5.3.2 Metode analisis data
Analisis data disesuaikan dengan masing-masing parameter yang diuji. Parameter tersebut adalah.
1. Analisis faktor oseanografi sebaran klorofil-a dan suhu permukaan
laut
a. Analisis sebaran klorofil-a
Sebaran klorofil-a
yang dilakukan
pada saat
penelitian dan
membandingkan dengan data hasil penelitian sebelumnya. Data sebaran klorofil-a di Selat Bali diperoleh dengan cara mendownload citra hasil pemotretan satelit
Aqua MODIS dari internet yaitu melalui http:oceancolor.gsfc.nasa.gov, Data citra satelit Aqua MODIS terhadap kondisi perairan Selat Bali diambil periode
2005 –2009. Citra yang diolah adalah citra yang bebas awan, mencakup lintang
dan bujur sesuai dengan areal yang diteliti. Setelah data yang diperlukan diperoleh, dilakukan penghitungan sebaran klorofil-a pada koordinat yang sudah
ditetapkan yaitu berdasarkan garis lintang dan bujur. Proses penentuan konsentrasi klorofil-a, dilakukan dengan menggunakan
sensor karakteristk ocean color, yang ditunjukkan dengan sinar biru dan hijau dari permukaan laut. Pantulan sinar hijau dari permukaan laut merupakan informasi
konsentrasi klorofil-a yang dideteksi oleh sensor. Apabila sinar hijau yang diterima oleh sensor semakin banyak, menunjukkan konsentrasi klorofil-a
semakin banyak. Perhitungan konsentrasi klorofil-a dilakukan menggunakan parameter band 9, 10 dan 12. Algoritma OC4v4 digunakan nilai tertinggi R
max
dari rasio R
RS
443R
RS
555. Penentuan nilai sebarankonsentrasi klorophil-a, digunakan persamaan
algoritma OC4v4 sebagai berikut: ,
dimana R
4s
= log
10
R
max
,
dimana: Clo : Konsentrasi klorofil-a mgm
3
R
4s
: Rasio refleksi R
RS
: Remote sensing reflectance. Langkah berikutnya adalah memetakan sebaran klorofil-a di Selat Bali.
Pemetaan sebaran klorofil-a sangat dibutuhkan untuk menentukan daerah penangkapan ikan. Harapannya adalah agar nelayan bisa mencapai fishing ground
untuk melakukan penangkapan dengan waktu yang lebih singkat.
b Analisis suhu permukaan laut SPL
Prosedur perhitungan suhu permukaan laut, diawali dengan melakukan pengecekan pada citra piksel yang berawan. Langkah-langkah yang dilakukan
untuk mendeteksi awan adalah sebagai berikut: 1. Apabila kecerahan kanal 31 T
31
lebih kecil dari 280 K, maka piksel tersebut
berawan 2. Apabila selisih antara kecerahan kanal 31 T
31
dan kanal 32 T
32
2.5 K,
maka piksel tersebut berawan Untuk mengetahui piksel-piksel yang bebas awan, dilakukan penghitungan SST
dengan menggunakan persamaan dari Minnet et al 2001 vide Hariadi 2009 sebagai berikut:
SST = c
1
+c
2
xT
31
+ [c
3
xT
32
-T
31
] + [c
4
x -1 x T
32
-T
31
], dimana :
SST =
Sea Surface Temperature K
T
31
dan T
32
= Kecerahan air pada kanal 31 dan 32
= Sudut zenith satelit
= 0.001 c
1
, c
2
, c
3
, c
4
= Nilai koefisien.
Nilai koefisien c
1
, c
2
, c
3
, c
4
dapat dijabarkan pada Tabel 12.
Tabel 12 Koefisien Kanal 31 dan 32 untuk Satelit Aqua Modis Koefisien
T
32
-T
31
0.7 T
32
-T
31
0.7 c
1
1.1107100 1.1960990
c
2
0.9586865 0.9888366
c
3
0.1741229 0.1300626
c
4
1.8767520 1.6271250
Untuk mengeliminir sebaranhamburan cahaya dari atmosfir, dilakukan koreksi atmosferik. Komponen atmosfir yang dikoreksi adalah hamburan
Rayleigh dan aerosol, dengan proses multiple scattering aerosol model with 78 algorithm and NIR iteration, dengan perangkat lunak SeaDAS.
Agar data yang dihasilkan dari proses koreksi atmosferik dapat memberikan informasi dari citra berkaitan dengan fenomena dilaut, maka
dilakukan koreksi geometrik melalui pengolahan citra yaitu proyeksi citra, landmask, dan proyeksi skala warna garis dengan menggunakan menu Seadisp
pada program SeaDas. Proses berikutnya adalah melakukan pemotongan cropping citra untuk
membatasi ruang lingkup spasial pada citra, sesuai dengan area penelitian. Untuk proses pemotongan citra, diperlukan data pixelline awal dan nilai pixelline akhir,
dan nilai lintangbujur awal serta nilai lintangbujur akhir. Hasil proses tersebut, dijabarkan dalam bentuk peta kontur yang berfungsi untuk penentuan pola
distribusi penyebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut. Keseluruhan pengamatan dan pengolahan citra dilakukan di BROK Perancak Bali.
2. Analisis faktor klimatologi angin, hujan, dan arus
Analisis faktor klimatologi dilakukan secara deskriptif kuantitatif, yaitu data yang diperoleh selama kurun waktu lima 5 tahun yaitu dari 2005
– 2010. Data tersebut adalah data angin, curah hujan, dan arus. Data time series curah
hujan, diperoleh dari BMKG Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan untuk data arus dan angin, yang terjadi di wilayah perairan Selat Bali diperoleh dari BMK
Maritim Surabaya. Data time series dikumpulkan dari tahun 2005 – 2010, yang
secara deskriptif menggambarkan kondisi faktor klimatologi selama periode 2005
– 2010. Faktor klimatologi yang terjadi di perairan Selat Bali ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar dan grafik. Analisis dilakukan dengan menggunakan
program Windwave.
3. Analisis kualitas perairan
Untuk mengetahui kualitas perairan dan unsur kimia yang dapat mempengaruhi kualitas perairan Selat Bali adalah dengan pengambilan sampel air
laut pada saat nelayan melakukan penangkapan ikan. Unsur-unsur kimia tersebut adalah kandungan nitrat dan posfat. Unsur-unsur tersebut sangat menentukan
kesuburan suatu perairan, terutama nitrat. Selain itu juga dilakukan analisis terhadap salinitas dan kadar pH air. Peralatan yang digunakan sebagai berikut:
1. GPS Global Positioning System untuk menentukan koordinat lokasi nelayan menurunkan jaring
2. Jirigen ukuran 2 dua liter sebanyak dua buah sebagai wadah sampel 3. Plastik hitam untuk menutup jirigen dari pengaruh cahaya
4. Box sterofoam yang sudah diisi es sebagai tempat penyimpanan jirigen sampel.
Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei –Oktober 2011, sebanyak
24 dua puluh empat kali atau 24 titik Gambar 13. Sampel diambil menggunakan kapal nelayan, dan tanggal pengambilan disesuaikan dengan
kebiasaan nelayan setempat dalam melakukan penangkapan, yaitu mengikuti penanggalan jawa. Pengujian sampel air untuk mengetahui unsur kimia air seperti
yang telah duraikan di atas, dilakukan di laboratorium kualitas perairan Balai Riset dan Observasi Kelautan Perancak Bali. Selanjutnya, nilai yang diperoleh
dilakukan analisis dengan metode STORET yang tercantum dalam kepmen lingkungan hidup nomor 115 tahun 2003.
Gambar 13 Posisi kapal ikan ketika penurunan jaring dan pengambilan sampel
untuk uji kualitas perairan Metode STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status
mutu air yang umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Baku
Mutu air mengacu pada Kepmen LH nomor 115 tahun 2003. Secara prinsip metoda STORET adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku
mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air. Status mutu air, ditentukan
dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA Environmental Protection Agency
” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas Tabel 3.
4. Analisis pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil
tangkapan lemuru
Pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi dengan hasil tangkapan ikan lemuru, dilakukan analisis secara regresi linier biasa. Berdasarkan hasil regresi
linier tersebut dapat diketahui seberapa besar pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan lemuru selama periode tahun 2005-2010.
Untuk melihat bagaimana pengaruh faktor klimatologi dan oseanografi terhadap hasil tangkapan ikan lemuru, dilakukan analisis regresi dengan menggunakan
formula:
Y =
a+b
1
X
1
+b
2
X
2
+...+b
n
X
n
, ................................................................1 dimana:
Y = Total hasil tangkapan lemuru
a = Konstanta
b
1
,b
2
...b
n
= Koefisien regresi x
1
, x
2
,...x
n
= parameter oseanografi dan klimatologi Software yang digunakan untuk melakukan analisis ini adalah program
pengolah data yang biasa digunakan untuk analisis regresi secara umum. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan formula tersebut di
atas, maka dapat diketahui seberapa tinggi pengaruh faktor oseanografi dan klimatologi terhadap hasil tangkapan lemuru. Hasil perhitungan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik.
5.4 Hasil Penelitian 5.4.1 Trend sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut