Sebagai contoh lahan kelas V ini adalah: a lahan di lembah-lembah yang sering kebanjiran sehingga tanaman tidak dapat berproduksi secara
normal, b lahan datar dengan musim tumbuh yang pendek, c lahan datar yang berbatu, d daerah yang tergenang yang tidak cocok untuk tanaman
pertanian tetapi cocok untuk rumput atau pohon-pohonan.
f. Kelas VI
Lahan kelas VI mempunyai penghambat yang sangat berat sehingga tidak sesuai untuk pertanian dan hanya sesuai untuk tanaman rumput ternak
atau dihutankan. Penggunaan untuk padang rumput harus dijaga agar rumputnya selalu menutup dengan baik. Bila dihutankan, penebangan kayu
harus selektif. Bila dipaksakan untuk tanaman semusim, harus dibuat teras bangku. Lahan ini mempunyai penghambat yang sulit sekali diperbaiki, yaitu
salah satu atau lebih sifatsifat berikut: 1 lereng sangat curam, 2 bahaya erosi atau erosi yang telah terjadi sangat berat, 3 berbatu-batu, 4 dangkal,
5 drainase sangat buruk atau tergenang, 8 daya menahan air rendah, 7 salinitas atau kandungan Na tinggi, dan 9 penghambat iklim besar.
g. Kelas Vll
Lahan kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk usaha tani tanaman semusim dan hanya sesuai untuk padang penggembalaan atau dihutankan.
Faktor penghambatnya lebih besar dari kelas VI, yaitu salah satu atau kombinasi sifat-sifat berikut: 1 lereng terjal, 2 erosi sangat berat, 3 tanah
dangkal, 4 berbatu-batu, 5 drainase terhambat, 6 salinitas atau Na sangat tinggi, dan 7 iklim sangat menghambat.
h. Kelas Vlll
Lahan kelas VIII tidak sesuai untuk produksi pertanian, dan harus dibiarkan dalam keadaan alami atau dibawah vegetasi hutan. Lahan ini dapat
digunakan untuk daerah rekreasi cagar alam atau hutan lindung. Penghambat yang tidak dapat diperbaiki lagi dari lahan ini adalah salah satu atau lebih sifat
berikut: 1 erosi atau bahaya erosi sangat berat, 2 iklim sangat buruk, 3 tanah selalu tergenang, 4 berbatu-batu, 5 kapasitas menahan air sangat
rendah, 6 salinitasnya atau kandungan Na sangat tinggi, dan 7 sangat terjal. Bad-land, batuan singkapan, pasir pantai, bekas-bekas pertambangan,
dan lahan yang hampir gundul termasuk dalam kelas ini.
Kemampuan Lahan Tingkat Sub-kelas
Pembagian kemampuan lahan pada tingkat Sub-kelas adalah pembagian lebih lanjut dari kelas berdasarkan jenis faktor penghambat yang
sama. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan kedalam beberapa jenis, yaitu: bahaya erosi e, genangan air w, penghambat terhadap perakaran
tanaman s, dan iklim c. • Sub-kelas erosi e, terdapat pada lahan dimana erosi merupakan
problema utama. Kepekaan erosi dan erosi yang telah terjadi merupakan petunjuk untuk penempatan dalam sub-kelas ini.
• Sub-kelas kelebihan air w terdapat pada lahan, dimana kelebihan air merupakan faktor penghambat utama. Drainase yang buruk, air tanah
yang dangkal, dan bahaya banjir merupakan faktor-faktor yang digunakan untuk penentuan subkelas ini.
• Sub-kelas penghambat terhadap perakaran tanaman s meliputi lahan yang dangkal, banyak batu-batuan, daya memegang air yang rendah,
kesuburan rendah yang sulit diperbaiki, serta garam dan Na yang tinggi.
• Sub-kelas iklim c terdiri dari lahan,
dimana iklim merupakan penghambat utama. Jenis-jenis faktor penghambat ini ditulis di belakang angka kelas
seperti berikut: Ille, Ilw, IVs, dan sebagainya, yang masing-masing menyatakan lahan kelas III yang disebabkan oleh faktor erosi e, lahan kelas
II yang disebabkan oleh faktor air w dan lahan kelas IV yang disebabkan oleh terhambatnya perakaran tanaman s.
2.3.2 Tata Ruang
RTRWP 1993 Sumatera Utara mengarahkan Danau Toba sebagai kawasan budidaya dan kawasan lindung. Sebagai Kawasan Lindung, Kawasan
Danau Toba perlu dijaga kelestariannyasedangkan sebagai Kawasan Budidaya, pemanfaatan ruangnya perlu diatur agar tidak terjadi kelebihan kapasitas kegiatan
yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Pemanfaatan ruang pada Daerah Tangkapan Air Danau Toba mempunyai peranan penting dalam menjaga