuru, Bleeker 1853 di Selat Bali. JPPI Edisi Sumber Daya dan Penangkapan 10: 13 hal. Muhammadi., Erman, A., Budhi, S. 2001. Analisis Sistem Dinamis Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen, UMJ Press, Jakarta. 415 hal. Mustaruddin. 2010. Analisis Dinamik dalam Perencanaan Kawasan perikanan Tangkap. Bagian Sistem dan Kebijakan Perikanan Tangkap, PSP-FPIK IPB. 27 hal Moeis, S. 2008. Startifikasi Sosial. Bahan Ajaran Mata kuliah Struktur dan Proses Sosial. Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 20 hal. Monintja, D.R. 1987.Beberapa Teknologi Pilihan untuk Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut di Indonesia. Fakultas Perikanan. IPB Bogor. Buletin PSP. 1: 14 – 25. Nababan, B. 2008. Analisis Sebaran Konsentrasi Klorophil-a dalam Kaitannya dengan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Binuangeun, Banten. Institut Pertanian Bogor. Nurhakim, S., Merta, IGS. 2004. Perkembangan dan pengelolaan perikanan lemuru, Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Sumberdaya dan Penangkapan. Badan Riset Kelautan dan perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan. 10: 53-63. Nybaken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia Jakarta : 459 hal. Nuitja, I N S. 2010. Manajemen Sumberdaya Perikanan. Penerbit PT. Penerbit IPB Pres. Kampus IPB Taman Kencana Bogor. 168 hal. Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Edisi revisi.Penerbit Djambatan. 367 hal North, D.C. 1990. Institutions, Institutional change, and economic performance. Political Economy of Institutions and Decisions. Cambridge University Press. Cambrige. Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar ekologi terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ostrom, E. 1994. Governing the Commons, The Evolution of Institutions for Collective Action. Cambridge University Press, Cambridge. Prayitno, D. 2009., SPSS untuk Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate. Penerbit Gava Media Yogyakarta, 161 hal. Pranowo, W. S., B. Realino S. 2004. Sirkulasi Arus Vertikal di Selat Bali pada Monsun Tenggara 2004. Pusat Riset Wilayah dan Sumberdaya Non- Hayati. Balai Riset Observasi Kelautan Badan Riset Kalautan dan Perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Paper disampaikan pada forum Perairan Umum Indonesia III Palembang. 27-28 Novemver 2006. Prezelein, B. B. 1981. Light reactions in photosynthesis Dalam: Physiological Bases of Phytoplankton Ecology T. Platt. Ed.. Canadian Bulletin of Fish, and Aquatic Science 210 : 1-43. Prihatini, R. T. 2003. Pemodelan Dinamika Spasial Bagi Pemanfaatan Sumberdaya Alam Pesisir yang berkelanjutan. Studi Kasus: Konservasi Lahan Mangrove Menjadi Pertambakan Udang di Delta Mahakam, Kalimantan Timur [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 215 hal. Purbayanto, A. 2003. Pengembangan Industri Perikanan Tangkap Berwawasan Lingkungan. Makalah Pelatihan ICZPM. Kerjasama PKSPL-IPB dengan Departemen Kelautan dan Perikanan. 15 hal. Purbayanto, A. 2006. Perikanan Tramel net: Analisis Selektivitas dan Fisiologi Tingkah Laku Ikan untuk Kepentingan Pengelolaannya. Trammel net Fishery: Selectivity and Fish Physiological Behaviour Analysis for Its management Purpose. Pujiharti,Y. 2007. Model Pengelolaan Lahan Kering Berkelanjutan pada Sistem Agribisnis Tanaman Pangan [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 208 hal Poppo, A,. Mahendra, M S,. Sundra, I. K. 2008. Studi Kualitas Perairan Pantai di Kawasan Industri Perikanan, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Ecotropihic. 3 : 98-103. http:jurnal.pdii.lipi.go.id Riduwan., Akdon. 2006. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistik. Untuk penelitian Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintahan-Sosial- Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan. Penerbit Alfabeta Bandung. 304 hal. Rahayuningsih, I., Hidayati, N., Wahyudi, I. 2009. Analisis Indeks Pembangunan Manusia IPM dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi di Kabupaten Gresik. Jurnal Logos. 6: 256-274. Romimohtarto., Thayib. 1982. Kondisi Lingkungan Pesisir dan Lautan di Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional, Lembaga Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1. Cetakan kedua. Penerbit Binacipta. 245 hal. Sadhotomo, B. 1995. Dampak Penangkapan Ikan Muda Terhadap Produktivitas Perikanan Simulasi Dasar Perikanan Lemuru, Sardinella longiceps di Selat Bali. Jurnal Perikanan laut 60: 51-66 Sarwono, J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Penerbit Andi Offset Yogyakarta, 250 hal. Santosa, P.B., Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel SPSS. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 281 hal. Santosa, P.B. 2008. Relevansi dan Aplikasi Aliran Ekonomi Kelembagaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. 9: 46 – 60. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut DO dan Kebutuhan Oksigen Biologi BOD sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Majalah Oseania, 30: 21-26. http:www.oseanologi.lipi.go.id Sartimbul, A, Nakata. H., Rohadi.E., Yusuf. B., Kadarisman. H.P. 2010. Variations in chlorophyll-a concentration and the impact on Sardinella lemuru catches in Bali Strait, Indonesia. Journal Elsevier. Progress in Oceanography 87:168 –174 Simbolon, D., et al. 2009. Pembentukan Daerah Penangkapan Ikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 168 hal. Schaefer, G.H. 1954. The Economic Theory of a Common Property Resource: The Fishery. Journal of Political Economy 62:124-142 Sudirman., Hade, A. R., Sapruddin. 2011. Perbaikan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Bagan Tancap Melalui Perbaikan Selektivitas Mata Jaring. Bulletin Penelitian LP2M Universitas Hasanuddin, II : 47 – 64. Sudirman. 2003. Analisis Tingkah Laku Ikan untuk Mewujudkan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Proses Penangkapan pada Bagan Rambo. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 231 Hal. Suseno. 2007. Menuju Perikanan Berkelanjutan. Penerbit Pustaka Cidesindo. Cetakan Pertama. Jakarta, Januari 2007. 164 hal. Soewito. 1982. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Lemuru. Prosiding Seminar Perikanan Lemuru.Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen. Jakarta 1982. Hal 277 – 282. Tietenberg, T. 2000. Environment and Natural Resources Economics, Addison- Wesley, Reading, Massachusetts. 630 p. [UN] United Nations. 2002. Report of the world summit on sustainable development. United Nations Publication, 173 p. Undang Undang No. 45 tahun 2009. Pengganti Undang Undang No. 31 Tahun 2004. Tentang Perikanan Wahyuningsih., Elizabeth T. G., Wuryanto, E. 1997. Budaya Kerja nelayan Indonesia di Jawa Tengah Kasus Masyarakat Nelayan Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa. Kabupaten Pekalongan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Wandri, Y. 2005. Analisa Pembangunan Perikanan Tangkap di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institu Pertanian Bogor. Hal 21-40. Wirosarjono, S. 1974. Masalah-Masalah yang dihadapi dalam Penyusunan Kriteria Kualitas Air guna Berbagai Peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Air., eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 – 29 Maret 1974, hal 9-15 Wiyono, E.S. 2001 Optimisasi Manajemen Perikanan Skala Kecil di Teluk Pelabuhanratu, Jawa Barat. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 98 Hal. Wiyono, E.S. 2011. Alat Tangkap Unggulan di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung. Buletin PSP IP B. 19: 229-238. Whitehead, P.J.P. 1985. FAO Species Catalogue. Vol 7. Clupeid Fishes of the World. An Annotated and Iluustrated Catalogue of the Herrings, Sardines, Pilchards, Sprats, Anchovies, and Wolf Herrings. Part 1. Chirocentridae, Clupeidae, and Pristigasteridae. Fish. Synop. 7 25:1-303. Wudianto. 2001. Analisis Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Perairan Selat Bali: Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor. 217 hal Yustika, A.E. 2006. Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori dan Strategi. Bayumedia Publishing. Malang. Zhang, C.I., Marasco,R.J. 2003. New approaches in fisheries assessment and management under the exclusive economic zone regime in Korea. Am. Fish. Soc. Symp.38: 685 –693. Zhang, C.I, Suam, K., Donald, G., Richard, M, Jae Bong Lee, Hee Won P, Jong Hee Lee, 2009. An ecosystem-based fisheries assessment approach for Korean fisheries. Fisheries Research 100 2009 p 26 –41 Zulbarnaini, N. 2002. Analisa Ekonomi Pengelolaan Optimal Perikanan Lemuru di Perairan Selat Bali, Indonesia. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 123 hal. Zulbarnaini, N. 2011. Model Bioekonomi Eksploitasi Multispecies Sumberdaya Perikanan Pelagis di Perairan Selat Bali. [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 301 hal. Lampiran 1 Parameter hasil tangkapan, faktor oseanografi dan klimatologi periode 2005-2010 Tahun Triwulan Total Klorofil-a mgm 3 SPL o C Angin knot Hujan mmdtk Arus cms hsl tangkapan 2 05 I 2.968,983 0,202 30,688 5,333 140,667 5,367 II 4.453,046 0,887 28,898 6,333 61,000 8,290 III 4.402,556 1,229 26,988 7,333 48,333 8,543 IV 2,160,485 0,494 28,349 5,000 178,667 6,077 2 06 I 1.579,357 0,204 30,096 5,667 226,300 8,830 II 2.769,406 0,881 28,504 6,667 99,167 8,593 III 4.559,428 1,207 25,394 7,333 22,833 7,820 IV 58.338,349 1,194 27,644 4,000 69,900 7,027 2 07 I 57.340,079 0,351 30,414 5,333 254,333 8,623 II 8.481,650 0,951 28,424 5,667 106,267 9,623 III 3.806,535 1,331 25,808 7,333 25,367 9,513 IV 11.970,655 0,544 28,646 4,667 59,433 5,617 2 08 I 6.497,695 0,220 29,765 5,333 228,167 11,863 II 9.659,099 0,945 28,072 6,333 26,500 8,173 III 8.642,138 1,298 26,085 7,667 17,667 11,147 IV 28.088,305 0,579 28,902 5,000 145,200 6,207 2 09 I 11.435,736 0,247 30,002 5,667 211,700 7,423 II 17.145,598 0,997 28,950 5,333 107,600 11,080 III 14.346,688 1,092 26,562 6,333 47,200 9,330 IV 28.938,770 0,710 29,142 4,333 97,767 6,077 2 10 I 32.658,627 0,290 31,085 3,667 193,867 5,010 II 8.414,487 0,627 29,801 5,000 208,000 12,387 III 2.408,968 0,623 27,675 7,000 100,333 14,713 IV 12.898,638 0,230 29,961 4,667 125,000 8,823 Lampiran 2 Sebaran klorofil-a di Selat Bali tahun 2010 Lampiran 3 Sebaran suhu permukaan laut di Selat Bali tahun 2010 Lampiran 4 Kualitas perairan di lokasi fishing ground periode Mei-Oktober 2011 No Tanggal pH Salinitas Klorofil-a Nitrat Fosfat Paparan Jawa 1 09,05 8,0200 35,0000 0,0090 0,1845 0,0009 2 30,05 8,4700 34,0000 0,4282 0,0114 0,0009 3 26,06 8,3000 34,0000 1,2996 0,0009 0,0281 4 11,07 8,3100 35,0000 0,0512 0,0009 0,0009 5 11,07 8,3500 35,0000 0,3699 0,0139 0,0009 6 25,07 8,2600 35,0000 0,2907 0,1176 0,0009 7 08,08 8,2100 36,0000 0,6001 0,6619 0,0104 8 21,08 7,9900 34,0000 4,2964 0,0212 0,0044 9 21,08 8,0200 35,0000 1,2233 0,0178 0,0009 10 18,09 8,3800 34,0000 0,4498 0,0009 0,0009 11 03,10 8,2600 36,0000 0,1364 0,0303 0,0535 12 03,10 8,2400 36,0000 0,2046 0,0641 0,0364 Rata-rata 8,2342 34,9167 0,7799 0,0938 0,0116 Maksimum 8,4700 36,0000 4,2964 0,6619 0,0535 Minimum 7,9900 34,0000 0,0090 0,0009 0,0009 Standar Deviasi 0,1519 0,7930 1,1823 0,1875 0,0178 Paparan Bali 1 09.05 8,2800 34,0000 0,2554 0,0009 0,0009 2 30.05 8,2800 34,0000 0,3052 0,0114 0,0009 3 23.06 8,3000 34,0000 0,0338 0,2291 0,0009 4 10.07 8,3500 35,0000 0,2506 0,0009 0,0009 5 10.07 8,3400 35,0000 0,2750 0,0189 0,0143 6 24.07 8,2800 35,0000 0,5606 0,6420 0,0296 7 18.08 8,2300 37,0000 0,1131 0,0137 0,0009 8 21.08 7,9200 34,0000 1,1210 0,0173 0,0015 9 08.09 7,9900 34,0000 0,5893 0,0009 0,0009 10 08.09 8,0000 34,0000 0,6575 0,0009 0,0009 11 03.10 8,1600 35,0000 0,2890 0,0078 0,0041 12 03.10 8,1700 35,0000 0,2890 0,0041 0,0182 Rata-rata 8,1917 34,6667 0,3950 0,0790 0,0062 Maksimum 8,3500 37,0000 1,1210 0,6420 0,0296 Minimum 7,9200 34,0000 0,0338 0,0009 0,0009 Standar Deviasi 0,1466 0,8876 0,2949 0,1885 0,0094 Januari Februari Maret April Mei Juni Lampiran 5 Arah dan kecepatan angin di Selat Bali tahun 2010 Lampiran 6 Arah dan kekuatan arus di Selat Bali periode Mei – Oktober 2011 Mei Juni Juli Agustus September Oktober Lampiran 7 Kualitas air laut di beberapa lokasi tahun 2004 dan 2009 di Provinsi Bali 0,000 0,050 0,100 0,150 0,200 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r P O 4 m g l 2004 2009 0,000 0,005 0,010 0,015 0,020 0,025 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r N H 3 m g l 2004 2009 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 A B C B E F G H I Lok as i N ila i p H 2004 2009 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r B O D m g l 2004 2009 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r N O 3 m g l 2004 2009 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r M in y a k m g l 2004 2009 0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 A B C B E F G H I Lok as i K a d a r K a d m iu m m g l 2004 2009 Keterangan: A : Sanur, B : Samuh Nusa Dua, C : Lebih, D : Candidasa, E : Soka, F : Perancak, G : Candikusuma, H : Kalibukbuk, I : Padangbai. Sumber: BLH Provinsi Bali 2009, Bapedalda Provinsi Bali 2004 0,000 0,010 0,020 0,030 0,040 0,050 0,060 0,070 A B C D E F G H I Lok as i K a d a r T im b a l m g l 2004 2009 D D D D D D D 213 PARAMETER SATUAN BM KADAR MAKSI Hasil Pemeriksaan menurut Lokasi Pantai Sanur Pantai Sema- wang Pantai Peme- lisan Pantai Kuta Pantai Samuh Pantai Lebih Pantai Candi- dasa Pantai Saba Pantai Soka Pantai Peran- cak Pantai Candi- kusuma Pantai Kalibuk- buk Pantai Lepang Pantai Padangbai FISIKA Kekeruhan TBU ≤ 10 ttd ttd 0,48148 ttd ttd Ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0,03703 ttd ttd Padatan tersuspensi MgL ≤ 20 ttd ttd 4,819 ttd ttd Ttd ttd ttd ttd ttd ttd 0,372 ttd ttd Temperatur °C 26-30 33,3 33,6 32,4 31,1 32,0 31,5 30,5 31,7 29,3 29,3 29,0 33,2 31,3 30,3 KIMIA - - pH 6,5-8,5 8,3 7,7 7,9 8,0 8,2 7,5 8,1 7,9 7,6 7,2 6,6 7,5 8,1 8,1 Salinitas 00 alami 31 30 30 30 30 30 36 31 30 35 35 30 33 35 Oksigen terlarut DO MgL ³ 5 11,1 9,5 11,0 11,3 8,1 8,1 12,0 8,1 8,8 10,5 11,2 11,4 10,3 13,0 BOD 5 MgL ≤10 1,7 0,7 4,3 5,0 2,1 1,5 5,0 1,5 5,5 7,9 8,0 8,0 3,3 7,4 COD MgL ≤ 20 28,62 38,73 39,37 52,35 35,41 Ttd 25,73 ttd ttd ttd ttd ttd ttd 28,57 Amonia NH3-N MgL Nihil ttd ttd ttd 0,005 0,018 Ttd ttd 0,009 ttd ttd ttd ttd ttd ttd Nitrat NO 3 -N MgL 10 1,757 6,64 2,419 5,45 8,55 5,818 0,541 9,36 9,18 6,9 0,946 1,108 4,243 1,392 Sulfat SO 4 MgL 400 91,903 56,212 71,148 61,48 50,474 58,254 131,132 61,575 39,089 53,89 4,787 74,528 109,623 30,11 Fosfat PO 4 MgL - 0,025 0,104 0,037 0,05 0,05 0,075 0,075 0,063 0,013 ttd 0,075 0,05 0,038 0,044 Sulfida H2S MgL Nihil ttd ttd ttd ttd 0,0002 Ttd 0,0002 0,0001 ttd ttd ttd ttd ttd ttd Minyak Bumi MgL Nihil 0,134 0,006 ttd 0,006 0,012 Ttd 0,124 ttd ttd ttd 0,114 0,534 0,51 0,488 Surfaktan detergen MgL MBAS Nihil 5,449 4,318 ttd 2,45 ttd 45,71 ttd 50,09 30,43 40,76 35,92 25,15 20,85 0,555 Logam semi logam MgL - - - - - - - Cadmium Cd MgL 0,00002 ttd 0,011 0,002 0,016 0,018 0,045 0,046 0,01 0,069 0,082 0,069 ttd 0,03 ttd - Timbal Pb MgL 0,00002 0,031 0,048 0,033 0,049 0,045 0,048 0,031 0,044 0,047 0,032 0,046 0,039 0,037 0,033 - Besi Fe MgL 5,0 0,028 0,024 0,033 0,024 0,028 0,024 0,044 0,028 0,024 0,033 0,073 0,034 0,048 0,028 BIOLOGI - - - - - - Koli tinja Sel100 ml Nihil Total koliform Sel100 ml 10000 110 120 110 210 100 230 120 120 210 115 210 130 210 210 Baku Mutu Air Laut Untuk Pariwisata dan Rekreasi Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 8 Tahun 2007 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali 2009 Lampiran 8 Hasil uji kualitas air laut di Provinsi Bali tahun 2009 Lampiran 9 Perhitungan surplus production method

1. Model Schnute dengan formula:

Tahun C total E std CPUE std U t+1 U t Y=lnU t+1 U t X 1 U t+1 +U t 2 X 2 E t +E t+1 2 2005 14,405.225 181.069 79.557 2.78379 1.02381 150.51284 243.21301 2006 67,627.195 305.357 221.469 1.66503 0.50984 295.11015 263.32066 2007 81,598.719 221.284 368.751 0.86639 -0.14342 344.11725 200.77829 2008 57,594.098 180.273 319.483 1.61899 0.48180 418.36084 159.60798 2009 71,866.792 138.943 517.239 0.69730 -0.36054 438.95479 147.63248 2010 56,380.720 156.322 360.671 Analisis regresi SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.777483036 R Square 0.604479872 Adjusted R Square 0.208959743 Standard Error 0.4939781 Observations 5 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.745862274 0.37293114 1.52831633 0.395520128 Residual 2 0.488028727 0.24401436 Total 4 1.233891001 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 1.579256816 2.871589028 0.5499592 0.63756103 -10.77619355 13.93470719 X Variable 1 -0.003790597 0.003775086 -1.004109 0.42107144 -0.020033481 0.012452286 X Variable 2 -0.000139434 0.008626543 -0.0161633 0.98857155 -0.037256453 0.036977586 Persamaan Y = 416.624826 f - 0.03678418 f 2 Tahun C Aktual E Aktual C duga Validasi Kuadrat Validasi 2005 14405.225 181.069 74231.645 74230.645 5510188646.377 2006 67627.195 305.357 123789.640 123788.640 15323627311.131 2007 81598.719 221.284 90391.143 90390.143 8170377904.592 2008 57594.098 180.273 73910.679 73909.679 5462640581.229 2009 71866.792 138.943 57177.070 57176.070 3269102940.209 2010 56380.720 156.322 64228.639 64227.639 4125189566.182 Rata-rata 6976854491.620 Kuadrat validasi sangat tinggi

2. Model Walter Hilbron dengan formula:

2 2 ln 1 1 1         t t t t t t E E q U U qK r r U U t t t t qE U qK r r U U      1 1 Data Tahun C total E std CPUE std Ut+1-1 Ut Et Ut 2005 14,405.225 181.069 79.5568 1.78379 79.557 181.069 2006 67,627.195 305.357 221.4689 0.66503 221.469 305.357 2007 81,598.719 221.284 368.7514 -0.13361 368.751 221.284 2008 57,594.098 180.273 319.4831 0.61899 319.483 180.273 2009 71,866.792 138.943 517.2386 -0.30270 517.239 138.943 2010 56,380.720 156.322 360.6710 360.671 156.322 Regresi linier SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.985256014 R Square 0.970729413 Adjusted R Square 0.941458826 Standard Error 0.199952554 Observations 5 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 2.651860434 1.32593022 33.16399 0.029270587 Residual 2 0.079962048 0.03998102 Total 4 2.731822482 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 2.950953002 0.480014397 6.14763437 0.025454 0.885617748 5.016288257 X Variable 1 -0.00537748 0.000665461 -8.0808328 0.014971 -0.008240725 -0.002514231 X Variable 2 -0.00391665 0.00172761 -2.2670932 0.151545 -0.011349961 0.003516654 Persamaan Y = 548.76132 f - 0.728343 f 2 Uji validasi Tahun C Aktual E Aktual C duga Validasi Kuadrat Validasi 2005 14405.225 181.069 75484.087 4.240 17.978 2006 67627.195 305.357 99655.348 0.474 0.224 2007 81598.719 221.284 85767.573 0.051 0.003 2008 57594.098 180.273 75256.826 0.307 0.094 2009 71866.792 138.943 62185.844 -0.135 0.018 2010 56380.720 156.322 67985.177 0.206 0.042 Rata-rata 3.060

3. Model Disequilibrium Schaefer

Dengan formula SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.927244315 R Square 0.859782019 Adjusted R Square 0.579346057 Standard Error 34855.0991 Observations 4 t t t t t qE U qK r r U U U       2 1 1 h t = q K E t – q 2 K r E t 2 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 7449331352 3724665676 3.065876475 0.374456915 Residual 1 1214877933 1214877933 Total 3 8664209286 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 230015.5951 239400.3413 0.960798944 0.512725856 -2811854.155 3271885.346 X Variable 1 -515.021787 340.5346783 -1.512391601 0.371920594 -4841.925129 3811.881555 X Variable 2 -228.886335 590.8394634 -0.387391751 0.764711591 -7736.213522 7278.440853 Persamaan Y = 446.6133296 f - 0.444420684 f 2 Uji Validasi Tahun C Aktual E Aktual C duga Validasi Kuadrat Validasi 2005 14405.225 181.069 66296.925 3.602 12.976 2006 67627.195 305.357 94937.521 0.404 0.163 2007 81598.719 221.284 77066.567 -0.056 0.003 2008 57594.098 180.273 66069.310 0.147 0.022 2009 71866.792 138.943 53474.257 -0.256 0.065 2010 56380.720 156.322 58955.291 0.046 0.002 Rata-rata 2.205

4. Model Equilibrium Schaefer

Formula SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.422643645 R Square 0.17862765 Adjusted R Square -0.026715437 Standard Error 150.285554 Observations 6 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 1 19647.30882 19647.30882 0.869898533 0.403782453 Residual 4 90342.99091 22585.74773 Total 5 109990.2997 Coefficients Std Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 517.8634093 229.9219335 2.25234453 0.08741792 -120.5022176 1156.229036 X Variable 1 -1.047972327 1.123609792 -0.932683512 0.403782453 -4.167613235 2.071668581 Persamaan Y = 517.8634093 f - 1.047972327 f 2 Uji Validasi Tahun C Aktual E std C Duga Deviasi Kuadrat Deviasi 2005 14,405.225 181.069 59,410.14 3.1242 9.7606748 2006 67,627.195 305.357 60,417.18 0.1066 0.0113666 2007 81,598.719 221.284 63,279.23 0.2245 0.0504034 2008 57,594.098 180.273 59,299.38 0.0296 0.0008767 2009 71,866.792 138.943 51,722.28 0.2803 0.0785701 2010 56,380.720 156.322 55,344.55 0.0184 0.0003378 Rata2 58,245.458 197.208 58,245.46 0.4207 1.6503716

5. Model Clark Yoshimoto dan Pooley CYP

Formula : SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0.557404994 R Square 0.310700328 R Square -0.378599344 Standard Error 0.358439466 Observations 5 ANOVA df SS MS F Significance F Regression 2 0.115823125 0.057911562 0.450747825 0.689299672 Residual 2 0.256957701 0.128478851 Total 4 0.372780826 Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95 Upper 95 Intercept 6.074762572 1.676331502 3.623843234 0.068425065 -1.137909742 13.28743489 X Variable 1 0.000516687 0.001804298 0.286364605 0.801537487 -0.007246579 0.008279953 X Variable 2 -0.0009597 0.002979461 -0.322105107 0.777924642 -0.013779286 0.011859886 Persamaan Y = 467.852119 f - 0.926545 f 2 Uji Validasi Tahun C Aktual E std C Duga Validasi Kuadrat Validasi 2005 14,405.22 181 4,335.76 2.7719 7.6836978 2006 67,627.19 305 6,468.13 0.1650 0.0272278 2007 81,598.72 221 8,158.41 0.2873 0.0825201 2008 57,594.10 180 4,229.88 0.0584 0.0034120 2009 71,866.79 139 7,117.73 0.3444 0.1185936 2010 56,380.72 156 0,493.95 0.1044 0.0109017 Rata2 58,245.46 197 3,467.31 0.0820 1.3210588 C msy = a24b = 59,059.61 E msy = a2b = 252.47 2 ln 2 2 ln 2 2 ln 1 1           t t t t E E r q U r r qK r r U Lampiran 10 Pengukuran panjang berat ikan lemuru sampel Team lapangan Penimbangan Sempenit Protolan Lemuru Lemuru kucing Lampiran 11 Pengamatan isi lambung ikan lemuru sampel Acartia sp. Ceratium sp. Coscinodiscus sp. Kulit Ikan Cacing Peridium sp Rhizosolenia sp. Creseis sp. Potongan Udang Rhabdonema sp. Oikopleura sp. Potongan Copepoda Trichodesmium sp. Guinardia sp. Volvox sp. Fragilaria sp. Glenodinium sp. Brachyscelus sp. Microsetella sp. Leprotintinnus sp. Pyropharus sp. Streptotheca sp. Tintinnopsis sp. Pterosagitta sp. Tigriopus sp. Planktoniella sp. Undinula sp. Sisik Ikan 224 No. Lembaga Pemerintah Swasta Tupoksi Keterangan 1 Dinas Kelautan dan Perikanan v Tugas pokok dan fungsinya sebagai penanggungjawab kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi 2 Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan v Unit Pelaksana Teknis Daerah, yang bertanggunjawab Pantai Muncar kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur Tugas pokok dan fungsi UPT ini, melakukan pengelolaan terhadap fasilitas pelabuhan perikanan dan berkolaborasi dengan instansi terkait lainnya yang berada di lingkungan pelabuhan untuk melaku- kegiatan bongkar hasil perikanan 3 TPI v Melaksanakan pelelangan ikan dan bertanggunjawab langsung kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi 4 Kantor Lingkungan Hidup v Melakukan pengujian secara periodik terhadap limbah industri pengolahan ikan yang ada di Kabupaten Banyuwangi, melakukan pengarahan dan sosialisasi kepada pelaku usaha pengolahan tentang penanganan limbah industri sebelum dibuang ke laut 5 KUD v 6 HNSI v Kelembagaan nelayan, sebagai wadah aspirasi nelayan yang ada di Kabupaten Banyuwangi 7 Taman Nasional Alas Purwo v Melakukan pengawasan dan pemeliharaan hutan mangrove yang terdapat di kawasan Alas Purwo. TNAP ini berada di bawah dan bertanggung- jawab kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Banyuwangi 8 Dinas Kehutanan v Berkaitan dengan pengawasan hutan mangrove dan padang lamun yang ada perairan laut 9 Badan Perencana Pembangunan Daerah v Melaksanakan penyusunan rencana pembanguan daerah secara umum dan melakukan koordinasi dan pembinaan kepada instansi terkait sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kabupaten Banyuwangi Lampiran 12 Lembaga yang berkompeten dalam pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali 225 No. Lembaga Pemerintah Swasta Tupoksi Keterangan 1 Dinas Pertanian Kehutanan dan Kelautan v Kegiatan perikanan berada dibawah tanggungjawab Kepala Bidang Kelautan dan Perikanan, karena masih bergabung dengan Pertanian dan Kehutanan Bidang perikanan bertanggungjawab terhadap perencanaan dan pembinaan 2 Pelabuhan Perikanan Nusantara v Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Tugas Pengambengan pokok dan fungsinya adalah melaksanakan pengelolaan kepelabuhan secara menyeluruh dan bertanggungjawab terhadap faslitas yang ada, serta berkoordinasi dengan instansi terkait yang ada di Kabupaten Jembrana untuk pelaksanaan tugas sehari-hari. 3 TPI v Melaksanakan pelelangan ikan dan bertanggunjawab langsung Dinas Kelautan Perikanan Dan Kehutanan 4 Dinas Lingkungan Hidup v Melakukan pengujian secara periodik terhadap limbah industri pengolahan ikan yang ada di Kabupaten Jembrana, melakukan pengarahan dan sosialisasi kepada pelaku usaha pengolahan tentang penanganan limbah industri sebelum dibuang ke laut 5 KUD v 6 HNSI v Kelembagaan nelayan, sebagai wadah aspirasi nelayan yang ada di Kabupaten Jembrana 7 Taman Nasional Bali Barat v Saat ini TNBB masih berfokus pada penangkaran burung jalak Bali, dan belum banyak menangani lingkungan perairan Selat Bali 8 Badan Perencana Pembangunan Daerah v Lembaga daerah dengan tugas pokok melakukan penyusunan dan melak- sanakan kebijakan daerah, dan menjalankan fungsi merumuskan, koordinasi dan melakukan pembinaan dalam implementasi kebijakan. Sumber : Instansi dan Lembaga terkait di Kabupaten Banyuwangi dan Jembrana 2011 Kabupaten Jembrana Lampiran 12 Lembaga yang berkompeten dalam pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali lanjutan….. Lampiran 13 Alat tangkap dominan di Selat Bali Purse seine Perahu sleret Gillnet Muncar Perahu payang Muncar Bagan tancap Muncar Perahu gillnet Jembrana Alat tangkap gillnet Jembrana Perahu pukat pantai Jembrana Lampiran 14 Perhitungan simulasi model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali Biomasst = Biomasst - dt + Pert_Biomass - Kematian_alami - Hsl_Tangkapan dtINIT Biomass = 58130.06 INFLOWS: Pert_Biomass = ratio__kerapatan_rBRatio_Kefek_ratio_pert- Hsl_TangkapanFraksi_fak_oseanografi_dan_klimatologi OUTFLOWS: Kematian_alami = BiomassLaju_kematian_alami Hsl_Tangkapan = BiomassEffortKemampuan_tangkap_q Effortt = Effortt - dt + Pert_effort dtINIT Effort = 1 INFLOWS: Pert_effort = if effort=Batasan_effort then Fraksi_pengurangan_rentRent else Fraksi_rentRent Batasan_effort = 252.47 Biaya_melaut = 3114000 Carrying_Capasity_K = 58245.46 CPUE = Hsl_TangkapanEffort efek_ratio_pert = 1-ratio_pert Fraksi_fak_oseanografi_dan_klimatologi = 0.435 Fraksi_pengurangan_rent = -0.00000000015 Fraksi_rent = 0.00000000015 Harga_ikan = 3270000 Kemampuan_tangkap_q = 0.003956756 Laju_kematian_alami = 0.0217 Pert_alami_r = 1.997 Ratio_K = 1-BiomassCarrying_Capasity_K ratio_pert = ratio_q_thd_fPert_alami_r ratio_q_thd_f = EffortKemampuan_tangkap_q ratio__kerapatan_rB = BiomassPert_alami_r Rent = Hsl_TangkapanHarga_ikan-EffortBiaya_melaut Lampiran 15 Tabel perhitungan simulasi kondisi existing Tahun Biomass Pert Biomass Effort Pert effort Hsl Tangkapan Rente Batasan effort 58,130.06 129.49 1 0.11 230.01 749,007,136.25 252.47 1 56,768.12 2,760.39 1.11 0.12 249.85 813,557,498.50 252.47 2 58,046.79 271.09 1.23 0.14 283.51 923,233,061.99 252.47 3 56,774.76 2,720.89 1.37 0.15 308.41 1,004,214,964.11 252.47 4 57,955.23 423 1.52 0.17 349.36 1,137,667,473.66 252.47 5 56,771.23 2,694.34 1.69 0.19 380.56 1,239,146,528.76 252.47 6 57,853.08 588.2 1.88 0.21 430.36 1,401,413,946.71 252.47 7 56,755.51 2,683.12 2.09 0.23 469.4 1,528,427,390.03 252.47 8 57,737.64 770.15 2.32 0.26 529.9 1,725,545,210.78 252.47 9 56,724.99 2,690.28 2.58 0.28 578.7 1,884,315,781.31 252.47 10 57,605.64 972.86 2.86 0.32 652.11 2,123,481,399.28 252.47 11 56,676.35 2,719.73 3.18 0.35 713.02 2,321,666,123.86 252.47 12 57,453.18 1,200.89 3.53 0.39 801.96 2,611,415,622.71 252.47 13 56,605.39 2,776.42 3.92 0.43 877.86 2,858,386,577.87 252.47 14 57,275.61 1,459.48 4.35 0.48 985.42 3,208,777,917.57 252.47 15 56,506.79 2,866.54 4.83 0.53 1,079.81 3,515,924,600.62 252.47 16 57,067.32 1,754.51 5.36 0.59 1,209.60 3,938,717,058.22 252.47 17 56,373.87 2,997.73 5.95 0.65 1,326.69 4,319,747,549.71 252.47 18 56,821.60 2,092.63 6.6 0.72 1,482.91 4,828,561,104.38 252.47 19 56,198.29 3,179.25 7.32 0.79 1,627.69 5,299,759,766.04 252.47 20 56,530.35 2,481.20 8.11 0.89 1,815.12 5,910,188,376.21 252.47 21 55,969.71 3,422.07 9 0.97 1,993.45 6,490,559,517.73 252.47 22 56,183.78 2,928.33 9.98 1.08 2,217.51 7,220,195,893.28 252.47 23 55,675.41 3,738.76 11.06 1.19 2,436.03 7,931,384,768.50 252.47 24 55,769.98 3,442.88 12.25 1.32 2,702.70 8,799,685,830.39 252.47 25 55,299.96 4,143.17 13.57 1.45 2,968.74 9,665,522,021.47 252.47 26 55,274.38 4,034.31 15.02 1.6 3,284.45 10,693,395,227.40 252.47 27 54,824.79 4,649.67 16.62 1.76 3,605.69 11,738,854,406.61 252.47 28 54,679.07 4,712.46 18.38 1.94 3,977.07 12,947,765,223.20 252.47 29 54,227.92 5,271.80 20.32 2.13 4,360.98 14,197,103,109.50 252.47 30 53,962.00 5,486.90 22.45 2.34 4,794.28 15,607,387,521.14 252.47 31 53,483.64 6,020.41 24.8 2.56 5,247.21 17,081,175,494.88 252.47 32 53,096.24 6,365.66 27.36 2.81 5,747.49 18,709,102,758.98 252.47 33 52,562.21 6,901.01 30.16 3.06 6,273.34 20,419,894,154.10 252.47 34 52,049.29 7,352.81 33.23 3.34 6,842.93 22,272,921,304.17 252.47 Tahun Biomass Pert Biomass Effort Pert effort Hsl Tangkapan Rente Batasan effort 35 51,429.69 7,910.60 36.57 3.63 7,441.34 24,219,301,392.54 252.47 36 50,782.93 8,444.57 40.2 3.94 8,077.74 26,289,010,722.96 252.47 37 50,047.77 9,033.73 44.14 4.27 8,741.69 28,447,853,845.50 252.47 38 49,253.77 9,623.83 48.41 4.61 9,434.61 30,700,432,364.10 252.47 39 48,374.19 10,238.07 53.02 4.95 10,147.56 33,017,425,532.46 252.47 40 47,414.98 10,853.66 57.97 5.31 10,875.50 35,382,376,553.82 252.47 41 46,364.23 11,469.46 63.28 5.66 11,608.14 37,761,568,805.56 252.47 42 45,219.45 12,071.10 68.94 6.02 12,334.98 40,120,697,033.24 252.47 43 43,974.31 12,647.52 74.96 6.36 13,042.45 42,415,401,027.29 252.47 44 42,625.14 13,183.83 81.32 6.69 13,715.35 44,595,954,963.85 252.47 45 41,168.66 13,664.45 88.01 6.99 14,336.37 46,605,852,937.34 252.47 46 39,603.39 14,072.53 95 7.26 14,886.76 48,383,873,793.49 252.47 47 37,929.76 14,390.91 102.26 7.48 15,346.86 49,865,802,975.57 252.47 48 36,150.74 14,602.93 109.74 7.65 15,696.96 50,987,343,949.09 252.47 49 34,272.23 14,693.49 117.39 7.75 15,918.44 51,687,740,927.69 252.47 50 32,303.58 14,650.29 125.14 7.79 15,995.04 51,914,107,076.61 252.47 51 30,257.84 14,465.06 132.93 7.74 15,914.40 51,626,137,224.35 252.47 52 28,151.90 14,134.71 140.67 7.62 15,669.36 50,800,744,738.55 252.47 53 26,006.36 13,662.23 148.29 7.42 15,259.26 49,436,008,544.16 252.47 54 23,844.99 13,057.06 155.71 7.13 14,690.71 47,553,745,284.86 252.47 55 21,693.90 12,334.95 162.84 6.78 13,977.73 45,200,079,388.90 252.47 56 19,580.37 11,517.11 169.62 6.37 13,141.22 42,443,603,301.30 252.47 57 17,531.37 10,628.78 175.99 5.91 12,207.68 39,371,089,253.03 252.47 58 15,572.04 9,697.34 181.89 5.41 11,207.21 36,081,163,097.70 252.47 59 13,724.26 8,750.28 187.3 4.9 10,171.26 32,676,763,459.94 252.47 60 12,005.47 7,813.22 192.21 4.39 9,130.27 29,257,460,012.92 252.47 61 10,427.89 6,908.33 196.59 3.89 8,111.59 25,912,709,793.69 252.47 62 8,998.35 6,053.32 200.48 3.41 7,137.98 22,716,887,989.23 252.47 63 7,718.43 5,260.92 203.89 2.96 6,226.74 19,726,521,545.60 252.47 64 6,585.11 4,539.03 206.85 2.55 5,389.55 16,979,709,849.48 252.47 65 5,591.70 3,891.23 209.39 2.17 4,632.85 14,497,358,827.19 252.47 66 4,728.74 3,317.48 211.57 1.84 3,958.56 12,285,654,385.54 252.47 67 3,985.06 2,815.05 213.41 1.55 3,365.05 10,339,165,369.94 252.47 68 3,348.58 2,379.31 214.96 1.3 2,848.15 8,644,054,038.77 252.47 69 2,807.08 2,004.50 216.26 1.08 2,401.97 7,181,023,066.69 252.47 70 2,348.69 1,684.30 217.34 0.89 2,019.75 5,927,788,034.88 252.47 71 1,962.28 1,412.33 218.23 0.73 1,694.36 4,860,998,270.13 252.47 Tahun Biomass Pert Biomass Effort Pert effort Hsl Tangkapan Rente Batasan effort 72 1,637.66 1,182.39 218.95 0.59 1,418.79 3,957,622,342.96 252.47 73 1,365.72 988.73 219.55 0.48 1,186.40 3,195,868,119.58 252.47 74 1,138.41 826.12 220.03 0.38 991.1 2,555,729,389.76 252.47 75 948.74 689.92 220.41 0.3 827.4 2,019,252,272.56 252.47 76 790.66 576.03 220.71 0.24 690.49 1,570,604,128.04 252.47 77 659.04 480.94 220.95 0.18 576.16 1,196,012,371.24 252.47 78 549.52 401.62 221.13 0.13 480.8 883,624,660.31 252.47 79 458.41 335.49 221.26 0.09 401.33 623,327,678.70 252.47 80 382.63 280.39 221.36 0.06 335.12 406,550,063.30 252.47 81 319.59 234.47 221.42 0.03 279.99 226,066,060.12 252.47 82 267.13 196.2 221.45 0.01 234.07 75,809,926.07 252.47 83 223.47 164.31 221.46 195.82 -49,293,499.81 252.47 84 187.11 137.7 221.46 163.96 -153,484,839.92 252.47 85 156.8 115.49 221.46 137.4 -240,347,744.65 252.47 86 131.48 96.91 221.46 115.22 -312,875,609.43 252.47 87 110.32 81.36 221.46 96.67 -373,511,783.71 252.47 88 92.61 68.33 221.46 81.15 -424,260,254.39 252.47 89 77.78 57.4 221.46 68.15 -466,771,328.57 252.47 90 65.34 48.24 221.46 57.25 -502,408,707.55 252.47 91 54.91 40.55 221.46 48.11 -532,302,513.67 252.47 92 46.15 34.09 221.46 40.44 -557,391,576.69 252.47 93 38.8 28.66 221.46 34 -578,457,412.07 252.47 94 32.62 24.11 221.46 28.59 -596,151,704.93 252.47 95 27.43 20.28 221.46 24.04 -611,018,669.00 252.47 96 23.07 17.05 221.46 20.22 -623,513,327.10 252.47 97 19.41 14.35 221.46 17.01 -634,016,521.36 252.47 98 16.33 12.07 221.46 14.31 -642,847,283.72 252.47 99 13.74 10.15 221.46 12.04 -650,273,063.33 252.47 Final 11.56 221.46 -656,518,204.94 252.47 Lampiran 16 Tabel simulasi scenario 2 pengaturan jumlah effort sebanyak 30 184 unit Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 58,130.06 129.49 1 0.11 230.01 749,007,136.25 184.05 1 56,768.12 2,760.39 1.11 0.12 249.85 813,557,498.50 184.05 2 58,046.79 271.09 1.23 0.14 283.51 923,233,061.99 184.05 3 56,774.76 2,720.89 1.37 0.15 308.41 1,004,214,964.11 184.05 4 57,955.23 423 1.52 0.17 349.36 1,137,667,473.66 184.05 5 56,771.23 2,694.34 1.69 0.19 380.56 1,239,146,528.76 184.05 6 57,853.08 588.2 1.88 0.21 430.36 1,401,413,946.71 184.05 7 56,755.51 2,683.12 2.09 0.23 469.4 1,528,427,390.03 184.05 8 57,737.64 770.15 2.32 0.26 529.9 1,725,545,210.78 184.05 9 56,724.99 2,690.28 2.58 0.28 578.7 1,884,315,781.31 184.05 10 57,605.64 972.86 2.86 0.32 652.11 2,123,481,399.28 184.05 11 56,676.35 2,719.73 3.18 0.35 713.02 2,321,666,123.86 184.05 12 57,453.18 1,200.89 3.53 0.39 801.96 2,611,415,622.71 184.05 13 56,605.39 2,776.42 3.92 0.43 877.86 2,858,386,577.87 184.05 14 57,275.61 1,459.48 4.35 0.48 985.42 3,208,777,917.57 184.05 15 56,506.79 2,866.54 4.83 0.53 1,079.81 3,515,924,600.62 184.05 16 57,067.32 1,754.51 5.36 0.59 1,209.60 3,938,717,058.22 184.05 17 56,373.87 2,997.73 5.95 0.65 1,326.69 4,319,747,549.71 184.05 18 56,821.60 2,092.63 6.6 0.72 1,482.91 4,828,561,104.38 184.05 19 56,198.29 3,179.25 7.32 0.79 1,627.69 5,299,759,766.04 184.05 20 56,530.35 2,481.20 8.11 0.89 1,815.12 5,910,188,376.21 184.05 21 55,969.71 3,422.07 9 0.97 1,993.45 6,490,559,517.73 184.05 22 56,183.78 2,928.33 9.98 1.08 2,217.51 7,220,195,893.28 184.05 23 55,675.41 3,738.76 11.06 1.19 2,436.03 7,931,384,768.50 184.05 24 55,769.98 3,442.88 12.25 1.32 2,702.70 8,799,685,830.39 184.05 25 55,299.96 4,143.17 13.57 1.45 2,968.74 9,665,522,021.47 184.05 26 55,274.38 4,034.31 15.02 1.6 3,284.45 10,693,395,227.40 184.05 27 54,824.79 4,649.67 16.62 1.76 3,605.69 11,738,854,406.61 184.05 28 54,679.07 4,712.46 18.38 1.94 3,977.07 12,947,765,223.20 184.05 29 54,227.92 5,271.80 20.32 2.13 4,360.98 14,197,103,109.50 184.05 30 53,962.00 5,486.90 22.45 2.34 4,794.28 15,607,387,521.14 184.05 31 53,483.64 6,020.41 24.8 2.56 5,247.21 17,081,175,494.88 184.05 32 53,096.24 6,365.66 27.36 2.81 5,747.49 18,709,102,758.98 184.05 33 52,562.21 6,901.01 30.16 3.06 6,273.34 20,419,894,154.10 184.05 34 52,049.29 7,352.81 33.23 3.34 6,842.93 22,272,921,304.17 184.05 35 51,429.69 7,910.60 36.57 3.63 7,441.34 24,219,301,392.54 184.05 36 50,782.93 8,444.57 40.2 3.94 8,077.74 26,289,010,722.96 184.05 37 50,047.77 9,033.73 44.14 4.27 8,741.69 28,447,853,845.50 184.05 Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 38 49,253.77 9,623.83 48.41 4.61 9,434.61 30,700,432,364.10 184.05 39 48,374.19 10,238.07 53.02 4.95 10,147.56 33,017,425,532.46 184.05 40 47,414.98 10,853.66 57.97 5.31 10,875.50 35,382,376,553.82 184.05 41 46,364.23 11,469.46 63.28 5.66 11,608.14 37,761,568,805.56 184.05 42 45,219.45 12,071.10 68.94 6.02 12,334.98 40,120,697,033.24 184.05 43 43,974.31 12,647.52 74.96 6.36 13,042.45 42,415,401,027.29 184.05 44 42,625.14 13,183.83 81.32 6.69 13,715.35 44,595,954,963.85 184.05 45 41,168.66 13,664.45 88.01 6.99 14,336.37 46,605,852,937.34 184.05 46 39,603.39 14,072.53 95 7.26 14,886.76 48,383,873,793.49 184.05 47 37,929.76 14,390.91 102.26 7.48 15,346.86 49,865,802,975.57 184.05 48 36,150.74 14,602.93 109.74 7.65 15,696.96 50,987,343,949.09 184.05 49 34,272.23 14,693.49 117.39 7.75 15,918.44 51,687,740,927.69 184.05 50 32,303.58 14,650.29 125.14 7.79 15,995.04 51,914,107,076.61 184.05 51 30,257.84 14,465.06 132.93 7.74 15,914.40 51,626,137,224.35 184.05 52 28,151.90 14,134.71 140.67 7.62 15,669.36 50,800,744,738.55 184.05 53 26,006.36 13,662.23 148.29 7.42 15,259.26 49,436,008,544.16 184.05 54 23,844.99 13,057.06 155.71 7.13 14,690.71 47,553,745,284.86 184.05 55 21,693.90 12,334.95 162.84 6.78 13,977.73 45,200,079,388.90 184.05 56 19,580.37 11,517.11 169.62 6.37 13,141.22 42,443,603,301.30 184.05 57 17,531.37 10,628.78 175.99 5.91 12,207.68 39,371,089,253.03 184.05 58 15,572.04 9,697.34 181.89 5.41 11,207.21 36,081,163,097.70 184.05 59 13,724.26 8,750.28 187.3 10,171.26 32,676,763,459.94 184.05 60 12,005.47 8,099.35 187.3 8,897.44 28,511,352,362.19 184.05 61 10,946.86 7,635.04 187.3 8,112.89 25,945,870,466.49 184.05 62 10,231.46 7,293.90 187.3 7,582.70 24,212,150,031.48 184.05 63 9,720.64 7,036.81 187.3 7,204.12 22,974,207,142.66 184.05 64 9,342.39 6,839.19 187.3 6,923.79 22,057,537,820.16 184.05 65 9,055.06 6,684.94 187.3 6,710.84 21,361,191,875.07 184.05 66 8,832.66 6,563.11 187.3 6,546.02 20,822,220,627.90 184.05 67 8,658.08 6,465.98 187.3 6,416.64 20,399,133,512.30 184.05 68 8,519.54 6,387.96 187.3 6,313.96 20,063,392,824.93 184.05 69 8,408.67 6,324.93 187.3 6,231.79 19,794,699,139.11 184.05 70 8,319.34 6,273.77 187.3 6,165.59 19,578,218,275.35 184.05 71 8,246.98 6,232.07 187.3 6,111.97 19,402,869,703.34 184.05 72 8,188.12 6,197.98 187.3 6,068.35 19,260,226,812.97 184.05 73 8,140.08 6,170.04 187.3 6,032.74 19,143,785,832.15 184.05 74 8,100.74 6,147.10 187.3 6,003.59 19,048,465,351.10 184.05 75 8,068.47 6,128.23 187.3 5,979.67 18,970,254,862.67 184.05 76 8,041.94 6,112.68 187.3 5,960.01 18,905,962,376.79 184.05 Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 77 8,020.10 6,099.85 187.3 5,943.82 18,853,029,590.39 184.05 78 8,002.10 6,089.26 187.3 5,930.48 18,809,394,175.14 184.05 79 7,987.24 6,080.52 187.3 5,919.46 18,773,385,604.70 184.05 80 7,974.96 6,073.28 187.3 5,910.37 18,743,645,299.94 184.05 81 7,964.82 6,067.30 187.3 5,902.85 18,719,064,702.15 184.05 82 7,956.43 6,062.35 187.3 5,896.64 18,698,736,763.17 184.05 83 7,949.49 6,058.25 187.3 5,891.49 18,681,917,613.52 184.05 84 7,943.75 6,054.86 187.3 5,887.24 18,667,996,045.05 184.05 85 7,938.99 6,052.05 187.3 5,883.71 18,656,469,058.60 184.05 86 7,935.05 6,049.72 187.3 5,880.79 18,646,922,163.69 184.05 87 7,931.79 6,047.79 187.3 5,878.37 18,639,013,432.61 184.05 88 7,929.09 6,046.19 187.3 5,876.37 18,632,460,542.45 184.05 89 7,926.85 6,044.86 187.3 5,874.71 18,627,030,210.19 184.05 90 7,924.99 6,043.76 187.3 5,873.33 18,622,529,554.48 184.05 91 7,923.45 6,042.85 187.3 5,872.19 18,618,799,016.42 184.05 92 7,922.17 6,042.10 187.3 5,871.24 18,615,706,546.18 184.05 93 7,921.11 6,041.47 187.3 5,870.46 18,613,142,821.48 184.05 94 7,920.24 6,040.95 187.3 5,869.81 18,611,017,309.26 184.05 95 7,919.51 6,040.52 187.3 5,869.27 18,609,255,018.03 184.05 96 7,918.91 6,040.17 187.3 5,868.83 18,607,793,817.34 184.05 97 7,918.41 6,039.87 187.3 5,868.45 18,606,582,223.42 184.05 98 7,917.99 6,039.62 187.3 5,868.15 18,605,577,568.87 184.05 99 7,917.65 6,039.42 187.3 5,867.89 18,604,744,488.79 184.05 Final 7,917.36 187.3 18,604,053,668.14 184.05 Lampiran 17 Tabel simulasi dengan pengaturan jumlah effort sebanyak 40 165 unit Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 58,130.06 129.49 1 0.11 230.01 749,007,136.25 165.65 1 56,768.12 2,760.39 1.11 0.12 249.85 813,557,498.50 165.65 2 58,046.79 271.09 1.23 0.14 283.51 923,233,061.99 165.65 3 56,774.76 2,720.89 1.37 0.15 308.41 1,004,214,964.11 165.65 4 57,955.23 423 1.52 0.17 349.36 1,137,667,473.66 165.65 5 56,771.23 2,694.34 1.69 0.19 380.56 1,239,146,528.76 165.65 6 57,853.08 588.2 1.88 0.21 430.36 1,401,413,946.71 165.65 7 56,755.51 2,683.12 2.09 0.23 469.4 1,528,427,390.03 165.65 8 57,737.64 770.15 2.32 0.26 529.9 1,725,545,210.78 165.65 9 56,724.99 2,690.28 2.58 0.28 578.7 1,884,315,781.31 165.65 10 57,605.64 972.86 2.86 0.32 652.11 2,123,481,399.28 165.65 11 56,676.35 2,719.73 3.18 0.35 713.02 2,321,666,123.86 165.65 12 57,453.18 1,200.89 3.53 0.39 801.96 2,611,415,622.71 165.65 13 56,605.39 2,776.42 3.92 0.43 877.86 2,858,386,577.87 165.65 14 57,275.61 1,459.48 4.35 0.48 985.42 3,208,777,917.57 165.65 15 56,506.79 2,866.54 4.83 0.53 1,079.81 3,515,924,600.62 165.65 16 57,067.32 1,754.51 5.36 0.59 1,209.60 3,938,717,058.22 165.65 17 56,373.87 2,997.73 5.95 0.65 1,326.69 4,319,747,549.71 165.65 18 56,821.60 2,092.63 6.6 0.72 1,482.91 4,828,561,104.38 165.65 19 56,198.29 3,179.25 7.32 0.79 1,627.69 5,299,759,766.04 165.65 20 56,530.35 2,481.20 8.11 0.89 1,815.12 5,910,188,376.21 165.65 21 55,969.71 3,422.07 9 0.97 1,993.45 6,490,559,517.73 165.65 22 56,183.78 2,928.33 9.98 1.08 2,217.51 7,220,195,893.28 165.65 23 55,675.41 3,738.76 11.06 1.19 2,436.03 7,931,384,768.50 165.65 24 55,769.98 3,442.88 12.25 1.32 2,702.70 8,799,685,830.39 165.65 25 55,299.96 4,143.17 13.57 1.45 2,968.74 9,665,522,021.47 165.65 26 55,274.38 4,034.31 15.02 1.6 3,284.45 10,693,395,227.40 165.65 27 54,824.79 4,649.67 16.62 1.76 3,605.69 11,738,854,406.61 165.65 28 54,679.07 4,712.46 18.38 1.94 3,977.07 12,947,765,223.20 165.65 29 54,227.92 5,271.80 20.32 2.13 4,360.98 14,197,103,109.50 165.65 30 53,962.00 5,486.90 22.45 2.34 4,794.28 15,607,387,521.14 165.65 31 53,483.64 6,020.41 24.8 2.56 5,247.21 17,081,175,494.88 165.65 32 53,096.24 6,365.66 27.36 2.81 5,747.49 18,709,102,758.98 165.65 33 52,562.21 6,901.01 30.16 3.06 6,273.34 20,419,894,154.10 165.65 34 52,049.29 7,352.81 33.23 3.34 6,842.93 22,272,921,304.17 165.65 35 51,429.69 7,910.60 36.57 3.63 7,441.34 24,219,301,392.54 165.65 36 50,782.93 8,444.57 40.2 3.94 8,077.74 26,289,010,722.96 165.65 37 50,047.77 9,033.73 44.14 4.27 8,741.69 28,447,853,845.50 165.65 Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 38 49,253.77 9,623.83 48.41 4.61 9,434.61 30,700,432,364.10 165.65 39 48,374.19 10,238.07 53.02 4.95 10,147.56 33,017,425,532.46 165.65 40 47,414.98 10,853.66 57.97 5.31 10,875.50 35,382,376,553.82 165.65 41 46,364.23 11,469.46 63.28 5.66 11,608.14 37,761,568,805.56 165.65 42 45,219.45 12,071.10 68.94 6.02 12,334.98 40,120,697,033.24 165.65 43 43,974.31 12,647.52 74.96 6.36 13,042.45 42,415,401,027.29 165.65 44 42,625.14 13,183.83 81.32 6.69 13,715.35 44,595,954,963.85 165.65 45 41,168.66 13,664.45 88.01 6.99 14,336.37 46,605,852,937.34 165.65 46 39,603.39 14,072.53 95 7.26 14,886.76 48,383,873,793.49 165.65 47 37,929.76 14,390.91 102.26 7.48 15,346.86 49,865,802,975.57 165.65 48 36,150.74 14,602.93 109.74 7.65 15,696.96 50,987,343,949.09 165.65 49 34,272.23 14,693.49 117.39 7.75 15,918.44 51,687,740,927.69 165.65 50 32,303.58 14,650.29 125.14 7.79 15,995.04 51,914,107,076.61 165.65 51 30,257.84 14,465.06 132.93 7.74 15,914.40 51,626,137,224.35 165.65 52 28,151.90 14,134.71 140.67 7.62 15,669.36 50,800,744,738.55 165.65 53 26,006.36 13,662.23 148.29 7.42 15,259.26 49,436,008,544.16 165.65 54 23,844.99 13,057.06 155.71 7.13 14,690.71 47,553,745,284.86 165.65 55 21,693.90 12,334.95 162.84 6.78 13,977.73 45,200,079,388.90 165.65 56 19,580.37 11,517.11 169.62 13,141.22 42,443,603,301.30 165.65 57 17,531.37 11,129.59 169.62 11,766.05 37,946,784,648.71 165.65 58 16,514.48 10,866.31 169.62 11,083.57 35,715,090,368.76 165.65 59 15,938.85 10,696.40 169.62 10,697.24 34,451,789,408.30 165.65 60 15,592.13 10,586.78 169.62 10,464.55 33,690,873,579.71 165.65 61 15,376.02 10,515.69 169.62 10,319.50 33,216,580,197.37 165.65 62 15,238.54 10,469.35 169.62 10,227.24 32,914,867,479.05 165.65 63 15,149.98 10,439.05 169.62 10,167.80 32,720,510,209.94 165.65 64 15,092.48 10,419.18 169.62 10,129.21 32,594,309,127.10 165.65 65 15,054.95 10,406.14 169.62 10,104.02 32,511,943,970.58 165.65 66 15,030.37 10,397.56 169.62 10,087.52 32,458,010,157.99 165.65 67 15,014.24 10,391.91 169.62 10,076.70 32,422,617,324.38 165.65 68 15,003.65 10,388.20 169.62 10,069.59 32,399,358,793.04 165.65 69 14,996.68 10,385.75 169.62 10,064.91 32,384,060,214.03 165.65 70 14,992.09 10,384.14 169.62 10,061.83 32,373,991,271.24 165.65 71 14,989.07 10,383.08 169.62 10,059.80 32,367,361,626.79 165.65 72 14,987.08 10,382.38 169.62 10,058.47 32,362,995,354.34 165.65 73 14,985.77 10,381.92 169.62 10,057.59 32,360,119,236.82 165.65 74 14,984.90 10,381.61 169.62 10,057.01 32,358,224,486.69 165.65 75 14,984.33 10,381.41 169.62 10,056.63 32,356,976,155.31 165.65 76 14,983.96 10,381.28 169.62 10,056.38 32,356,153,667.79 165.65 Time Biomass Pert Biomass Effort Pert Effort Hasil Tangkapan Rent Batasan Effort 77 14,983.71 10,381.19 169.62 10,056.21 32,355,611,738.15 165.65 78 14,983.55 10,381.14 169.62 10,056.10 32,355,254,657.91 165.65 79 14,983.44 10,381.10 169.62 10,056.03 32,355,019,372.57 165.65 80 14,983.37 10,381.07 169.62 10,055.98 32,354,864,338.20 165.65 81 14,983.33 10,381.06 169.62 10,055.95 32,354,762,182.22 165.65 82 14,983.30 10,381.05 169.62 10,055.93 32,354,694,868.86 165.65 83 14,983.28 10,381.04 169.62 10,055.92 32,354,650,514.12 165.65 84 14,983.26 10,381.04 169.62 10,055.91 32,354,621,287.44 165.65 85 14,983.25 10,381.03 169.62 10,055.90 32,354,602,029.07 165.65 86 14,983.25 10,381.03 169.62 10,055.90 32,354,589,339.13 165.65 87 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,580,977.32 165.65 88 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,575,467.46 165.65 89 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,571,836.83 165.65 90 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,569,444.49 165.65 91 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,567,868.10 165.65 92 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,566,829.37 165.65 93 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,566,144.92 165.65 94 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,565,693.91 165.65 95 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,565,396.72 165.65 96 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,565,200.90 165.65 97 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,565,071.86 165.65 98 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,564,986.83 165.65 99 14,983.24 10,381.03 169.62 10,055.89 32,354,564,930.81 165.65 Final 14,983.24 169.62 32,354,564,893.89 165.65 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Parameter hasil tangkapan dan factor oseanografi dan klimatologi periode … 2005- 2010……………………………………………..................................... 203 2 Sebaran klorofil- a di Selat Bali tahun 2010…………………………………. 204 3. Sebaran suhu permukaan laut di Selat Bali tahun 2010 ………………........... 205 4. Kualitas perairan di lokasi fishing ground periode Mei- Oktober 2011…….. 206 5. Arah dan kecepatan angin di Selat Bali tahun 2010………….……................ 207 6. Arah dan kekuatan arus di Selat Bali periode Mei – Oktober 2011…………. 209 7. Kualitas air laut dibeberapa lokasi di Selat Bali tahun 2004 dan 2009……… di Provinsi Bali………………………………………………………………. 212 8. Hasil uji kualitas air laut di Provinsi Bali tahun 2009………………………. 213 9. Perhitungan surplus production method …………………………………….. 214 10. Pengukuran panjang berat ikan lemuru sampel……………………………… 218 11. Pengamatan isi lambung ikan lemuru sampel ……………………………….. 219 12. Kelembagaan yang ada di wilayah pesisir Selat Bali……………………….. 224 13. Alat tangkap dominan di Selat Bali …….……………………....................... 226 14. Perhitungan simulasi model pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru….. di Selat Bali………………………………………………………………….. 228 15. Tabel simulasi existing pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru ……….. di Selat Bali………………………………………………………………….. 229 16. Tabel simulasiskenario 2 pengurangan effort sebanyak 30 184 unit…… 232 17. Tabel simulasi skenario3 pengurangan effort sebanyak 40 165 unit…… 235 18. Perhitungan catch per unit effort masing-masing alat tangkap, ……………. catch per unit effort gabungan, fishing power index, dan effort standar ……. 238 ABSTRACT HIMELDA. Model of Sustainable Sardine Fisheries Management in the Bali Strait. Supervised by EKO SRI WIYONO, ARI PURBAYANTO and MUSTARUDDIN Fisheries management, particularly capture fisheries, is very complex and requiring the integration of biological, ecological, economical and social aspects. Adjusting a sustainable management of fisheries resources, it is needed attention to the aquatic ecosystem as the habitat for fish. Sardine Sardinella lemuru Bleeker 1853 is the main source of livelihood for the fishermen on the coast of Bali Strait. Sardine is a small pelagic fish which caught for the public consumption and for canned fish industry. The main fishing gears used by the fishermen of the Bali Strait for catching sardine are purse seine a major fishing gear. The other fishing gears which used are payang boat seine net, gillnet, bagan lift net, and beach seine. The exploitation of fishery resources in Bali strait waters were influence both in fish catch and revenue of the local government. Based on these facts, management of sardine fish resources in order to anticipate over fishing as well as to keep the fishers income sustainability is needed. Monitoring and control of sardine resource exploitation are needed to reach a sustainable and well-maintained management. To solves these problems the study has been conducted in Banyuwangi, East Jawa and Jembrana, Bali. The main purpose of this study is formulating a model of sustainable sardine fisheries management in the Bali Strait. Using sustainable approach, the detail aims of this study are to identify: 1 main factor effect of oceanography and climatology on the catch of sardine; 2 productivity and fishing effort of sardine 3 social and economic conditions of fishermen and the fishermen institutional role, 4 appropriate fishing gear of sardine fishes, and 5 developed model of dynamics system of sustainable sardine fisheries management. The results of this study showed that the chlorophyll-a and wind were influence the catch of sardine significantly. Sardines that identified as a plankton feeder have already utilized intensively at optimum level. Based on economic and technical aspects, purse seine has high opportunity to be developed in Bali Strait. Furthermore, using dynamics model this study suggested to operate 165 fishing effort purse seine. This scenario was the better choices compared with existing condition and other scenario which operate 184 units fishing efforts. Key word: Bali Strait, model, sustainable management, fisheries, sardine Sardinella lemuru RINGKASAN HIMELDA. Model Keberlanjutan Pengelolaan Perikanan Lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali EKO SRI WIYONO, selaku Ketua, ARI PURBAYANTO dan MUSTARUDDIN, selaku Anggota Komisi Pembimbing. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional, yaitu memanfaatkan semaksimal mungkin sumberdaya yang ada dengan menggunakan teknologi penangkapan ikan yang banyak menangkap ikan non target. Pengelolaan sumberdaya perikanan fisheries management khususnya perikanan tangkap, prosesnya sangat kompleks, sehingga membutuhkan integrasi antara aspek biologi dan ekologi. Upaya menyelaraskan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, agar dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan ekosistem perairan sebagai habitat ikan target, seharusnya mendapat perhatian, sehingga keberlanjutan sumberdaya dapat dipertahankan. Ikan tidak hidup sendiri terisolasi, tetapi berinteraksi dengan berbagai jenis ikan lain serta komponen biotik lainnya yang hidup dalam ekosistem perairan, seperti fitoplankton, zooplankton, benthos, mollusca, crustacean dan echinodermata. Ikan juga berinteraksi atau dipengaruhi oleh komponen abiotik yang menyusun ekosistem perairan. Kondisi lingkungan perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota air, jika lingkungan perairan tidak sehat, maka biota air yang hidup didalamnya ikut terganggu. Faktor oseanografi yang terjadi di perairan laut sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota laut. Faktor oseanografi tersebut adalah arus, suhu permukaan laut, salinitas kadar garam, zat hara nutrien dan kandungan kimiawi air lainnya, yang dapat mempengaruhi kualitas perairan laut. Arus yang terjadi di laut, merupakan salah satu faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap lingkungan perairan, dan selalu mendapat perhatian karena berkaitan erat dengan cuaca dan iklim. Sumberdaya ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 yang ada di Selat Bali, merupakan sumber mata pencaharian utama bagi nelayan setempat, yaitu nelayan Kabupaten Banyuwangi dan nelayan Kabupaten Jembrana. Lemuru merupakan ikan pelagis kecil dan banyak ditangkap untuk konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Alat tangkap yang digunakan nelayan di Selat Bali dalam rangka upaya memanfaatkan sumberdaya ikan lemuru antara lain purse seine merupakan alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di perairan Selat Bali, payang, gillnet, bagan, dan pukat pantai. Pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali mempunyai pengaruh terhadap hasil tangkapan di daerah tersebut dan memberikan kontribusi PAD bagi pemerintah daerah setempat. Pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru perlu dilakukan sesegera mungkin, karena berkaitan dengan peningkatan pendapatan nelayan yang ada di pesisir perairan Selat Bali, baik yang berada di Kabupaten Banyuwangi maupun di Kabupaten Jembrana. Gangguan terhadap keberlanjutan bisnis perikanan dan pengurasan sumberdaya karena eksploitasi yang berlebihan akan berakibat kepada terjadinya tangkap lebih over fishing. Tujuan penelitian ini adalah menyusun model keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan pengelolaan perikanan lemuru, baik oleh pemerintah maupun masyarakat pengguna dan pemanfaat sumberdaya ikan lemuru. Untuk mencapai tujuan tersebut, harus didukung oleh beberapa kajian yang mendukung tujuan yang ingin dicapai. Kajian tersebut antara lain: 1 Mengkaji faktor-faktor oseanografi dan klimatologi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853, 2 Menganalisis sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali berkaitan dengan produktivitas dan upaya penangkapan, 3 Menentukan jenis alat tangkap yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali yang mendukung keberlanjutan sumberdaya, 4 Mengkaji kondisi sosial dan ekonomi nelayan di Selat Bali dalam pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853, serta mengkaji peran kelembagaan yang ada, dan 5 Melakukan analisis dinamik untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali. Penelitian ini dilakukan selama 12 dua belas bulan, dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Februari 2012 di pesisir perairan Selat Bali, yaitu di UPPPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur dan di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Alasan pemilihan lokasi, karena pusat pendaratan ikan terbesar berada pada kedua tempat tersebut. Pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru sangat intensif dilakukan oleh nelayan setempat baik tradisional maupun moderen. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap nelayan sebagai data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Kompleks dan dinamisnya sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali sangat berkaitan erat dengan hubungan antara biotik dan abiotik dalam wilayah perairan itu sendiri, sehingga dalam keberlanjutan pengelolaan sumberdaya tersebut diperlukan pengkajian lebih mendalam, karena semakin meningkatnya permintaan terhadap sumberdaya ikan lemuru. Walaupun perairan Indonesia memiliki banyak jenis ikan pelagis kecil multispecies, namun keberadaan sumberdaya lemuru di Selat Bali memiliki keistimewaan tersendiri. Faktor oseanografi dan klimatologi yang diteliti dalam kaitannya terhadap hasil tangkapan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 adalah sebaran klorofil- a, suhu permukaan laut, angin, hujan dan arus. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor oseanografi dan klimatologi secara signifikan berpengaruh terdahap hasil tangkapan adalah sebaran klorofil-a 17.338,792 dan angin -11.521,697. Analisis dilakukan dengan regresi linier pada taraf uji 5. Hasil analisis sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali berkaitan dengan produktivitas dan upaya penangkapan menunjukkan bahwa pemanfaatan dan pengusahaan sumberdaya lemuru sudah mengalami lebih tangkap over fishing. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan fungsi produksi, dimana nilai C msy sebesar 59.059,63 ton pertahun, sedangkan nilai E msy adalah 252,47 unit. Hasil pengukuran panjang, lebar dan berat lemuru yang dilakukan selama periode bulan Mei-Oktober 2011, menunjukkan bahwa ukuran lemuru yang tertangkap tidak mengalami penurunan. Uji bedah lambung terhadap sampel ikan lemuru, terbukti bahwa lemuru merupakan plankton feeder. Hasil analisis seleksi jenis alat tangkap yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali menuju keberlanjutan sumberdaya, yaitu dengan memakai metode skoring. Jenis alat tangkap purse seine memiliki dan memenuhi kriteria skoring yang dilakukan. Secara ekonomi nelayan di perairan Selat Bali dimana mereka menggunakan beberapa jenis alat tangkap untuk pemanfaatan sumberdaya lemuru, menunjukkan hasil yang positif, artinya usaha penangkapan yang dilakukan bisa memenuhi kebutuhan hidup dan memberikan keuntungan. Secara sosial selama kurun waktu 2005-2010 tidak pernah atau belum pernah terjadi konflik yang besar. Hal ini menandakan bahwa kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Selat Bali cukup kondusif. Hasil analisis secara dinamik dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pengelolaan perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali, dilakukan simulasi dengan 3 skenario. Skenario yang dibuat adalah pengendalian terhadap effort jumlah unit alat tangkap. Berdasarkan 3 skenario tersebut maka diputuskan untuk memakai dan mengusulkan pengurangan effort menjadi 165 unit. Dengan jumlah effort demikian bisa menyisakan biomass pada akhir tahun simulasi tahun ke 100, dan masih terjadi pertumbuhan biomass yang cukup tinggi secara alami, serta memberikan rente yang positif secara ekonomi. Dengan demikian keberlanjutan dengan memperhatikan interaksi secara dinamik antara sumberdaya dan ekosistem perairan dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru sudah seharusnya menjadi dasar dalam menentukan kebijakan agar pemanfaatan dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari. Langkah perbaikan yang perlu diambil adalah melakukan peninjauan ulang terhadap jumlah armada purse seine yang beroperasi di perairan Selat Bali dan melakukan peninjauan ulang terhadap SKB dua Gubernur nomor 238674 tahun 1992 tentang pengaturan jumlah kapal purse seine yang diijinkan beroperasi di perairan Selat Bali. Pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru dengan konsep keberlanjutan di Selat Bali bisa terwujud jika instansi terkait melakukan koordinasi secara terpadu, meningkatkan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya lemuru, sehingga keberlanjutan pengelolaan sumberdaya lemuru secara lestari dapat tercapai. 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang dilakukan selama ini masih bersifat konvensional, yaitu memanfaatkan sumberdaya yang ada semaksimal mungkin untuk memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dan sesuai dengan permintaan pasar. Pengelolaan sumberdaya perikanan fisheries management khususnya perikanan tangkap prosesnya sangat kompleks, sehingga membutuhkan integrasi antara aspek biologi, ekologi, ekonomi dan unsur manusia sebagai pemanfaat hasil tangkapan. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap seharusnya dilakukan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan sebagai habitat ikan tujuan penangkapan. Idealnya, harus memperhatikan daya dukung atau kemampuan setiap komponen yang terdapat dan terkandung dalam satu wilayah yang menjadi lokasi kegiatan penangkapan ikan, dalam rangka memenuhi kebutuhan optimal masing-masing wilayah. Upaya menyelaraskan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, agar dapat dilakukan secara berkelanjutan mensinergikan antara pemanfaatan dan keberlanjutan sumberdaya sehingga pada masa yang akan datang sumberdaya tersebut dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap dengan memperhatikan keberlanjutan terhadap sumberdaya yang menjadi target penangkapan sejatinya memperhatikan keseimbangan antara tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan tetap memperhatikan biologi serta ekologi ikan target penangkapan. Keseimbangan sosial ekonomi dimaksud mencakup kesejahteraan nelayan, keadilan dalam pemanfaatan sumberdaya, tetap mempertimbangkan kemajuan pengetahuan dan informasi, ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik, serta keterlibatan manusia didalamnya. Kesimbangan tersebut dapat diwujudkan melalui sebuah pengelolaan sumberdaya perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan. Mengacu kepada code of conduct for responsible fisheries, bahwa pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan harus memperhatikan seluruh aspek biologi, teknologi, ekonomi, sosial, lingkungan dan komersial yang relevan terhadap pengelolaan sumberdaya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dibuat suatu model yang terpola dengan baik dan tepat serta komprehensif, sehingga pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap secara berkelanjutan dapat dilakukan secara utuh oleh nelayan dan pelaku usaha perikanan. Prinsip yang harus diperhatikan dalam implementasi keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan antara lain: 1 perikanan harus dikelola pada batas yang memberikan dampak yang dapat ditoleransi oleh lingkungan perairan; 2 interaksi ekologis antar sumberdaya ikan dan lingkungannya harus dijaga; 3 memiliki perangkat pengelolaan yang compatible untuk semua distribusi sumberdaya ikan; 4 melakukan prinsip kehati-hatian dalam proses pengambilan keputusan pengelolaan perikanan; 5 tata kelola perikanan mencakup kepentingan sistem ekologi dan sistem manusia itu sendiri FAO, 2003. Berdasarkan prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap tersebut di atas, maka implementasinya memerlukan adaptasi struktural maupun fungsional di seluruh tingkat pengelolaan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini menjadi penting, kenapa demikian? Karena menyangkut kerangka berpikir mindset dalam melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan. Sebagai contoh, otoritas perikanan tidak hanya menjalankan fungsi administratif fisheries administrative functions, akan tetapi sudah dan harus menjalankan fungsi pengelolaan terhadap sumberdaya perikanan fisheries management functions Adrianto et al, 2010. Keberlanjutan sumberdaya sustainable development, merupakan pembangunan perikanan tangkap dengan memperhatikan faktor ekologi agar ketersediaan sumberdaya dapat dipertahankan untuk generasi mendatang. Hal lain yang menjadi faktor penting dalam keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan adalah keberlanjutan secara sosial ekonomi dan keberlanjutan dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, harus ada keberlanjutan institusi sebagai pembuat kebijakan dalam merumuskan pengelolaan sumberdaya yang menjadi tujuan penangkapan. Selat Bali, merupakan selat yang memisahkan Pulau Jawa dan Pulau Bali dengan bentuk seperti corong. Bagian selatan melebar sebesar 35 km dan bagian utara menyempit dengan lebar 2,5 km. Secara geografis, Selat Bali terletak antara 114 ° 20 – 115 ° 10 BT dan 8 ° 10 – 8 ° 50 LS dengan luas sekitar 2500 km 2 . Kegiatan penangkapan ikan di Selat Bali umumnya menggunakan alat tangkap purse seine. Namun demikian masih ada alat tangkap lain yang digunakan oleh nelayan setempat seperti payang, gillnet, bagan, dan pukat pantai. Pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 sangat intensif dilakukan oleh nelayan yang berada di kawasan pesisir Selat Bali. Dimana pemanfaatan tersebut dilakukan untuk memenuhi permintaan konsumen, terutama sebagai bahan baku ikan kaleng dan dikonsumsi segar. Berdasarkan data statistik Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali tahun 2009, pemanfaatan sumberdaya lemuru adalah sebesar 45.057,0 ton dengan nilai Rp. 87.205.830.000,- dan 45.092,4 ton, dengan nilai sebesar Rp. 97.456.824.000,-. Ikan lemuru dikenal sebagai ikan musiman Nontji, 2007. Dikatakan sebagai ikan musiman karena, musim ikan lemuru adalah bulan September – Oktober dan musim puncak pada bulan Desember – Januari. Selanjutnya dikatakan bahwa, akhir-akhir ini pemanfaatan lemuru sudah menunjukkan over fishing. Ikan lemuru, lebih banyak terkonsentrasi di Selat Bali dan pemanfaatannya sangat intensif, serta merupakan komoditi unggulan masyarakat dan nelayan di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali. Melalui penelitian ini, penulis berkeinginan menyusun atau memperbaiki pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 yang sudah ada sebelumnya dengan model keberlanjutan sumberdaya yang terpola dengan baik, dengan memperhatikan kedinamisan antara biotik dan abiotik yang terdapat di lingkungan perairan Selat Bali dan mengedepankan unsur manusia sebagai pelaku usaha dan pemanfaat, sehingga keberlanjutan sumberdaya lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari.

1.2 Perumusan Masalah

Ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853, pada musimnya tersedia secara melimpah sehingga penangkapan dapat dilakukan secara efektif. Dalam kondisi seperti ini, waktu untuk mencari gerombolan ikan menjadi lebih pendeksingkat. Penangkapan secara besar-besaran akan terjadi, dan nelayan akan berlomba-lomba untuk memperoleh hasil yang sebanyak-banyaknya. Jika keadaan ini terus berlangsung dan cenderung tidak terkendali, maka akan menyebabkan terjadi penangkapan yang berlebihan overfishing. Pada awalnya terjadi lebih tangkap pertumbuhan growth overfishing, dan kalau keadaan ini terus berlangsung akan disusul oleh lebih tangkap rekruitmen recruitment overfishing. Sejak tahun 1975, pengaturan penangkapan ikan lemuru di Selat Bali sudah dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan dengan SK No.123KptsUm1975, tentang pengaturan besaran mata jaring pada bagian kantong. Surat Keputusan Direktur Jenderal Perikanan tersebut, ditindak lanjuti oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Bali dengan menerbitkan Surat Keputusan Bersama SKB, tentang jumlah alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi. SKB tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan, dan perubahan terbaru dilakukan pada tahun 1992 yaitu penetapan jumlah alat tangkap purse seine yang boleh beroperasi di Selat Bali sebanyak 273 unit, dengan pembagian untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 190 unit dan untuk Provinsi Bali sebanyak 83 unit. Berdasarkan data statistik perikanan Provinsi Jawa Timur tahun 2009, sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, bahwa hasil tangkapan ikan lemuru untuk Provinsi Jawa Timur di Selat Bali mencapai 45.057,0 ton dengan nilai Rp. 87.205.830.000,-. Apabila dibandingkan dengan data tahun 2008 yaitu sebesar 31.219,300 ton dengan nilai Rp.59.316.670.000,- jelas terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil tangkapan lemuru untuk wilayah Provinsi Jawa Timur. Hal ini dapat dipahami, karena industri pengolahan ikan lemuru lebih banyak terdapat di Jawa Timur tepatnya di Muncar. Namun untuk tahun 2010 terjadi penurunan hasil tangkapan yaitu sebesar 27.058,00 ton dengan nilai Rp. 89.130.518.000,-. Hasil tangkapan ikan lemuru untuk Provinsi Bali tahun 2009 adalah 26.817,9 ton, dengan nilai sebesar Rp. 59.998.750.000,- dan untuk tahun 2010 juga terjadi penurunan yaitu 38.662,9 ton dengan nilai Rp. 67.057.930.000,-. Melihat hasil tangkapan yang berfluktuasi, dan seperti yang telah disampaikan pada uraian sebelumnya, kemungkinan pemanfaatan sumberdaya lemuru terindikasi mendekati lebih tangkap over fishing. Pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali, dalam pelaksanaannya sering menghadapi kendala ataupun permasalahan yang perlu dianalisis dan perlu mendapatkan jawaban serta solusi agar sumberdaya yang ada dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan lestari. Untuk itu, secara spesifik permasalahan pokok dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali dapat dirumuskan melalui beberapa pertanyaan penelitian research question sebagai berikut: 1 Bagaimana pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan? Apakah berpengaruh langsung atau tidak langsung. 2 Bagaimana tingkat pemanfaatan ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali? Apakah sudah mengarah kepada over fishing, mengingat kegiatan penangkapan dilakukan secara intensif. 3 Bagaimana upaya penangkapan, jenis alat tangkap dan teknologi yang digunakan untuk pemanfaatan perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali? 4 Secara ekonomi, apakah pengusahaan sumberdaya perikanan lemuru menguntungkan, secara sosial apakah sering terjadi konflik, dan bagaimana peran kelembagaan yang ada dalam mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali? 5 Secara dinamik, apakah pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru jika ditinjau secara biologi, ekologi, sosial dan ekonomi serta dengan pertimbangan effort sudah mengarah kepada pengelolaan secara berkelanjutan dan lestari?. Secara prinsip, pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali, perlu disusun suatu model yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan pada masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan interaksi antara biotik dan abiotik yang terjadi di lingkungan perairan Selat Bali.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan pada uraian terdahulu, maka permasalahan yang diangkat dan dibatasi yaitu: a. Faktor oseanografi klorofil-a dan suhu permukaan laut dan fenomena musiman angin, hujan, dan arus yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru di Selat Bali, b. Jenis alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan Selat Bali untuk menangkap ikan lemuru purse seine, gillnet, payang, bagan, dan pukat pantai.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menyusun model keberlanjutan perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan kajian secara terperinci terhadap faktor-faktor pendukung dan penting diketahui serat perlu dilakukan analisis yaitu: 1 Mengkaji faktor-faktor oseanografi dan klimatologi yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853, 2 Menganalisis sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali berkaitan dengan produktifitas dan upaya penangkapan, 3 Menentukan jenis alat tangkap dan teknologi yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali yang mendukung keberlanjutan sumberdaya, 4 Mengkaji kondisi sosial dan ekonomi nelayan di Selat Bali dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 serta mengkaji peran kelembagaan yang ada, 5 Melakukan analisis secara dinamik untuk mewujudkan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 1. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, 2. Pemerintah, baik pusat maupun daerah yaitu sebagai acuan dalam perencanaan dan kebijakan, sehingga pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru dapat dilakukan secara berkelanjutan dan lestari, 3. Masyarakat dan nelayan yang berada di pesisir Selat Bali, agar pemanfaatan sumberdaya yang dilakukan mengarah kepada pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan dan lestari, 4. Bagi peneliti sendiri.

1.6 Hipotesis

Model keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali, belum dapat terwujud, apabila: 1. Faktor oseanografi dan klimatologi tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang diperoleh nelayan, 2. Sumberdaya perikanan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali dindikasikan sudah mendekati over fishing, sehingga produktivitasnya menurun, 3. Jenis alat tangkap dan teknologi yang digunakan nelayan dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 di Selat Bali tidak sesuai, 4. Kondisi sosial dan ekonomi nelayan di Selat Bali dalam pemanfaatan sumberdaya lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 mengalami penurunan, dan peran kelembagaan yang ada serta koordinasi yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya lemuru belum berjalan dengan baik, 5. Pengelolaan sumberdaya yang dilakukan selama ini berorientasi kepada surplus production.

1.7 Kebaruan Penelitian

Novelty Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dalam rangka pengelolaan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali masih bersifat parsial atau lebih tepatnya untuk memperoleh hasil produksi semaksimal mungkin. Beberapa kajian tersebut antara lain dilakukan oleh: Soewito 1982 melakukan penelitian tentang aspek-aspek yang berpengaruh terhadap sumberdaya ikan lemuru, mengingat pesatnya perkembangan alat tangkap purse seine sebagai alat tangkap utama di Selat Bali. Dalam penelitiannya, Soewito membahas tentang peraturan yang ada guna mengatasi kesulitan yang timbul dalam pengelolaan perikanan lemuru di Selat Bali. Merta 1992 melakukan penelitian tentang dinamika populasi Sardinella lemuru Bleeker 1853 berkenaan dengan pola penyebaran sumberdaya ikan lemuru dan pengaturan besaran mata jaring alat tangkap purse seine yang digunakan. Wudianto 2001, melakukan penelitian tentang sebaran dan kelimpahan ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853. Penelitian ini mengaitkan kelimpahan ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 dengan optimasi penangkapan. Djamali 2007, melakukan penelitian tentang evaluasi keberlanjutan dan optimalisasi pemanfatan sumberdaya ikan lemuru Sardinella lemuru Bleeker 1853 yang menjabarkan tentang tingkat pemanfaatan sumberdaya. Buchary 2010 melakukan penelitian tentang kebijakan pemanfaatan lemuru di Selat Bali ditinjau dari segi biologi, ekologi, sosial dan manusia, dengan menggunakan metode Ecopath dan software ecosim EwE. Ginting et al 2010, melakukan penelitian tentang pengembangan model sistem dinamik untuk mengkaji pengaruh perubahan jumlah tangkap ikan lemuru terhadap industri cold storage di Pelabuhan Muncar. Penelitian tersebut membahas tentang kedinamisan industri cold storage dengan fluktuasi hasil tangkapan lemuru yang terjadi, dengan menggunakan metode analisis dinamik. Selanjutnya, Zulbarnaini 2011 melakukan penelitian tentang model bio- ekonomi eksploitasi multispecies sumberdaya perikanan pelagis di perairan Selat Bali. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang identifikasi tingkat eksploitasi aktual multispesies sumberdaya perikanan pelagis di Perairan Selat Bali dan