sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya alam diperlukan dalam setiap kehidupan
Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan Hardjowigeno dan Widiatmaka,2007.Dalam kajian potensi sumber daya air aspek penting yang perlu dipertimbangkan antara
lain adalah kemampuan lahandan perubahan penggunaan lahan pada daerah tangkapan air.
Perubahan penggunaan lahan daerah tangkapan air DTA suatu danau akan menentukan umur guna danau karena adanya penurunan produksi air dan
peningkatan sedimentasi. Artinya, umurguna danau sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas air sungai yang menjadi inlet danau.Peningkatan jumlah
penduduk akan menambah luas pemukiman dan areal budidaya pertanian. Kondisi demikian akan menyebabkan semakin besarnya aliran permukaan dan
peningkatan laju sedimentasi DTA yang melebihi batas ambang. Penggunaan lahan disekitar kawasan danau seperti pertanian, perkebunan, persawahan,
pemukiman dan hotel dapat menghasilkan berbagai limbah yang dapat mencemarkan perairan danau.
Alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal pertanian dan areal pertanian menjadi non pertanian akan menyebabkan terjadinya peningkatan erosi
permukaan pada tahap awal. Selanjutnya, tanah yang tererosi tersebut akan terbawa ke sungai yang menyebabkan laju sedimentasi DTA meningkat.Alih
fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian atau dari lahan pertanian menjadi non pertanian tentunya akan mempengaruhi karakteristik hidrologis DTA
bersangkutan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kawasan pertanian,
tegalan, pemukiman, hotel dan industri yang mengakibatkan air hujan yang jatuh pada kawasan ini tidak banyak lagi meresap kedalam tanah. Air tersebut tidak
tertahan sebagai air tanah melainkan lebih banyak melimpas sehingga debit air pada kawasan danau ini meningkat secara signifikan pada waktu musim hujan
tetapi pada waktu musim kemarau tinggi permukaan air menurun drastis.
2.3 Kemampuan Lahan dan Tata Ruang
2.3.1 Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah kemampuan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu secara umum. Sedangkan kesesuaian lahan adalah kesesuaian sebidang
lahan untuk mendukung penggunaan komoditas tertentu misalnya padi, jagung, wisata dll. Dalam istilah kesesuaian lahan, dikenal kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial.Kesesuaian Lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang masih alami atau belum diberikantindakan-tindakan perbaikan yang berarti
dalam tingkatpenelolaan untuk keperluan tertentu, Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 Kesesuaian Lahan potensial adalah kesesuaian lahan untuk
penggunaan tertentu, seperti pada lahan tersebut telah diberikan masukaninput.Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007
Untuk mengetahui kemampuan suatu lahan maka perlu dilakukan klasifikasi kemampuan lahan. Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian
lahan secara sistematik dan pengelompokanya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat – sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam
penggunaanya secara lestari. Kemampuan disini dipandang sebagi kapasitas lahan itu sendiri untuk suatu macam atau tingkat penggunaan umum.
Sistem klasifikasi kemampuan lahan yang banyak digunakan di Amerika Serikat adalah sistem dari United States Department of Agriculture
USDA, yang dikemukakan dalam Agricultural Handbook No.210 Klingebiel Montgomery, 1961. Pengelompokan kemampuan lahan dalam sistem ini
dilakukan secara kualitatif dan dapat dikatakan merupakan pendekatan pertama dari pendekatan dua tahap menurut FAO 1976. Sistem ini mengenal
tiga kategori, yaitu kelas, sub-kelas, dan unit. Penggolongan kedalam kelas, sub-kelas dan unit didasarkan atas kemampuan lahan tersebut untuk
memproduksi pertanian secara umum, tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang.
Kemampuan Lahan Tingkat Kelas
Dalam tingkat kelas, kemampuan lahan menunjukkan kesamaan besarnya faktor-faktor penghambat. Tanah dikelompokkan kedalam kelas I
sampai kelas VIII, dimana semakin tinggi kelasnya, kualitas lahannya semakin jelek, berarti resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat bertambah dan
pilihan penggunaan lahan yang dapat diterapkan semakin terbatas. Tanah
kelas I sampai IV merupakan lahan yang sesuai untuk usaha pertanian, sedangkan kelas V sampai VIII tidak sesuai untuk usaha pertanian atau
diperlukan biaya yang sangat tinggi untuk pengelolaannyaHardjowigeno dan Widiatmaka, 2007.
a. Kelas I
Lahan kelas I sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian tanpa memerlukan tindakan pengawetan tanah yang khusus. Lahannya datar,
solumnya dalam, bertekstur agak halus atau sedang, drainase baik, mudah diolah, dan responsif terhadap pemupukan. Lahan kelas I tidak mempunyai
penghambat atau ancaman kerusakan, sehingga dapat digarap untuk usaha tani tanaman semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha
pemeliharaan struktur tanah yang baik diperlukan guna menjaga kesuburan dan mempertinggi produktivitas.
b. Kelas ll
Lahan kelas II mempunyai beberapa penghambat yang dapat mengurangi pilihan jenis tanaman yang diusahakan atau memerlukan usaha
pengawetan tanah yang tingkatnya sedang, seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau,
pembuatan guludan, disamping tindakan-tindakan pemupukan. Faktor penghambat lahan kelas II adalah salah satu atau kombinasi dari sifat-sifat
berikut: 1 lereng melandai gentle slope, 2 kepekaan erosi atau erosi yang telah terjadi adalah sedang, 3 kedalaman tanah agak kurang ideal, 4
struktur tanah agak kurang baik, 5 sedikit gangguan salinitas atau Na tetapi mudah diperbaiki, 6 kadang-kadang tergenang atau banjir, 7 drainase yang
buruk wetness yang mudah diperbaiki dengan saluran drainase, dan 8 iklim sedikit menghambat.
c. Kelas lll
Lahan kelas III mempunyai penghambat yang agak berat, yang mengurangi pilihan jenis tanaman yang dapat diusahakan, atau memerlukan
usaha pengawetan tanah yang khusus, atau kedua-duanya. Tindakan pengawetan tanah yang perlu dilakukan antara lain adalah penanaman dalam
strip, pembuatan teras, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah dengan waktu untuk tanaman tersebut lebih lama, disamping usaha-usaha
untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah. Faktor penghambat