Model for water resources conservation of LakeToba

(1)

MODEL KONSERVASI

SUMBERDAYA AIR DANAU TOBA

HOTLAND SIHOTANG

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Model Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2012

Hotland Sihotang


(3)

ABSTRACT

Model Konservasi Sumber Daya Air Danau Toba

(Model for Water Resources Conservation of LakeToba)

This study aims to design build water resource conservation model with emphasis on the technical study of the socio-economic aspects of ecological aspects involving extensive changes in land use, population growth, continuity of operation of the hydropower Asahan and some other aspects of the outer catchment. In general, intended to illustrate the balance ofthe water balance under the influence of land use and other economic activities. Analysis of water balance was constructed by the method of modeling dynamic system sthat are supported by Powersim software, where the method of using water availability FJ.Mock method with variables derived from the analysis of the ecological condition of the catchment area of Lake Toba. Then performed simulations of water balance and water level for the condition without intervention variables and intervention variables. Where the intervention variables performed pessimistic scenario, moderat and optimistic to provide an overview of conservation policy. From the simulation results on the balance of water and the lake water level was found in 2017 and the year 2057 the best scenario is between moderate and optimistic scenarios where the population growth of between 0.8% - 1.0% per year, infiltration coefficient values between 0.40 to 0.45, the value land cover factor between 0.25 to 0.3 while the flow of water being released into the Asahan River is 91,69 m3/sec in average.


(4)

RINGKASAN DISERTASI

Hotland. Model Konservasi Sumber Daya Air Danau Toba

Dibimbing oleh M.Yanuar J Purwanto, Widiatmaka dan Sambas Basuni.

Danau Toba adalah danau terbesar di Asia Tenggara, merupakan danau terdalam kesembilan di dunia serta merupakan danau tipe vulkanik kaldera terbesar di dunia. Berada 905 meter diatas permukaan laut dengan panjang 275 km, lebar 150 km dan luas 1130 km2. Kedalaman sebelah utara adalah 529 m sedangkan kedalaman sebelah selatan adalah 429 m.Fungsi utama Danau Toba saat ini adalah membangkitkan tenaga listrik lebih dari 1.000 MW. Diantaranya adalah PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga dengan total kapasitas terpasang 604 MW (PLTA Asahan II, PLTA Asahan I (2 X 90 MW) dan PLTA Asahan di Simorea dan PLTA Asahan di Traktak yang mampu membangkitkan total daya listrik hingga 400 MW. Dari hasil penelitian, masih dapat dikembangkan PLTA Asahan IV (80 MW) dan PLTA Asahan V (85 MW)

Permasalahan adalah potensi jumlah air tersebut terancam dengan adanya indikasi penurunan muka air dari tahun ke tahun.Diduga wilayah hulu Daerah Tangkapan Air Danau Toba telah mengalami degradasi kualitas lingkungan yang sangat berat berupa perubahan tataguna lahan dan konversi hutan. Kerusakan hutan di sekitar Danau Toba sudah sedemikian parah dimana luasan hutan hanya tersisa 15,8 % dari luasan catchment area Danau Toba. Diduga hal ini mengakibatkan tinggi permukaan air danau tidak stabil dan mengganggu pemanfaatan danau terutama stabilitas pasokan air ke PLTA Asahan.Berkurangnya ketersediaan air akan mengganggu kelangsungan operasional PLTA dan terganggunya ekosistem danau. Sebaliknya jika terlalu banyak ketersediaan air maka muka air danau akan naik bahkan terjadi banjir yang berakibat terhadap terganggunya ekosistem di pinggiran danau.

Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan danau secara lestari dan serius dengan melakukan penelitian Model Kebijakan Konservasi Sumber Daya Air Danau Toba Secara Berkelanjutan.Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan model kebijakan konservasi sumber daya air yang berkelanjutan untuk diterapkan oleh para pengambil kebijakan ketersediaan sumber daya air. Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengkaji kondisi ekologis perairan, mengkaji neraca keseimbangan air Danau Toba, merumuskan persepsi pakar tentang konservasi sumberdaya air danau dan merumuskan model konservasi sumber daya air danau yang berkelanjutan. Kajian ini dilakukan dengan mengkaji perubahan penggunaan lahan, perubahan tata ruang, kependudukan dan kondisi sumber daya fisik selama beberapa tahun pada daerah tangkapan air, menganalisa neraca air dengan menghitung ketersediaan air, pemanfaatan air dan cadangan air Danau Toba setiap tahunnya. Kajian pengaruh curah hujan, iklim, karakteristik topografi, tutupan lahan selama beberapa tahun sebelumnya dilakukan dengan memakai metode F.J.Mock.Persepsi para pakar terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan konservasi daerah tangkapan air dianalisa dan digunakan sebagai input dalam penyusunan model kebijakan konservasi sumber daya air danau. Ketiga kajian dan data tersebut di atas dijadikan acuan dalam penyusunan model dengan menggunakan model dinamis untuk melihat saling keterkaitan antar faktor dan untuk mendapatkan skenario kebijakan konservasi danau melalui Sistem Dinamis.


(5)

Kajian ekologis daerah tangkapan air Danau Toba dapat memberikan informasi tentang kondisi potensial ketersediaan air di DTA Danau Toba.Hasil penelitian terhadap kondisi ekologis daerah tangkapan air Danau Toba menunjukkan bahwa daerah tangkapan air Danau Toba sudah terjadi degradasi kualitas ekologisnya. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi untuk melakukan perbaikan ekologis agar dapat dipertahankan fungsi Danau Toba secara maksimal. Kesimpulan ini berdasarkan analisis data yang telah dibahas di atas, diantaranya adalah :

• Penggunaan lahan yang bervegetasi pada tahun 2001 adalah 68,64% dan yang tidak bervegetasi adalah 31,36% dan tahun 2007 berubah menjadi penggunaan lahan yang bervegetasi 63,77% dan yang tidak bervegetasi adalah 36,23% dari luas daratan DTA Danau Toba

• Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan mencapai 21,29 % pada tahun 2001 dan 30,01 % pada tahun 2007.

• Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRWP Sumatera Utara mencapai 24,53% pada tahun 2001 dan 33,25% pada tahun 2007.

• Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan RTRW Danau Toba 29,47 % mencapai pada tahun 2001 dan 38,18 % pada tahun 2007

• Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana Kawasan Hutan berdasarkan SK 201 Menhut /2006, mencapai 26,68% pada tahun 2001 dan 35,39 % pada tahun 2007

• Tekanan penduduk pada DTA Danau Toba adalah sebesar 3,4 yang berpotensi penggunaan lahan ke arah non pertanian khususnya ke arah kawasan lindung. • Dinamika perubahan penggunaan lahan yang dominan terjadi dari suatu

kawasan lahan penggunaan tertentu ke seluruh penggunaan lainnya dan sebaliknya dari seluruh jenis penggunaan lahan ke penggunaan lahan tertentu. Hal ini menggambarkan ketidak teraturan dari penggunaan lahan.

Luas lahan yang tidak bervegetasi menjadi dasar penentuan nilai faktor singkapan lahan pada perhitungan neraca air dengan metode F.J.Mock. Perubahan penggunaan lahan tersebut diatas mempengaruhi terhadap neraca air daerah tangkapan air Danau Toba. Singkapan lahan menjadi salah satu faktor peubah atau input terhadap model dinamis neraca air.

Hasil penelitian terhadap kondisi Neraca air pada tahun 2007 menunjukkan bahwa masukan air lebih besar dari keluaran air.Namun pada tahun 2017 masukan air sudah jauh lebih kecil dari keluaran air. Penelitian terhadap data sekunder dari hasil pengamatan tinggi muka air di Danau Toba mulai tahun 1997-2007, menunjukkan bahwa ada debit air dari luar Daerah Tangkapan Air Danau Toba yang masuk ke Danau Toba selain daripada debit Sungai Larenun. Juga diduga ada air yang ke luar dari Danau Toba ke wilayah yang mempunyai elevasi yang lebih rendah. Debit air inilah dan curah hujan dengan debit andalan 80 %, yang dipergunakan oleh peneliti untuk pemodelan neraca air pada masa yang akan datang.

Hasil penelitian terhadap persepsi pakar yang menggunakan AHP menunjukkan bahwa pakar menganggap faktor yang paling menentukan didalam konservasi sumber daya air Danau Toba adalah kebijakan pemerintah selanjutnya secara berurutan faktor sumberdaya alam, faktor sumberdaya manusiadan faktor teknologi. Pelaku atau aktor yang paling tepat melakukan penyusunan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba


(6)

yang berkelanjutan adalah pemerintah yang diikuti dengan masyarakat, pengusaha, akademisi dan LSM. Para pakar berharap kebijakan pemerintah untuk Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba yang Berkelanjutan adalah dengan mewujudkan tujuan uatama yaitu stabilitas neraca air kemudian diikuti dengan tujuan ekologi, tujuan ekonomi dan tujuan sosial. Serta alternatif kebijakan yang paling utama untuk mewujudkan harapan para pakar tersebut adalah dengan mengimplementasikan Konservasi Hutan pada Kawasan Berhutan.Selanjutnya alternatif kebijakan diikuti Konservasi Kawasan Pertanian, Konservasi Kawasan Pemukiman, Konservasi Kawasan Industri dan terakhir Konservasi Kawasan Pariwisata. Kebijakan tersebut menjadi masukan atau input penting terhadap rancang bangun model dinamis neraca air DTA Danau Toba dengan memasukkan nilai faktor singkapan lahan menjadi salah satu peubah yang mempengaruhi neraca air dan pemilihan nilai peubah pada skenario pemodelan.

Model dinamis neraca air dibangun dari struktur jumlah air yang masuk dan keluar dari Danau Toba. Jumlah Air yang masuk ke Danau Toba dibangun dari perhitungan ketersediaan air dengan metode F.J.Mock dan debit air yang berasal dari luar daerah tangkapan air Danau Toba. Hasil simulasi menunjukkan, prediksi kondisi masa yang akan datang diperlukan suatu tindakan konservasi sumber daya air untuk memperbaiki neraca air danau. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa model dapat mengatur debit air operasional yang optimal ke PLTA Asahan.Hasil simulasi model menunjukkan bahwa untuk kondisi tahun 2017 sampai dengan tahun 2057 skenario yang terbaik adalah mengendalikan pertumbuhan penduduk antara 0,8% -1,0% pertahun, memperkecil jumlah air yang melimpas di permukaan tanah dengan mengupayakan nilai koefisien limpasan antara 0,55-0,6; menambah daya serap tanah terhadap air dengan menambah koefisien infiltrasi menjadi 0,45; nilai faktor tutupan lahan antara 0,25-0,30serta mengatur debit air yang dilepas ke Sungai Asahan antara 91,69 m3/det serta melakukan penggantian tanaman tutupan lahan di DTA Danau Toba dengan tanaman yang dapat mereduksi evapotranspirasi existing sebesar 25%.

Untuk mencapai tujuan konservasi sumber daya air Danau Toba yang berkelanjutan maka kebijakan konservasi harus berorientasi kepada perbaikan kemampuan lahan menyerap air, memperkecil jumlah air limpasan dan laju air limpasan pada saat musim hujan, mengupayakan agar penggunaan lahan disesuaikan dengan kemampuan lahan di daerah tangkapan air Danau Toba. Sehubungan dengan kecenderungan neraca air Danau Toba semakin besar menjadi neraca air negatip dimana masukan air lebih kecil dari keluaran air maka agar pemerintah melakukan suatu tindakan nyata untuk mencapai tujuan konservasi sumber daya air Danau Toba yang berkelanjutan. Untuk itu diperlukan studi lanjutan tentang Daerah Tangkapan Air Danau Toba terutama tentang jenis tutupan lahan tanaman yang mereduksi minimal 10% evapotranspirasi saat ini.


(7)

C

Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencamtumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(8)

MODEL KONSERVASI SUMBERDAYA AIR

DANAU TOBA

HOTLAN SIHOTANG

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktorpada

Program Studi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

Penguji pada, Ujian Tertutup :

1. Prof. Ir. Asep Sapei, MS, Ph.D 2. Dr.Ir.Omo Rusdiana, MSc.

Penguji pada, Ujian Terbuka :

1. Dr. Ir. Syaiful Anwar, MSc


(10)

(11)

Penulis menyampaikan puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih atas anugerah dan berkat kasih setiaNya sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Disertasi ini berjudul Model Konservasi Sumber Daya Air Danau Toba, yang meneliti tentang model konservasi sumber daya air dengan faktor perubahan penggunaan lahan di sekitar Danau Toba yang berpengaruh langsung terhadap neraca air dan kelestarian tinggi permukaan air di Danau Toba.

Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Ir.M.Yanuar J Purwanto, MS sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Dr.Ir. Widiatmaka, DEA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, waktu dan perhatian yang sungguh-sungguh yang disediakan selama proses penelitian dan penyusunan disertasi ini.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada yth:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Suryono Hadi Sutjahjo MS, Ibu Dr.Ir. Etty Riani, MS yang telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan serta arahan selama mengikuti perkuliahan program S3 SPs PSL IPB.

2. Bapak Dr. Ir. Cecep Kusmana sebagai Ketua Program Studi PSL yang senantiasa memberikan dorongan yang luar biasa sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. Ir. Asep Sapei, MS, Ph.D dan Bapak Dr.Ir.Omo Rusdiana, MSc sebagai komisi penguji pada Ujian Tertutup.

4. Bapak Dr.Ir. Syaiful Anwar Kasubdit Teknik PDAS yang mewakili Bapak Dr.Ir. Harry Santosa, Dirjen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial serta Bapak Prof. Dr. Ir. Suryono Hadi Sutjahjo MS sebagai komisi penguji pada Ujian Terbuka

5. Bapak Dr.Ir.Dahrul Syah, M.Sc.Agr sebagai Dekan Sekolah Pascasarjana dan Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu di IPB Bogor

Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada isteri saya, Sonny Minaria boru Napitupulu dan ananda tercinta Ian Fritz William Sihotang, SE serta seluruh keluarga atas segala dorongan, doa dan kasih sayangnya.

Akhirnya penulis senantiasa mengharapkan sumbangan pemikiran dari semua pihak untuk mencapai kesempurnaan tujuan dan manfaat yang sebesar-besarnya dari penelitian ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Terimakasih

Bogor, Februari 2012


(12)

Penulis dilahirkan di tepian Danau Toba di Kota Balige 23 Juli 1958 sebagai anak ke delapan dari 12 bersaudara dari keluarga St.Ludin Sihotang/Pitaria Silaen gelar Ompu Martahi Emmy Sihotang. Penulis menikah pada tahun 1985 dengan Sony Minaria Napitupulu putri dari keluarga St.Alexander M. Napitupulu/Pitauli Simajuntak gelar Ompu Iriando Napitupulu dan kami dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha kuasa seorang putra bernama Ian Fritz William Managam Tua Sihotang, SE.

Pendidikan Sarjana ditempuh di Insitut Teknologi Bandunglulus tahun 1985. Penulis meneruskan S2 tahun 2005 di Fakultas Pascasarjana Universitas Mulawarman, Samarinda Kalimantan Timur, pada Program Ilmu Lingkungan dan lulus tahun 2006 dengan predikat cumlaude. Pada tahun 2008 diterima sebagai mahasiswa S3 program doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Saat ini penulis bekerja sebagai tenaga ahli pada perusahaan konsultan swasta nasional PT. Perentjana Djaja, Jakarta yang bergerak dibidang jasa konsultasi arsitektur, infrastruktur, konstruksi, amdal dan tata ruang. Penulis juga aktip di berbagai organisasi sosial di masyarakat.

Selama mengikuti program S3 penulis aktif menjadi pemerhati sosial dan lingkungan. Artikel yang berjudul Kebijakan dan Strategi Konservasi Air Danau Toba Yang Berkelanjutan akan diterbitkan pada Jurnal Majalah Mimbar Ilmiah Universitas Islam Jakarta ISSN 0852-9523 pada edisi Tahun 22 No. 1 Juni 2012. Artikel lainnya yang berjudul Model Dinamis Neraca Air Danau Toba Yang Berkelanjutan akan diterbitkan pada Junal PSL IPB pada tahun 2012. Karya-karya ilmiah tersebut merupakan bagian dari program S3 penulis.


(13)

Halaman DAFTAR GAMBAR………. DAFTAR TABEL .……… DAFTAR LAMPIRAN………...

vii ix xi

I. PENDAHULUAN ……….………….………..

1.1 LatarBelakang.……….……….

1.2 KerangkaPemikiran………….……….. 1.3 PerumusanMasalah ………...……… 1.4 TujuanPenelitian ……….………. 1.5 ManfaatPenelitian ……….……….. 1.6 Kebaruan(Novelty) ……….………..

II. TINJAUAN PUSTAKA………..

2.1 Daerah Tangkapan Air Danau ………...………...………

2.2 KondisiEkologis……….………..

2.2.1 Sumberdayafisik….………...

2.2.2 Kependudukan………

2.2.3 PenggunaanLahan………... 2.3 KemampuanLahandan Tata Ruang ………. 2.4 HidrologidanNeraca Air Danau ….………..……… 2.5 KonservasiSumberDaya Air ……… 2.6 ArahanKebijakandanStrategiKonservasi…...………. 2.7 PembangunanBerkelanjutan ………... 2.8 PendekatanSistem …. ……….. 2.9 ModelKeputusan AHP ……….. 2.10 SistemInformasiGeografis……… 2.11 PenelitianSebelumnya………... 1 1 6 8 10 10 10 11 11 13 13 13 14 16 21 30 32 35 36 40 44 44


(14)

3.1 Pendekatan Penelitian………...………... 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 3.3 BahandanAlat………...……… 3.4 Jenisdan Sumber Data ………...……….. 3.5 MetodeAnalisis Data ……….……….. 3.5.1 KajianKondisiEkologis …..………. 3.5.2 KajianNeraca Air …..………... 3.5.3 KajianPersepsiPakar……..……….. 3.5.4 Pemodelan Sistem………...…. 3.6 ArahKebijakandanStrategiKonservasi………..…. 3.7 TahapanPenelitian ……….………...………… 3.7 Kondisi Eksisting Lokasi Penelitian ……..………...

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………..

4.1 KondisiEkologis……….……….………

4.1.1 Letakdanluas.………….………

4.1.2 Iklim……….………….………

4.1.3 Jenis Tanah……….………….………..

4.1.4 Geologi……….………….………

4.1.5 Topografi……….………….……….

4.1.6 PenggunaanLahan ……….………….………. 4.1.7 KemampuanLahan ……….. 4.1.8 Tata RuangDanau Toba……….………….…………..

4.1.9 KawasanHutan ……….

4.1.10 Sosial - Kependudukan…...………..

4.2 KondisiNeraca Air………..………….………...

4.2.1 CurahHujan……….………….……….

4.2.2 Masukan Air……….………….………... 4.2.3 Keluaran Air……….………….……… 4.2.4 Neraca Air……….………….………... 4.2.5 ImplikasiPerubahanLahandanTinggiMuka Air Danau

Toba……… 51 52 52 53 54 54 56 59 68 74 75 76 77 77 77 79 80 83 86 89 97 100 104 106 110 110 113 119 127 129


(15)

4.3.1 StrukturHirarki………. 4.3.2 PenyusunanKuesionerdanIdentitasPakar…………... 4.3.3 AnalisisKebijakan ………..………... 4.3.4 PrioritasKebijakanKonservasiBerkelanjutan...

4.4 Pemodelan……….………….………..

4.4.1 AnalisaKebutuhan……….………….……….. 4.4.2 FormulasiPermasalahan……….………….…………. 4.4.3 IndentifikasiSistem……….………….………. 4.4.4 RancangBangun Model ……….…….. 4.4.5 Pengujian Model………..…….……….

4.5 PrediksiNeraca Air PadaMasa yang Akan Datang………

4.5.1 CurahHujanAndalan……….………... 4.5.2 SkenarioKebijakan ………... 4.5.3 PrediksiNeraca Air dengan Status TanpaIntervensi… 4.5.4 PrediksiNeraca Air denganStatus Intervensi/Skenario 4.5.5 StrategiKonservasiSumberdaya Air ………

V. SIMPULAN DAN SARAN ………..………. DAFTAR PUSTAKA ……….……… LAMPIRAN ………

132 133 133 134

148 149 149 149 151 156

157 157 159 164 167 179

183 187 193


(16)

1 PetaKawasanDanau Toba,Propinsi Sumatera Utara ………. 4

2 KerangkaPikir ………. 7

3 PerumusanMasalahPenelitian .………...……… 9

4 Daerah TangkapanAirdenganInputdanOutput Hidrologinya………... 22

5 DaurHidrologi ………. 22

6 Polygon Thiessen ………. 23

7 Struktur Model F.J. Mock ……… 28

8 Illustrasi proses terbentuknyaaliranpermukaan..……… 28

9 KonservasiSumberDaya Air Danau yangBerkelanjutan……….. 32

10 Pembangunan Berkelanjutan………….………... 36

11 Diagram Input – Output ……….……….. 38

12 AlurPenelitian ………. 52

13 Neraca Air Danau Toba …………...………... 58

14 StrukturHirarkiPenetapanPrioritas ….………... 67

15 Diagram LingkarSebabAkibat (Causal Loop Diagram)……… 70

16 Diagram Input-Output Penelitian…………..……… 71

17 Model Dinamis ………... 72

18 SimulasiPengendalianTinggiMuka Air Danau ….……... 73

19 TahapanPenelitian………... 75

20 PetaAdministrasi DTA Danau Toba………... 78

21 PetaTutupanLahan DTA Danau Toba tahun 2001………. 90

22 PetaTutupanLahan DTA Danau Toba tahun 2005………. 90

23 PerubahanLuasHutan di DTA Danau Toba……….. 91

24 PerubahanLuasKebunCampuran di DTA Danau Toba... 92

25 PerubahanLuasSawah di DTA Danau Toba………... 92

26 PerubahanLuasSemakBelukar di DTA Danau Toba………. 93

27 PerubahanLuasLahan Terbuka di DTA Danau Toba………. 94

28 PerubahanLuasTegalan /Ladang di DTA Danau Toba……….. 94

29 PerubahanLuasPemukiman di DTA Danau Toba………... 95

30 GrafikPerkiraanJumlahPenduduk ………. 108

31 StasiunPengamatanCurahHujan DTA Danau Toba………... 111

32 GrafikCurahHujanBulanan DTA Danau Toba (1997-2007)…... 112


(17)

35 GrafikTinggiMuka Air Danau Toba 1997-2007 ……… 128

36 TinggiPermukaanAir DT Tahun 2001 dan 2005... 131

37 HirarkiPenentuanKebijakanKonservasi Sumberdaya Air DT……….. 134

38 Faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan konservasi………. 137

39 Tingkat Kepentingan Stakeholder……….………... 138

40 Tujuan yang dikehendaki terhadap kebijakan konservasi……… 140

41 Prioritas Kebijakan Konservasi ………... 147

42 Diagram I-O………... 150

43 Causal Loop Diagram………... 150

44 Rangkaian Sub Model Pembentuk Model ………... 151

45 RangkaianElemenPembentuk Model ………. 151

46 Struktur Sub-Model SosialEkonomi……… 152

47 Sub Model Ekologi………... 153

48 Sub Model Neraca Air………. 154

49 Model DinamisKetersediaandanKeluaran Air………... 155

50 GrafikHasilSimulasidanGeometrik………... 156

51 GrafikCurahHujanAndalan 80 %……….. 159

52 KetersediaanAir DT, kondisieksistingtahun 2017..……….. 164

53 GrafikNeraca Air, KondisiEksisting 2017……… ………. 165

54 GrafikNeracaMukaAir ,KondisiEksistingtahun 2057………. 166

55 TinggiMukaAir ,KondisiEksistingtahun 2017………. 166

56 TinggiMukaAir ,KondisiEksistingtahun 2057………. 167

57 GrafikPertumbuhanPenduduk 2017 (Skenario)….………... 169

58 GrafikPertumbuhanPenduduk 2057 (Skenario)….………... 170

59 GrafikKomparasiKetersediaan Air ……… 171

60 GrafikKomparasiSkenarioNeracaAir,Tahun2017………... 173

61 GrafikKomparasiSkenarioNeracaAir,Tahun2057…………... 174

62 GrafikSkenarioTinggiMuka Air, 2017 ………... 177


(18)

1 SkalaSaaty ………... 42

2 MatriksPendapatIndividu ….….………. 42

3 Sumberdan Cara Pengambilan Data ………. 53

4 SkalaKepentingan………. 62

5 Random Index ……….. 64

6 Nilai Eigen………. 64

7 PerkiraanKebutuhanStake Holder……… 69

8 JadwalPenelitian……….. 76

9 DaftarLuasKabupaten yang Masuk di DTA Danau Toba………... 77

10 Jenis Tanah DTA Danau Toba (USDA)……… 81

11 FormasiGeologi DTA Danau Toba………... 84

12 KetinggianTempat Daerah Tangkapan Air Danau Toba………….. 87

13 KemiringanLereng Daerah Tangkapan Air Danau Toba………… 87

14 PerkiraanNilaiKoefisienLimpasandanKoefisienInfiltrasi……... 88

15 TutupanLahan DTA Danau Toba ……… 89

16 DinamikaPerubahanPenggunaanLahan……….. 96

17 Kelas Kemampuan Lahan, Subkelas Kemampuan Lahan dan Luas. 97 18 Kelas Kemampuan Lahan BerdasarkanTutupanLahan…………... 99

19 Kelas Kemampuan Lahan dan Arahan Penggunaan Lahan ... 100

20 Penggunaan Lahan di DTA Danau Toba... 103

21 Kawasan Hutan di DTA Danau Toba menurut RTRWP Sumut... 104

22 Luas Kawasan Hutan menurut SK 201 Menhut-II/2006... 105

23 Penggunaan Lahan Yang Tidak Sesuai... 106

24 JumlahPenduduk di DTA Danau Toba……….... 107

25 JumlahPenduduk di DTA Danau Toba……… 107

26 StasiunPencatatCurahHujan………... 111

27 NilaiSingkapanLahan……….. 114

28 NilaiEvapotranspirasi………... 115

29 Surplus CurahHujan………. 115

30 CurahHujan yang LangsungJatuhkeDanau………... 116


(19)

33 NilaiBase Flow(Bf)………. 118

34 Run Off……….. 118

35 EvaporasiDanauToba .……… 120

36 Keluaran Air ke Sungai Asahan ……….……….. 120

37 Kebutuhan Air BersihRumahTangga………...……….... 121

38 Kebutuhan Air Penduduk……….. 122

39 Kebutuhan Air Industri……….. 123

40 Jumlah Air Yang MasukkeDanau Toba tahun 1997-2007……….. 126

41 Keluaran Air dariDanau Toba……….. 126

41a Neraca Air DanauTobatahun 1997-2007 ………... 127

42 KetinggianPermukaan Air Danau Toba tahun 1997-2010………... 129

43 TinggiPermukaan Air, CurahHujandanLuasHutan... 130

44 DaftarPakar……….. 133

45 AHP Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air DT………. 135

46 PerkiraanKebutuhanStake Holder………. 148

47 JumlahPendudukHasilSimulasidanGeometrik………. 156

48 TinggiPermukaan AirDanau Toba,SimulasidanObservasi…... 157

49 PerhitunganCurahHujanAndalan 80 %……….. 158

50 CurahHujanAndalan 80 %………. 158

51 DaftarSkenarioPeubahTerkendali….………. 163

52 Neraca Air DanauToba tanpaIntervensi………... 165

53 JumlahPendudukdenganSkenarioTahun 2017……….. 168

54 JumlahPendudukdenganSkenarioTahun 2057....……….. 169

55 Neraca Air Danau Toba Tahun 2017……… 172

56 Neraca Air Danau Toba Tahun 2017……… 172

57 TinggiMuka Air Danau Toba, 2017………. 176


(20)

LAMPIRAN GambarLampiran

1. PetaLokasiPenelitian………193

2. Peta Tanah DTA Danau Toba ………..194

3. PetaGeologi Daerah Tangkapan Air Danau Toba ………195

4. PetaKetinggianTempat DTA Danau Toba ………..…196

5. PetaKemiringanLereng DTA Danau Toba……….……..197

6. PetaKemampuanLahan DTA Danau Toba ………...198

7. Peta Overlay KemampuandanTutupanLahan DTA Danau Toba…………199


(21)

1. TemperaturUdara di StasiunKlimatologiParapat………...…….201

2. KelembapanUdara di StasiunKlimatologiParapat………...202

3. PenyinaranMataharipadaStasiunKlimatologiParapat………...203

4. KecepatanAnginpadaStasiunKlimatologiParapat…...………..…....204

5. Kualitas Air Danau Toba………..…………..205

6. Rencana Tata Ruang DTA Danau Toba 2009-2029………..…...206

7. PerkiraanJumlahPenduduk…...……….…... 207

8. CurahHujan Rata-rata Bulanan DTA Danau Toba………..…………...208

9. PerhitunganEvapotranspirasiPotensial (Ep). ………...……209

10.NilaiFaktorSingkapanLahanTahun 2001……….………..210

11.NilaiFaktorSingkapanLahanTahun 2005………..………...210

12.ETp-ET)/ETp={(m/20)(18-n)}. ……….…….…...211

13.NilaiET = (E/ETp) x Ep……….……...211

14.HasilAnalisisPenggunaanLahanmenurutRTRW Danau Toba……...212

15.Jenis Tanah DTA Danau Toba……….…...213


(22)

DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel Lampiran 1 Temperatur udara di stasiun klimatologi Parapat

Tahun Temperatur bulanan (

o C)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

1997 15,1 15,8 15,7 15,8 16,4 15,9 21,6 21,6 21,8 21,3 20,9 20,4 1998 15,4 15,2 16,3 16,7 17,4 17,2 16,4 17,5 16,1 16,5 16,0 15,4 1999 21,2 21,8 21,4 22,2 21,9 22,6 21,9 21,0 20,9 20,7 21,1 20,7 2000 20,3 20,9 21,3 21,8 21,7 21,8 22,2 21,8 20,9 22,1 21,2 21,6 2001 21,2 21,1 22,8 21,6 21,9 21,8 21,9 22,8 21,1 22,1 21,6 21,1 2002 20,5 21,3 21,9 21,8 22,3 22,5 22,4 21,6 21,4 21,0 21,3 21,2 2003 20,9 21,1 21,6 21,5 21,5 21,6 21,6 21,6 21,8 21,3 20,9 20,4 2004 21,2 21,1 20,9 20,6 22,3 22,3 20,8 21,7 20,5 21,0 21,0 20,7 2005 19,3 17,8 21,7 21,9 22,2 19,3 21,9 22,3 22,0 21,3 21,3 21,2 2006 20,1 19,4 21,4 17,0 21,1 21,7 22,2 22,2 21,9 21,0 21,2 20,9 2007 21,0 20,9 21,7 21,6 22,6 21,9 21,9 21,4 21,7 20,7 21,0 20,6 Rata-rata 19,7 19,7 20,6 20,2 21,0 20,8 21,3 21,4 20,9 20,8 20,7 20,4 Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali, Medan 

`` 

Suhu terendah dalah 15,10 pada bulan Januari tahun 1997

Suhu tertinggi dalah 22,80 pada bulan Maret 2001 dan bulan Augustus 2001 Suhu rata-rata bulanan terrendah dalah 19,70 pada bulan Januari dan Pebruari

Suhu rata-rata bulanan tertinggi adalah 21,40 pada bulan Augustus Suhu rata-rata bulanan adalah 20,63


(23)

Tabel Lampiran 2  Kelembaban udara di Stasiun Klimatologi Parapat   

Tahun Kelembaban bulanan DTA Danau Toba (%)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 1997 74,77 81,00 81,60 82,67 81,60 80,50 80,05 78,23 76,93 79,06 86,84 80,65 1998 86,40 80,70 85,70 82,00 86,80 85,30 83,00 81,00 83,00 82,50 83,00 82,60 1999 97,00 92,00 91,80 86,00 90,70 85,00 86,00 92,00 93,00 94,00 92,00 94,00 2000 93,80 92,00 91,70 91,00 89,20 88,90 82,70 83,00 92,20 83,50 89,70 89,00 2001 90,00 89,90 77,50 85,00 73,90 76,00 75,80 72,30 87,50 80,00 87,30 85,30 2002 89,20 81,00 81,00 83,60 80,00 75,50 73,60 76,00 81,80 85,80 86,80 86,40 2003 85,20 85,80 81,30 86,20 71,00 81,30 80,00 78,20 76,90 79,10 86,80 80,60 2004 80,60 84,60 79,20 84,90 74,20 70,30 74,50 70,10 83,30 83,80 85,00 83,40 2005 85,10 80,50 83,00 82,70 80,60 74,20 73,70 73,30 74,70 82,80 83,20 83,20 2006 81,00 74,90 77,20 80,10 81,60 80,40 70,90 74,40 77,35 82,15 83,10 84,60 2007 83,00 81,00 82,00 86,00 83,00 82,00 78,00 81,00 80,00 81,50 83,00 86,00 Rata-rata 86,01 83,95 82,91 84,56 81,15 79,95 78,02 78,14 82,43 83,11 86,07 85,07

Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali, Medan

Kelembaban rata-rata 82,61

Kelembaban tertinggi 86,07 pada bulan Januari Kelembaban terendah 78,02 pada bulan Juli

Kelembaban tertinggi yg terjadi 97,00 pada bulan Januari 1999 Kelembaban terendah yg terjadi 70,10 pada bulan Agustus 2004


(24)

Tabel Lampiran 3 Penyinaran matahari pada stasiun klimatologi Parapat

Tahun Penyinanaran matahari bulanan (%)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 1997 43,10 45,70 44,40 45,10 44,70 44,90 45,89 42,94 46,58 37,38 35,75 36,60 1998 42,30 48,00 46,80 51,20 48,20 50,30 47,40 45,20 45,80 37,50 37,00 39,90 1999 42,30 50,30 49,20 57,20 51,70 55,70 48,80 47,50 45,00 37,60 38,20 43,30 2000 34,30 44,90 51,40 48,60 58,90 49,00 65,60 50,40 37,80 53,40 46,00 51,70 2001 45,00 52,80 59,10 41,60 59,80 43,50 58,20 49,00 32,10 42,20 48,70 52,80 2002 42,60 64,80 69,60 57,30 55,80 63,80 60,00 51,60 43,40 40,80 37,10 43,00 2003 45,90 47,70 60,50 47,20 65,20 52,60 45,90 42,90 46,60 37,40 35,80 40,10 2004 55,40 50,50 36,40 43,70 41,80 58,30 42,50 57,60 47,10 45,10 47,40 43,20 2005 71,20 64,10 50,20 52,00 41,60 50,40 49,00 52,80 53,90 68,70 38,20 43,30 2006 51,20 49,80 56,60 38,00 52,30 53,30 51,60 50,40 50,45 49,35 42,10 42,15 2007 39,00 59,00 56,00 43,00 55,00 43,00 43,00 50,00 47,00 30,00 46,00 41,00 rata-rata 46,57 52,51 52,75 47,72 52,27 51,35 50,72 49,12 45,07 43,58 41,11 43,37

Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali, Medan

Penyinaran matahari rata-rata 48,01 % Penyinaran matahari tertinggi 71,20 % Penyinaran matahari terendah 30,00 %


(25)

Tabel Lampiran 4  Kecepatan Angin pada Stasiun Klimatologi Parapat (m/det) 

 

Tahun

Kecepatan angin bulanan (m/det) 

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 1997 3,10 3,50 3,60 3,00 3,50 0,50 4,10 2,60 1,70 1,90 1,60 2,20 1998 2,70 2,70 2,80 3,00 3,00 2,80 2,90 2,50 2,10 3,40 3,20 2,80 1999 2,60 1,70 2,30 2,50 2,20 2,80 3,50 2,50 2,30 2,70 2,90 2,60 2000 2,00 2,20 2,10 2,50 2,40 2,60 3,50 2,50 2,90 3,50 3,10 2,70 2001 2,60 2,50 3,00 3,40 2,50 3,60 4,10 3,90 3,00 3,90 3,40 3,40 2002 3,00 3,40 3,80 3,40 3,80 3,40 4,00 3,60 3,00 3,40 3,00 3,60 2003 3,30 3,10 3,10 3,00 3,20 2,00 2,00 2,60 1,70 1,90 1,60 2,20 2004 2,00 2,10 2,10 1,80 2,20 2,20 1,80 2,20 1,80 1,50 1,90 1,60 2005 1,40 1,70 1,40 2,30 1,50 2,80 2,70 2,70 1,90 1,90 2,20 2,30 2006 2,30 2,50 3,10 2,40 3,70 4,20 5,40 4,20 2,85 2,40 2,10 2,15 2007 1,90 2,00 1,80 1,40 2,00 2,50 3,10 2,40 3,80 2,90 2,00 2,00 Rata-rata ,45 2,49 2,65 2,61 2,73 2,67 3,37 2,88 2,46 2,67 2,45 2,50 Sumber : Stasiun Klimatologi Sampali, Medan

Penyinaran matahari rata-rata 2,66 m/det

Penyinaran matahari tertinggi 3,37 m/det pada bulan Juli  Penyinaran matahari terendah 2,45 m/det pada bulan Januari 


(26)

(27)

No. Lokasi Tahun pH TSS (mg/l) BOD5 (mg/l)

COD

(mg/l) No. Lokasi Tahun pH TSS (mg/l) BOD5 (mg/l)

COD (mg/l) 2005 7,70 1,00 6,30 10,00 2005 7,10 2,00 6,20 10,00 2006 8,56 1,00 16,40 28,00 2006 8,04 5,00 10,50 18,00 2007 7,49 7,50 4,70 8,00 2007 7,70 13,00 8,78 15,00 2008 7,78 6,00 5,70 9,00 2008 7,10 5,50 8,90 15,00 2005 7,60 1,00 12,40 20,00 2005 7,80 2,00 11,30 18,00 2006 8,58 16,00 13,90 24,00 2006 8,88 4,00 4,39 8,00 2007 7,60 4,00 4,09 7,00 2007 7,80 16,50 5,96 10,00 2008 7,69 68,50 3,85 6,00 2008 7,05 1,50 5,70 9,00 2005 8,00 1,00 4,00 6,00 2005 7,90 2,00 3,20 5,00 2006 7,65 1,00 4,09 7,00 2006 8,58 1,00 9,85 17,00 2007 7,71 9,50 2,72 3,00 2007 7,89 1,00 8,78 15,00 2008 8,00 3,00 2,65 4,00 2008 6,95 2,50 8,10 14,00 2005 7,90 2,00 4,50 7,00 2005 7,90 1,00 7,60 12,00 2006 8,61 57,00 13,90 24,00 2006 8,54 20,00 3,48 6,00 2007 7,74 12,50 7,37 13,00 2007 7,90 8,50 7,37 13,00 2008 7,50 5,00 8,10 14,00 2008 7,07 8,50 6,80 12,00 2005 8,10 1,00 9,50 15,00 2005 7,90 1,00 7,70 12,00 2006 8,04 13,00 11,10 19,00 2006 8,62 65,00 13,90 24,00 2007 7,70 1,00 7,07 12,00 2007 7,94 19,50 8,18 14,00 2008 7,84 3,50 6,90 13,00 2008 6,89 5,00 9,10 16,00 2005 8,00 3,00 11,80 19,00 2005 7,80 1,00 9,50 15,00 2006 8,57 5,00 4,39 8,00 2006 8,56 1,00 7,57 5,00 2007 7,60 1,00 7,07 12,00 2007 7,54 1,00 7,07 12,00 2008 8,19 3,00 6,10 10,00 2008 7,70 4,50 6,50 11,00 2005 7,32 4,00 2,50 4,00 2005 7,60 3,00 11,00 18,00 2006 8,37 2,00 1,56 3,00 2006 8,63 1,00 3,18 13,00 2007 7,75 26,00 7,37 13,00 2007 7,62 20,00 5,96 10,00 2008 6,25 4,00 6,80 12,00 2008 6,53 4,00 4,05 8,00 2005 7,88 1,00 8,90 14,00 2005 7,80 1,00 10,00 17,00 2006 8,39 2,00 0,55 1,00 2006 8,57 3,00 1,56 3,00 2007 7,87 15,00 7,07 12,00 2007 7,78 20,00 7,37 12,50 2008 6,70 4,00 8,10 14,00 2008 6,98 5,50 6,90 13,00 2005 7,90 1,00 3,80 6,00 2005 7,90 2,00 1,30 2,00 2006 8,64 2,00 9,54 16,00 2006 8,63 18,00 10,40 18,00 2007 7,44 8,00 9,39 16,00 2007 7,87 1,00 3,48 6,00 2008 7,72 7,50 9,00 16,00 2008 7,40 3,50 3,95 7,00 2005 7,80 1,00 7,00 11,00 2005 7,80 1,00 3,20 5,00 2006 8,63 1,00 3,18 5,00 2006 8,57 6,00 6,36 11,00 2007 7,64 11,50 2,27 4,00 2007 7,83 14,50 3,48 6,00 2008 6,33 2,50 1,65 3,00 2008 7,57 6,13 2,75 5,00 2005 7,80 6,00 6,00 10,00 2005 7,90 1,00 7,00 11,00 2006 8,66 1,00 9,85 17,00 2006 8,53 2,00 14,30 24,00 2007 7,74 16,50 5,96 10,00 2007 7,70 24,50 3,48 6,00 2008 6,97 3,50 6,50 11,00 2008 6,32 5,00 2,75 5,00

7 8 9 10 22 18 19 20 21 11 Onanrunggu Lintong Balige 1 Balige 2 Tomok Muara Sigaol 1 2 3 4 5 6 16 17 Porsea Parapat Ajibata Simanindo Ambarita Pangururan 12 13 14 15 Mogang Nainggolan Bakara Tigaras Tongging Haranggaol Salbe Tao Silalahi Silalahi

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008


(28)

 

(Ha) %

Kawasan Lindung L A. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

L 1

1.Kawasan Hutan Lindung L1.1 Konservasi air dan tanah untuk pencegahan erosi, menjamin unsur hara tanah dan mencegah dampak bencana alam geologi dan longsor.

Ruang terbuka hijau, penelitian, pendidikan, wisata alam tanpa merubah bentang alam, jasa, lingkungan dan pemungutan hasil hutan bukan kayu.

101.512,00 27,41%

2. Kawasan Hutan Resapan Air L1.2 Meresapkan air hujan secara maksimal. Embung, kegiatan budidaya tidak terbangun dengan kemampuan tinggi menahan limpasan air hujan, sumur resapan.

240,00 0,06% B. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar

Budaya

L 2

1. Taman Wisata Alam Sijaba Hutaginjang Pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. 1.Wisata alam tanpa merubah bentang alam. 500,00 0,13% 2. Cagar Alam Martelu Purba L2.2 Pelestarian keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa. Penelitian, pendidikan dan wisata alam. 195,00 0,05% 3. Cagar Budaya Pusuk Buhit. L2.3 Pelestarian hasil budidaya manusia yang bernilai tinggi untuk

pengembangan ilmu pengetahuan.

Penelitian, pendidikan dan pariwisata. 789,00 0,21% C. Kawasan Perlindungan Setempat L 3 0,00% 1. Sempadan Sungai L 3.1 Konservasi tanah dan air. Ruang terbuka hijau dengan lebar 50 – 100 meter dari tepi sungai. 456,00 0,12% 2. Sempadan Danau L 3.2 Konservasi tanah dan air. Ruang terbuka hijau / tanaman tahunan dan taman rekreasi. 358,00 0,10% 3. Sempadan Mata Air Panas. L 3.3 Konservasi tanah dan air. Ruang terbuka hijau. 27,00 0,01% 4. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan L 3.4 Konservasi tanah dan air. Taman Rekreasi.

II Kawasan Budidaya B Produksi

A. Kawasan Hutan Produksi B1 Produksi hasil hutan kayu dan buka kayu serta pemanfaatan jasa lingkungan.

1. Kawasan Hutan Produksi Tetap. B1.1 Mendorong perkembangan perekonomian, meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan masyarakat serta eksport.

Hutan produksi oleh HPH/HPHTI dengan cara produksi tebang habis dan tanam untuk memproduksi hasil-hasil hutan.

14.805,00 4,00% 2. Hutan Produksi Terbatas B1.2 Mendorong perkembangan perekonomian wilayah serta meningkatkan

fungsi lindung kawasan.

Hutan produksi dengan pembatasan diameter pohon yang boleh ditebang (diameter ≥ 60cm).

312,00 0,08% 3. Kawasan Hutan Rakyat B1.3 Meningkatkan produktivitas lahan memperbaiki tata air dan lingkungan,

meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan penyediaan kayu bagi masyarakat.

Hutan produksi di atas tanah rakyat (hak milik dan tanah adat). 26.173,00 7,07%

B. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah dan Lahan Kering.

B 2 Meningkatkan produksi bahan pangan. Lahan sawah irigasi teknis dan non-teknis serta permukiman petani dengan kepadatan rendah.

89.322,00 24,12% C. Kawasan Perkebunan Rakyat B 3 Meningkatkan produksi perkebunan / tanaman tahunan Lahan perkebunan diatas tanah-tanah milik rakyat. 16.454,00 4,44% D. Kawasan Pariwisata. B 4 Menghidupkan kembali dan mengembangkan sektor pariwisata di

sejumlah kawasan.

Objek daya tarik wisata, fasilitas umum, akomodasi, fasilitas OR dan rekreasi, aksesibilitas dan fasilitas pariwisata lain.

6.838,00 1,85% E. Kawasan Permukiman. B 5 Perumahan kepadatan rendah – sedang, fasilitas perdagangan, jasa,

pendidikan dan fasilitas permukiman lainnya.

2.206,00 0,60% III Perairan Danau Toba D

D1 1.Sumber air baku untuk air minum. 2.Massa air untuk pembangkit tenaga listrik. 3.Sumber air pertanian (Irigasi). 4.Pariwisata.

5.Perikanan tangkap. 44.080,00 11,90% 6.Pengendali banjir di hilir WS Toba – Asahan.

No Arahan Pemanfaatan Ruang Kode Fungsi Rencana Peruntukan

I

100,00% 17,85% Luas (Ha)/

370.387,00 Total luas I + II + III

B. Kawasan Perikanan Tangkap D2

66.120,00 A. Kawasan Wisata Danau


(29)

Tabel Lampiran 7 Jumlah Penduduk di DTA Danau Toba

No. Kecamatan Yang Masuk

DTA Danau Toba 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Dairi 59225 59073 55675 56689 54871 55106 55106 58372

1 Kec Parbuluan 17158 17912 18331 18663 18064 18139 18139 19672

2 Kec Sumbul 42067 41161 37344 38026 36807 36967 36967 38700

Tapanuli Utara 71843 72934 73567 73869 74283 74907 75994 77096

3 Kec. Sipahutar 21298 21709 21900 21990 22121 22307 22631 22959

4 Kec Siborong-borong 37574 38054 38670 38829 39186 39515 40088 40669

5 Kec. Muara 12971 13171 12997 13050 12976 13085 13275 13468

Humbang Hasundutan 90707 91859 92792 93725 94674 95639 95639 109228

6 Kec. Lintong ni Huta 24847 25191 25521 25848 26178 26510 26510 29050

7 Kec.Parranginan 11549 11583 11684 11782 11878 11975 11975 12456

8 Kec. Dolok Sanggul 31974 34083 34809 35540 36286 37045 37045 43308

9 Kec. Pollung 15827 14461 14327 14191 14055 13919 13919 17597

10 Kec. Bakti Raja 6510 6541 6451 6364 6277 6190 6190 6817

Toba Samosir 178135 167907 167907 168596 170015 171375 172746 175325

11 Kec. Balige 43236 47412 47412 47712 43066 43334 43737 44389

12 Kec. Tampahan 5355 5448 5476 5558

13 Kec. Laguboti 19730 16945 16945 16968 17058 17201 17349 17608

14 Kec. Habinsaran 21582 19959 19959 20085 14091 14189 14248 13939

15 Kec. Nassau 6103 6188 7671 6307

16 Kec. Borbor 8156 7533 7533 7543 7574 7643 6214 8307

17 Kec. Silaen 19552 10608 10608 10627 10671 10754 10832 12281

18 Kec. Sigumpar 6624 6624 6629 6655 6690 6743 6843

19 Kec. Porsea 27151 24689 24689 24846 19487 19709 10896 11059

20 Kec. Pohan 7645 7928 7928 7940 7974 8021 8078 6911

21 Kec. S. Narumonda 5641 5706 5764 5850

22 Kec. Lumban Julu 12741 11179 11179 11195 11241 11293 7233 7341

23 Kec. Uluan 9285 8281 8281 8293 8318 8363 7399 7509

24 Kec. Ajibata 9057 6749 6749 6758 6781 6836 6887 6990

25 Kec. Parmaksian 8043 8164


(30)

No. Kecamatan Yang Masuk

DTA Danau Toba 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Samosir 130078 130078 130168 130568 131116 131205 131549 132023

27 Kec. Sianjur mula mula 10367 10367 10057 10095 10137 11069 11098 11138

28 Kec. Harian 11556 11556 8032 8062 8096 6818 6835 6859

29 Kec. Sitiotio 0 8295 8326 8361 8726 8749 8780

30 Kec. Onanrunggu 14164 14164 11919 11964 12016 12688 12722 12768

31 Kec. Nainggolan 18153 18153 14908 14963 15022 13267 13302 13350

32 Kec. Palipi 23046 23046 17490 17556 17629 18846 18895 18963

33 Kec. Pangururan 24817 24817 28321 9078 9114 9941 9967 10003

34 Kec. Ronggur Nihuta 7350 7350 9043 28428 28553 29990 30069 30178

35 Kec. Simanindo 20625 20625 22103 22096 22188 19860 19912 19984

Simalungun 117978 117978 117978 119954 119954 122067 122067 122067

37 Kec. Silimakuta 21888 21888 21888 22115 22115 22505 11814 11814

38 Kec.Pematang Silimahuta 10691 10691

39 Kec. Purba 18004 18004 18004 18189 18189 18509 18509 18509

40 Kec. Dolok Pardamean 14497 14497 14497 14647 14647 14905 14905 14905

41 Kec. Sidamanik 29551 29551 29551 29855 29855 30381 30381 30381

42 Kec. Girsang Simpang Bolon 13467 13467 13467 13858 13858 14102 14102 14102

43 Kec. Haranggaol 5128,66 5128,66 5128,66 5689 5689 5789 5789 5789

44 Kec. Pematang Sidamanik 15442 15442 15442 15601 15601 15876 15876 15876

Karo 13908 14215 14274 14378 15577 15654 15880 16130

45 Kec. Merek 13908 14215 14274 14378 15577 15654 15880 16130

JUMLAH 661874 654044 652361 657779 660490 665953 668981 690241


(31)

Tabel  Lampiran 9  Perhitungan Evapotranspirasi Potensial (mm/bulan)   

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

1997 45,46 49,61 49,01 49,61 53,31 50,22 90,74 90,81 92,37 88,32 85,15 81,26 1998 55,38 54,21 60,78 63,24 67,64 66,37 61,39 68,28 59,56 62,00 58,96 55,38 1999 79,24 84,73 81,05 88,51 85,67 92,39 85,67 77,46 76,58 74,83 78,35 74,83 2000 71,35 76,53 80,09 84,69 83,76 84,69 88,47 84,69 76,53 87,51 79,19 82,83 2001 78,26 77,36 93,60 81,95 84,77 83,82 84,77 93,60 77,36 86,69 81,95 77,36 2002 72,59 79,66 85,22 84,28 89,06 91,01 90,03 82,42 80,57 76,96 79,66 78,76 2003 77,03 78,79 83,29 82,38 82,38 83,29 83,29 83,29 85,14 80,57 77,03 72,72 2004 80,12 79,24 77,48 74,90 90,22 90,22 76,62 84,63 74,05 78,36 78,36 75,75 2005 64,78 53,68 85,04 86,87 89,66 64,78 86,87 90,60 87,79 81,44 81,44 80,56 2006 71,81 66,21 82,88 48,94 80,25 85,57 90,15 90,15 86,93 79,38 80,69 78,52 2007 77,57 76,69 83,91 82,98 92,48 85,77 85,77 81,16 83,91 74,95 77,57 74,08

Tahun Bulan


(32)

Tabel Lampiran 10 Perkiraan Faktor Singkapan Lahan tahun 2001(mm/bulan)

No. Tutupan Lahan Luas ( Ha) %Luas Nilai Tutupan 

Lahan m nilai m 1 Unclass       0,25

2 Tubuh Air       116.370,94

3 Hutan         59.987,29 22,76% 0,10       0,02 4 Kebun Campuran         13.634,99 5,17% 0,20       0,01 5 Sawah (Ha)         14.615,13 5,55% 0,10       0,01 6 Semak Belukar (Ha)         79.848,48 30,30% 0,30       0,09 7 Lahan Terbuka (Ha)         21.664,17 8,22% 0,70       0,06 8 Tegalan/Ladang (Ha)         60.204,47 22,84% 0,60       0,14 9 Pemukiman (Ha)         13.614,65 5,17% 0,50       0,03

Total Luas Perairan       116.371,19

Total Luas Daratan       263.569,18 100,00%       0,35

Total       379.940,37 Sumber : Hasil analisa peneliti 


(33)

Tabel Lampiran 11 Perkiraan Faktor Singkapan Lahan tahun 2005 (mm/bulan)

No. Tutupan Lahan Luas ( Ha) %Luas Nilai Tutupan 

Lahan m nilai m

1 Unclass       449,29

2 Tubuh Air       115.077,56

3 Hutan       105.404,54 39,86% 0,10       0,04 4 Kebun Campuran       6.861,51 2,59% 0,20       0,01 5 Sawah (Ha)         22.220,72 8,40% 0,10       0,01 6 Semak Belukar (Ha)         47.003,37 17,78% 0,30       0,05 7 Lahan Terbuka (Ha)         17.309,61 6,55% 0,70       0,05 8 Tegalan/Ladang (Ha)         55.158,74 20,86% 0,60       0,13 9 Pemukiman (Ha)         10.455,00 3,95% 0,50       0,02

Total Luas Perairan         115.526,85

Total Luas Daratan       264.413,49 100,00%       0,30

Total       379.940,34 Sumber : Hasil analisa peneliti 

       


(34)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 1997 0,09 0,10 0,06 0,05 0,06 0,10 0,09 0,07 0,04 0,01 0,02 0,03 1998 0,09 0,10 0,06 0,05 0,06 0,10 0,09 0,07 0,04 0,01 0,02 0,03 1999 0,09 0,10 0,06 0,05 0,06 0,10 0,09 0,07 0,04 0,01 0,02 0,03 2000 0,09 0,10 0,06 0,05 0,06 0,10 0,09 0,07 0,04 0,01 0,02 0,03 2001 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2002 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2003 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2004 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2005 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2006 0,16 0,18 0,11 0,09 0,11 0,18 0,16 0,12 0,07 0,02 0,04 0,05 2007 0,14 0,15 0,09 0,08 0,09 0,15 0,14 0,11 0,06 0,02 0,03 0,05

Bulan Tahun

Sumber : Hasil analisa peneliti 


(35)

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des 1997 4,09 4,96 2,94 2,48 3,20 5,02 8,17 6,36 3,69 0,88 1,70 2,44 1998 4,98 5,42 3,65 3,16 4,06 6,64 5,53 4,78 2,38 0,62 1,18 1,66 1999 7,13 8,47 4,86 4,43 5,14 9,24 7,71 5,42 3,06 0,75 1,57 2,24 2000 6,42 7,65 4,81 4,23 5,03 8,47 7,96 5,93 3,06 0,88 1,58 2,48 2001 12,33 13,54 9,83 7,17 8,90 14,67 13,35 11,47 5,42 1,52 2,87 4,06 2002 11,43 13,94 8,95 7,37 9,35 15,93 14,18 10,10 5,64 1,35 2,79 4,13 2003 12,13 13,79 8,75 7,21 8,65 14,58 13,12 10,20 5,96 1,41 2,70 3,82 2004 12,62 13,87 8,14 6,55 9,47 15,79 12,07 10,37 5,18 1,37 2,74 3,98 2005 10,20 9,39 8,93 7,60 9,41 11,34 13,68 11,10 6,15 1,43 2,85 4,23 2006 11,31 11,59 8,70 4,28 8,43 14,97 14,20 11,04 6,08 1,39 2,82 4,12 2007 10,47 11,50 7,55 6,22 8,32 12,87 11,58 8,52 5,03 1,12 2,33 3,33

Bulan Tahun

  Sumber : Hasil analisa peneliti 


(36)

Tabel Lampiran 14 Hasil Analisis Penggunaan Lahan menurut RTRW Danau Toba tahun 200-2029

No

Kelas Kemampuan

Lahan

Rencana Tata Ruang Luas (Ha) Tutupan Lahan

(RTRW) Luas (Ha)

Tutupan Lahan

(CitraLandsat) Luas (Ha) Lebih Kurang Ket

Cagar Budaya Pusuk Buhit 193.13 Hutan 45,758.97 Hutan 23,619.03 (22,139.94)Kurang Hutan Lindung 39,808.73 Kebun Campuran 4,509.50 Kebun Campuran 6,770.55 2,261.05 Lebih Hutan Produksi Terbatas 0.71 Lahan Terbuka 5,790.65 Lahan Terbuka 6,953.62 1,162.97 Lebih Hutan Produksi Tetap 5,451.22 Pemukiman 782.91 Pemukiman 2,988.72 2,205.81 Lebih

Hutan Rakyat 305.18 Sawah 28,681.45 Sawah 4,988.15 (23,693.30)Kurang

Sempadan Jalan 5,790.65 Semak Belukar - Semak Belukar 26,326.68 26,326.68 Lebih Kaw. Perkebunan Rakyat 4,509.50 Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 13,876.74 13,876.74 Lebih Kaw. Permukiman 782.91

Kaw. Pertanian 28,681.45

Hutan Lindung 45,247.77 Hutan 50,663.79 Hutan 16,260.30 (34,403.49)Kurang

Hutan Produksi Tetap 5,010.05 Kebun Campuran 11,258.18 Kebun Campuran 4,425.54 (6,832.64)Kurang Hutan Rakyat 405.98 Lahan Terbuka 7,353.31 Lahan Terbuka 8,974.66 1,621.35 Lebih Sempadan Jalan 7,353.31 Pemukiman 1,310.84 Pemukiman 4,876.84 3,566.00 Lebih Kaw. Perkebunan Rakyat 11,258.18 Sawah 30,571.46 Sawah 4,420.61 (26,150.85)Kurang Kaw. Permukiman 1,310.84 Semak Belukar - Semak Belukar 32,953.79 32,953.79 Lebih Kaw. Pertanian 30,571.46 Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 29,245.83 29,245.83 Lebih Hutan Lindung 2,210.18 Hutan 2,316.19 Hutan 1,420.66 (895.53)Kurang Hutan Produksi Tetap 106.01 Kebun Campuran 68.41 Kebun Campuran 2.65 (65.76)Kurang Sempadan Jalan 203.77 Lahan Terbuka 203.77 Lahan Terbuka 93.93 (109.84)Kurang Kaw. Perkebunan Rakyat 68.41 Pemukiman 21.47 Pemukiman 14.04 (7.43)Kurang Kaw. Permukiman 21.47 Sawah 316.65 Sawah 24.92 (291.73)Kurang Kaw. Pertanian 316.65 Semak Belukar - Semak Belukar 1,290.10 1,290.10 Lebih

Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 80.18 80.18 Lebih Hutan Lindung 5,098.11 Hutan 5,106.28 Hutan 1,328.60 (3,777.69)Kurang Hutan Rakyat 8.17 Kebun Campuran 2,753.59 Kebun Campuran 1,115.48 (1,638.11)Kurang Sempadan Jalan 3,386.13 Lahan Terbuka 3,386.13 Lahan Terbuka 1,449.79 (1,936.35)Kurang Kaw. Perkebunan Rakyat 2,752.00 Pemukiman 729.60 Pemukiman 1,109.22 379.62 Lebih Kaw. Permukiman 729.60 Sawah 11,883.48 Sawah 4,474.41 (7,409.07)Kurang Kaw. Pertanian 11,883.48 Semak Belukar - Semak Belukar 5,966.67 5,966.67 Lebih Kaw. Wisata 1.59 Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 8,414.93 8,414.93 Lebih

Hutan Lindung 17,323.33 Hutan 18,369.68 Hutan 14,597.12 (3,772.56)Kurang

Hutan Produksi Tetap 1,046.35 Kebun Campuran 2,804.23 Kebun Campuran 1,007.00 (1,797.23)Kurang Sempadan Jalan 1,065.59 Lahan Terbuka 1,065.59 Lahan Terbuka 1,684.92 619.33 Lebih Kaw. Perkebunan Rakyat 2,450.19 Pemukiman 228.95 Pemukiman 1,525.39 1,296.45 Lebih Kaw. Permukiman 228.95 Sawah 6,172.47 Sawah 86.04 (6,086.43)Kurang Kaw. Pertanian 6,172.47 Semak Belukar - Semak Belukar 5,126.28 5,126.28 Lebih Kaw. Wisata 354.04 Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 4,614.16 4,614.16 Lebih Cagar Budaya Pusuk Buhit 518.80 Hutan 1,054.73 Hutan - (1,054.73)Kurang Hutan Lindung 474.90 Kebun Campuran 393.51 Kebun Campuran 199.36 (194.15)Kurang Hutan Produksi Terbatas 0.62 Lahan Terbuka 32.23 Lahan Terbuka 668.09 635.86 Lebih Hutan Produksi Tetap 60.41 Pemukiman 1.89 Pemukiman 105.70 103.81 Lebih Sempadan Jalan 32.23 Sawah 456.43 Sawah 15.84 (440.59)Kurang Kaw. Perkebunan Rakyat 393.51 Semak Belukar - Semak Belukar 642.18 642.18 Lebih Kaw. Permukiman 1.89 Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 307.62 307.62 Lebih Kaw. Pertanian 456.43

Hutan Lindung 10,522.46 Hutan 10,522.46 Hutan 2,611.30 (7,911.16)Kurang

Sempadan Jalan 1,875.66 Kebun Campuran 2,340.32 Kebun Campuran 105.99 (2,234.33)Kurang Kaw. Perkebunan Rakyat 2,326.46 Lahan Terbuka 1,875.66 Lahan Terbuka 1,744.83 (130.83)Kurang Kaw. Permukiman 320.94 Pemukiman 320.94 Pemukiman 2,635.10 2,314.16 Lebih Kaw. Pertanian 2,045.95 Sawah 2,045.95 Sawah 258.53 (1,787.42)Kurang Kaw. Wisata 13.86 Semak Belukar - Semak Belukar 7,221.82 7,221.82 Lebih

Tegalan/Ladang - Tegalan/Ladang 2,527.74 2,527.74 Lebih

261,151.65

261,151.65 261,151.65 152,233.38 (152,233.38)Lebih

Total II 1 2 III 3 IV 4 V 5 VI 6 VII 7 VIII


(37)

Tabel Lampiran 15 Jenis Tanah DTA Danau Toba

Sumber : Departemen Kehutanan-IPB 1990 dalam LTEMP 2004

No. Jenis Tanah

% terhadapLuas

DTA

Variasi Bentuk Lahan

1. Litosol

36,4

Daerah

Curam

2.

Podsolik cokelat kelabu, Podsolik 13,8

Datardan

Berombak

3. Litosol

Podsolk/Regosol

3,5

Daerah

Curam

4. Podsolik

Coklat/Regosol

18,7 Bergelombang , Curam

5. Alluvial

Regosol,

Organosol 3,2

Datar

6.

Podsolik Cokelat Kekuningan 2,7

Datar

dan

Bergelombang


(38)

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya air merupakan sumberdaya yang terbarukan (“renewable”),dinamis,berperan sangat penting dalam kehidupan di muka bumi inidan berkaitan dengan hidrologi serta memiliki keterkaitan erat dengan banyak cabang keilmuan.Sumberdaya air masih belum mendapat perlindungan secara maksimal.Hal ini dapat dilihat dari pencemaran sumber air, penggundulan hutan yang mengakibatkan terganggunya fungsi peresapan air, kegiatan pertanian yang mengabaikan kelestarian lingkungan dan berubahnya fungsi daerah tangkapan air.Permasalahan umum pada sumber daya air adalah adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air. Lebih detail, masalah sumberdaya air dibagi menjadi tiga hal pokok, yaitu: (i) masalah kuantitas; (ii) masalah kualitas; dan (iii) masalah distribusi air.

Menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air,yang dimaksud dengan sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat dan sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. Salah satu bentuk sumber air dan sumber daya air tersebut adalah danau.

Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air tawar atau asin dimana seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan dan dapat menunjang kehidupan semua mahluk dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Manfaat danau adalah sebagai sumber baku air minum, air irigasi, pembangkit listrik, perikanan dan masih banyak manfaat lainnya. Pemanfaatan danau sebagai salah satu potensi sumber daya air harus didasarkan pada pemahaman sifat dan karakteristik danau serta harus memperhatikan neraca air


(39)

danau sebagai suatu upaya pelestarian serta perlindungannya. UU No. 7 tahun 2004 tentang SDA pada pasal 2 menyatakan bahwa sumber daya air, termasuk didalamnya danau, dikelola berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan, asas kemanfaatan umum, keterpaduan, kelestarian, keadilan, kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas.

Berdasarkan data, Indonesia memiliki sekitar 500 danau besar (luas > 50 ha) dan lebih dari 700 danau kecil (luas danau < 50 ha). Dari keseluruhan danau tersebut, yang terbesar adalah Danau Toba yang berada di Propinsi Sumatera Utara seperti disajikan pada Gambar 1. Danau Toba berada 905 meter diatas permukaan laut dengan panjang 275 km, lebar 150 km dan luas 1130 km2. Kedalaman di bagian utara danau adalah 529 m sedangkan di bagian selatan adalah 429 m. Danau Toba merupakan danau terdalam kesembilan di dunia dan merupakan danau tipe vulkanik kaldera terbesar di dunia (Litbang SDA, 2008).  

Fungsi kawasan Danau Toba saat ini adalah: (i) secara kuantitas dimanfaatkan sebagai sumber air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air,(ii) secara kualitas dimanfaatkan sebagai ekosistem perikanan,(iii) secara kontinuitas sebagai daerah sarana transportasi antar kota di sekitar wilayah Danau Toba,(iv) sebagai sumber bahan baku air minum, (v) sebagai pariwisata dan (vi) sebagai areal untuk penanaman hutan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Potensi hidrolistrik, Sungai Asahan diperkirakan dapat membangkitkan lebih dari 1.000 MW. Sekarang ini yang telah dimanfaatkan adalah PLTA Asahan II (PLTA Sigura-gura dan PLTA Tangga) dengan kapasitas 604 MW yang diperuntukan pasokan listrik ke pabrik peleburan aluminium PT.Inalum di Kuala Tanjung. PLTA Asahan I (2 X 90 MW) dan PLTA Asahan III (154 MW) dalam proses pembangunan. Dari hasil penelitian, masih dapat dikembangkan PLTA Asahan IV dan V, masing-masing dengan kapasitas sebesar 80 MW dan 18 MW (Otorita Asahan, 2010).

Air Danau Toba merupakan sumber air minum bagi sebahagian besar masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Sekitar 82% masyarakat di pinggir Danau Toba menggunakan air danau sebagai sumber air minum, baik secara langsung maupun melalui pengolahan sederhana. Terdapat tiga intake PDAM yang memanfaatkan air Danau Toba sebagai air baku air minum, yakni di


(40)

  Pangururan, Balige dan Laguboti serta terdapat ratusan pompa air milik masyarakat maupun perhotelan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air domestik. Keseluruhan aktifitas ini memberi dampak pada penurunan kualitas air danau (Sitanggang2009).

Menurut data Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT), ada sekitar 81lokasi Keramba Jaring Apung di perairan Danau Toba yang mempunyai kegiatan perikanan. Dokumen LTEMP No. 0401 menyebutkan bahwa jumlah keramba jaring apung yang tercatat pada tahun 1999 berjumlah 2.407 unit, terdiri dari 1.704 unit milik masyarakat dan 703 unit milik perusahaan swasta dengan luas keseluruhan areal perairan yang digunakan sekitar 40 Ha. Di perairan ini terdapat berbagai jenis ikan, diantaranya jenis ikan asli yang hampir punah antara lain Ikan Batak yang terdiri dari dua spesies yaitu Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus sorodan, juga terdapat remis yang bersifat endemik yaitu Remis Toba (Corbicula tobae). Sedangkan berbagai jenis ikan, baik yang alami maupun hasil budidaya yang bukan endemic antara lain adalah ikan Mas, Mujair, Nila, Tawes, Lele dan Gabus (LTEMP, 2004).

Kondisi Daerah Tangkapan Air Danau Toba, khususnya di wilayah hulu telah mengalami degradasi kualitas lingkungan yang sangat berat berupa perubahan tataguna lahan dan konversi hutan, fluktuasi debit air yang tinggi, dan pencemaran air yang berat. Laju erosi dan sedimentasi yang terjadi semakin tinggi dan telah mencapai tingkat yang membahayakan bagi pengguna air di DTA Danau Toba maupun DAS Asahan secara keseluruhan(LTEMP 2004). Degradasi lingkungan berupa pencemaran air yang berasal dari pertanian, pemukiman dan industri menyebabkan karat pada peralatan dan instalasi produksi energi listrik PLTA dan PDAM. Kondisi ini menimbulkan potensi kerugian bagi PLTA dan PDAM, karena tidak dapat berproduksi secara konstan pada kapasitas yang direncanakan (Tampubolon, 2009). Kerusakan hutan di sekitar Danau Toba sudah sedemikian parah. Hal ini diperkirakan terjadi akibat penebangan pohon secara liar dan adanya aktifitas penebangan untuk kebutuhan pabrik pulp. JICA (2004) melaporkan bahwa jumlah total lahan tidur, lahan kosong dan lahan kritis di DTA Danau Toba mencapai luas 24 ribu hektar, atau sekitar 18% dari total wilayah yang tersedia untuk pertanian (Aswandi dan Sunandar AD, 2007).


(41)

Gambar 1 Kawasan Danau Toba, Propinsi Sumatera Utara

100040’BT  01000’LS 

00000’  01000’Lu 02000’LU  03000’LU  04000’LU  02020’LU 

98000’BT 

97000’BT  99000’BT  100000’ BT 


(42)

  Perairan Danau Toba merupakan sarana yang penting yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai transportasi dengan Kapal dan Ferry. Transportasi air berpotensi menambah bahan pencemarmelalui ceceran minyak dan oli dari kapal atau perahu bermotor.Juga pembuangan limbah plastik, kaleng minuman, baterai bekas dan sampah lainnya dari atas kapal ke danau turut menambah pencemaran ke perairan Danau Toba.

Secara kuantitas, tinggi permukaan air Danau Toba diduga terus menurun karena volume air yang keluar melalui hulu sungai Asahan lebih besar dari volume air yang masuk ke Danau Toba melalui daerah tangkapan airnya. Penurunan permukaan air Danau Toba secara visual memang terlihat lambat seiring perjalanan waktu, namun keadaan itu adalah karena hamparan air danau itu sangat luas sehingga memberi kesan bahwa penurunan permukaan air danau terlihat pelan. Dengan perkiraan luas Danau Toba yang sangat besar, dengan tinggi permukaan air danau yang telah turun maka sebenarnya volume air yang turun atau hilang telah mencapai jumlah yang sangat besar.

Dari uraian diatas, daerah tangkapan air Danau Toba diduga telah mengalami permasalahan ketersediaan air. Permasalahan tersebut terjadi akibat dari penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan dan rencana tata ruang dan wilayah. Perubahan penggunaan lahan, perubahan kondisi hidrologi daerah tangkapan air danau, persepsi masyarakat yang tidak tepat terhadap kawasan danau serta penurunan kualitas air danau akibat pencemaran juga menjadi perhatian penting didalam permaslahan ketersediaan air DTA Danau Toba.

Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas maka, perlu dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan danau secara lestari dan serius. Penelitian Model Konservasi Sumber Daya Air Danau Toba masuk dalam konteks perlindungan dan pemeliharaan ini.


(43)

1.2 Kerangka Pemikiran

Sumber daya alam adalah unsur-unsur lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan untuk meningkatkan kesejahteraannya (Soerianegara, 1977). Pengelolaan sumber daya alam merupakan suatu proses pengalokasian sumber daya alam dalam ruang dan waktu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan perimbangan antara populasi manusia dengan ketersediaan sumber daya alam disertai usaha pencegahan terhadap kerusakan lingkungan. Kawasan Danau Toba memiliki nilai sumber daya alam yang tinggi bagi kehidupan manusia dengan memanfaatkan secara langsung hutan, lahan dan perairan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Perubahan penggunaan lahan daerah tangkapan air kawasan danau diperkirakan memberikan pengaruh yang dominan terhadap hidrologi kawasan tersebut, dan selanjutnya berpengaruh terhadap stabilitas ketersediaan air kawasan danau.Perubahan penggunaan lahan berarti merubah tipe dan proporsi tutupan lahan, selanjutnya berpengaruh terhadap luas permukaan dan kemudian mempengaruhi resapan air ke tanah serta mempengaruhi peningkatan aliran permukaan. Hal tersebut diduga terjadi karena perubahan pada kawasan hutan, pertanian, tegalan, pemukiman, parawisata dan industri yang diakibatkan oleh kegiatan perekonomian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akibat selanjutnya adalah tinggi permukaan air Danau Toba menjadi tidak stabil dandiperkirakan mengganggu pasokan air ke PLTA Asahan, kedalaman intake PDAM, sistem transportasi danau khususnya operasional dermaga kapal, ekosistem perairan pesisir danau serta kelangsungan dari keramba jaring apung.Jika hal ini dibiarkan maka suatu ketika, sumber daya alam kawasan ini tidak bisa dimanfaatkan secara maksimum.

Tujuan penelitian ini adalah membuat suatu model kebijakan yang tepat. Kebijakan yang tepat ini dimaksudkan untuk memantau agar tindakanyang dilakukan oleh setiap badan atau orang yang memanfaatkan air danau ini, tidak mengganggu keberadaan ekosistem, ekonomi dan stabilitas sosial. Model ini perlu dirancang dengan suatu pengelolaan yang sistemik,holistik, menyeluruh dan melibatkan stakeholder dengan pilar sosial, ekonomi dan lingkungan. Kerangka penelitian ini diillustrasikan pada Gambar 2.


(44)

  Gambar 2 Kerangka Pemikiran

 

MODEL KONSERVASI  SUMBER DAYA AIR DANAU TOBA  

YANG BERKELANJUTAN 

POTENSI SUMBER DAYA ALAM

PERTUMBUHAN PENDUDUK

PERTUMBUHAN EKONOMI

KONDISI SOSIAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KONDISI

LAHAN KONDISI

HIDROLOGI

KELESTARIAN EKOLOGY

KELESTARIAN EKONOMI

KELESTARIAN SOSIAL KONSEP KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

KAWASAN DANAU TOBA KEBUTUHAN

AIR

PERTUMBUHAN PENDUDUK PENGGUNAAN

LAHAN KETERSEDIAAN


(45)

1.3 Perumusan Masalah

Keberhasilan sumber daya alam memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sangat tergantung dari pada cara pandang masyarakat terhadap sumber daya alam tersebut. Jika masyarakat menganggap bahwa sumber daya alam harus dimanfaatkan secara besar-besaran dalam tempo yang singkat tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan, maka akan segera timbul permasalahan dalam hal daya dukung dan ketersediaannya. Dengan demikian masalah yang timbul adalah bagaimana merubah cara pandang masyarakat terhadap sumber daya alam agar cara pandangnya menjadi benar. Cara pandang yang lama perlu dirubah menjadi cara pandang berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi dan ekologi.

Dalam memenuhi kebutuhan air yang berfluktuasi, perubahan besaran ketersediaan air harus didukung oleh keberadaan sumber dan cadangan air yang baik.Jumlah air yang diindikasikan oleh tinggi permukaan air harus berada pada kisaran yang ditetapkan terutama pada bulan-bulan kering sehingga kebutuhan air terutama pasokan air terhadap PLTA Asahan tetap terjamin. Berkurangnya ketersediaan air akan mengganggu kelangsungan operasional PLTA dan terganggunya ekosistem danau. Sebaliknya, jika terlalu banyak ketersediaan air maka muka air danau akan naik bahkan terjadi banjir yang berakibat terhadap terganggunya ekosistem di pinggiran danau.

Berdasarkan uraian tersebut, pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi ekologis daerah tangkapan air Danau Toba ? 2. Bagaimana neraca keseimbangan air Danau Toba?

3. Bagaimana persepsi pakar tentang konservasi sumberdaya air danau ? 4. Bagaimana rumusan model konservasi sumber daya air danau yang

berkelanjutan ?


(46)

  Gambar 3 Perumusan Masalah Penelitian

 

Masalah Keberlanjutan

Penurunan Potensi 

Ekonomi Danau 

Ketidakstabilan  

Sosial 

Penurunan Potensi 

Ekologi Danau 

Aktivitas  

Ekonomi  

Pertumbuhan  Penduduk 

dan Aktivitas Sosial  Potensi 

Sumber Daya Alam

Pemanfaatan Sumber Daya  Alam Kawasan Danau Toba 

PLTA     Bahan  Baku  Air  Hutan  dan non 

Hutan  Pemukiman Keramba  Jaring  Apung Parawisata  Transportasi 

Antar Kota  

Permasalahan  Lingkungan

 Kualitas  Air  menurun 

Kuantitas Air  tidak stabil

Penggunaan Lahan  tidak beraturan 

Tataruang  tidak beraturan

Tekanan 

Penduduk 

Degradasi Lingkungan 


(47)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan model konservasi sumber daya air Danau Toba untuk diterapkan oleh para pengambil kebijakan ketersediaan sumber daya air. Tujuan khusus penelitian adalah untuk :

1. Mengkaji kondisi ekologis daerah tangkapan air Danau Toba 2. Mengkaji neraca keseimbangan air Danau Toba

3. Merumuskan persepsi pakar tentang konservasi sumberdaya air danau 4. Merumuskanmodel konservasi sumberdaya air danau

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam penetapan kebijakan untuk meningkatkan perekonomian namun dengan tetap mempertimbangkan kondisi sosial dan kondisi ekologi

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi dunia usaha didalam pemanfaatan sumber daya air kawasan Danau Toba

3. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan lembaga masyarakat di sekitar Danau Toba dalam pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan

4. Sebagai bahan masukan bagi Perguruan Tinggi dan Lembaga penelitian dalam studi lanjutan pengelolaan sumber daya alam, khususnya danau.

1.6 Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dari penelitian ini adalah dalam hal kajian pengaruh perubahan penggunaan lahan pada daerah tangkapan air terhadap neraca air dan tinggi muka air Danau Toba dalam rangka menjamin kelangsungan pengoperasian PLTA Asahan. Kebaruan ini juga menyangkut model konservasi sumber daya air danau di Indonesia yang dibangun dengan pendekatan sistem. Penelitian tersebut di atas belum ada sebelum penelitian ini.


(48)

2.1 Daerah Tangkapan Air Danau

2.1.1 Danau

Danau adalah suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi air atau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air tawar atau asin dimana seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.Danau merupakan suatu wadah alam yang dapat menahan kelebihan air pada masa aliran air tinggi untuk digunakan pada masa kekeringan dan untuk menampung air untuk pengelolaan dikemudian hari.Fungsi utama dari danau adalah irigasi pengairan sawah, objek pariwisata, pembangkit listrik tenaga air, tempat usaha perikanan, sumber penyediaan air bagi makhluk hidup sekitar dan pengendali banjir serta pengendali erosi.Dengan demikian danau merupakan salahsatu sumber daya alam yang menunjang kehidupan manusia.

Daerah tangkapan air dari suatu kawasan danau merupakan suatu wilayah ketersediaan air dan juga merupakan suatu ekosistem yang mempunyai unsur- unsur sumber daya alam tanah, vegetasi, udara dan air serta manusia sebagai pelaku pendayagunaan. Antar unsur tersebut mempunyai hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan saling terkait untuk mencapai produk tertentu serta kondisi air tertentu yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia.Kondisi air yang dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kondisi hidrologis dari Daerah Tangkapan Air (DTA) danau.Indonesia memiliki berbagai jenis danau yakni :

Danau Buatan / Waduk. Danau buatan adalah danau yang secara sengaja dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan air pertanian, perikanan darat, air minum, dan lain sebagainya. Contohadalah Waduk Jatiluhur di Jawa Barat.

Danau Kars. Danau kars adalah danau yang berada di daerah berkapur di mana yang berukuran kecil disebut doline dan yang besar dinamakan uvala.

Danau Tektonik. Danau tektonik adalah danau yang terjadi akibat adanya aktivitas / peristiwa tektonik yang mengakibatkan permukaan tanah pada


(49)

air. Contohnya adalah Danau Toba di Sumatera Utara.

Danau Vulkanik/Danau Kawah. Danau vulkanik adalah danau yang terbentuk pada bekas kawah gunung berapi. Contohnya adalah Danau Batur di Bali.

Sesuai dengan kepentingan PLTA Asahan yakni terjaganya daya dukung lingkungan hidup dan sasaran mafaatnya serta tersedianya volume air danau yang berkelanjutan untuk membangkitkan daya listrik sesuai kapasitas terpasang PLTA maka diperlukan intakerata-rata tahunan ke Danau Toba lebih besar dari 110 m3/s . Untuk itu, elevasi permukaan air Danau Toba perlu dijaga pada kisaran 903,00 m – 905,00 m. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah menurunnya daya tangkap dan daya tahan air DTA Danau Toba yang diduga bersumber dari perubahan-perubahan pada sektor kehutanan, pertanian, perikanan, parawisata, industri dan penyimpangan tata ruang (Asahan, 2003)

2.1.2 Daerah Tangkapan Air

Daerah tangkapan air (DTA) danaumerupakan bagian dari daerah aliran sungai, dalam hal ini daerah tangkapan air Danau Toba merupakan bagian hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan tertentu yangmerupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yangberfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal daricurah hujan ke danau atau laut secara alami. DAS mempunyai batas di darat yangmerupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerahperairan yang masih terpengaruh aktivitas di daratan (Pasal 1 ayat 11 UUNo. 7 Tahun 2004)

DAS adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke sungai utama yang bermuara ke danau atau lautan. Pemisah topografis adalah punggung bukit dan pemisah bawah berupa batuan (Manan, 1983, diacu dalam Yuzni, 2008 ).

DAS dalam beberapa literatur menggunakan istilah yang berbeda dengan arti yang sama, di antaranya menggunakan istilah watershed, river basin, catchment, atau drainage basin. Istilah watershed digunakan karena hubungannyadengan batas aliran, sedangkan istilah river basin, catchment, atau


(50)

(Wijayaratna,2000 diacu dalam Yuzni, 2008).

DAS merupakan satuan hidrologi yang dibagi menjadi sub-DAS, sub-sub-DAS, dan seterusnya sesuai dengan ordo sungai.Dalam sebuah DAS terdapat keterkaitan dan ketergantungan antara berbagai komponen ekosistem (vegetasi, tanah, dan air) dan antara berbagai bagian dan lokasi.DAS merupakan suatu ekosistem, tempat unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS, terutama DAS bagian hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS, sehingga perencanaan DAS bagian hulu sering kali menjadi fokus perhatian mengingat bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi (Pasaribu, 1999 diacu dalam Yuzni, 2008).

2.2 Kondisi Ekologis

2.2.1 Sumberdaya fisik

Setiap daerah tangkapan air danau memiliki karakter biofisik yang berbeda yang mencerminkan tingkat kepekaan dan potensi suatu daerah tangkapan air. Pengumpulan data fisik yang dilakukan dengan mencatat beberapa faktor yang dominan pada suatu wilayah akan mencerminkan karakteristik suatu DTA. Faktor-faktor pengontrol karakteristik DAS antara lain adalah faktor iklim, kondisi tanah, geologi dan faktor hidrologi. Untuk menggambarkan kondisi sumberdaya fisik danau maka digunakan data iklim, data tanah, data geologi dan data topografi. Danau memiliki karakteristik fisik yang khas yang sangat rentan terhadap berbagai perubahan penutupan dan penggunaan lahan maupun terhadap kegiatan manusia di dalam DTA. Karakteristik fisik yang khas ini mencakup (1) iklim, (2) kondisi jenis tanah (3) kondisi formasi batuan dan (4) kondisi topografi

2.2.2 Kependudukan

Pertumbuhan penduduk yang semakin besar menimbulkan kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan tempat berusaha untuk memenuhi kebutuhannya menjadi semakin besar. Kebutuhan lahan tersebut akan dilanjutkan dengan kegiatan pemanfaatan lahan dan oleh karena keinginan umumnya penduduk memanfaatkan lahan semaksimal mungkin sedangkan luas lahan relatif tetap,


(51)

prinsip ekologi misalnya memperluas lahan garapannya hingga ke lahan-lahan yang memiliki fungsi lindung, seperti lahan yang memiliki kelerengan tinggi, ditepi sungai atau bahkan merambah ke hutan lindung sehingga akhirnya dapat menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem (Nurwijayanto, 2008)

Menurut Soemarwoto (1989), tekanan penduduk disebabkan lahan pertanian disuatu daerah tidak cukup untuk mendukung kehidupan penduduk pada tingkat yang dianggap layak. Karena itu penduduk berusaha untuk mendapatkan tambahan pendapatan dengan membuka lahan baru atau pergi ke kota. Dorongan untuk membuka lahan atau/dan untuk pergi ke kota disebut tekanan penduduk. Indikasi adanya tekanan penduduk terhadap suatu wilayah dapat dilihat dengan nilai indeks tekanan penduduk. Menurut persamaan Soemarwoto indeks tekanan penduduk dipengaruhi oleh proporsi jumlah masyarakat yang bekerja dalam bidang pertanian dalam wilayah tersebut (f), luas lahan minimal yang dapat memberikan hasil untuk hidup layak atau setara 640 kg beras/tahun (z), tingkat pertumbuhan penduduk (r), serta luas lahan pertanian (L) dan jumlah seluruh penduduk (P).

Luas lahan pertanian yang dapat memberikan hasil untukmemenuhi kehidupan yang layak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah produktivitas lahan serta jenis tanaman yang dibudidayakan.Nilai kebutuhan lahan pertanian minimum untuk mendapatkan kehidupan yang layak diasumsikan seragam yaitu 0,78/ha/orang sesuai dengan yang ditetapkan tapak ekologi (ecological foot print) untuk Indonesia (Said R et al. 2009).

2.2.3 Penggunaan Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi atau relief, hidrologi bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Definisi lain adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah. Dalam hal ini tanah juga mengandung pengertian ruang atau tempat(Sitorus, 2009). Sumberdaya tanah merupakan sumberdaya alam yang


(52)

diperlukan dalam setiap kehidupan

Penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumberdaya buatan (Hardjowigeno dan Widiatmaka,2007).Dalam kajian potensi sumber daya air aspek penting yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah kemampuan lahandan perubahan penggunaan lahan pada daerah tangkapan air.

Perubahan penggunaan lahan daerah tangkapan air (DTA) suatu danau akan menentukan umur guna danau karena adanya penurunan produksi air dan peningkatan sedimentasi. Artinya, umurguna danau sangat tergantung pada kuantitas dan kualitas air sungai yang menjadi inlet danau.Peningkatan jumlah penduduk akan menambah luas pemukiman dan areal budidaya pertanian. Kondisi demikian akan menyebabkan semakin besarnya aliran permukaan dan peningkatan laju sedimentasi DTA yang melebihi batas ambang. Penggunaan lahan disekitar kawasan danau seperti pertanian, perkebunan, persawahan, pemukiman dan hotel dapat menghasilkan berbagai limbah yang dapat mencemarkan perairan danau.

Alih fungsi lahan dari hutan menjadi areal pertanian dan areal pertanian menjadi non pertanian akan menyebabkan terjadinya peningkatan erosi permukaan pada tahap awal. Selanjutnya, tanah yang tererosi tersebut akan terbawa ke sungai yang menyebabkan laju sedimentasi DTA meningkat.Alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian atau dari lahan pertanian menjadi non pertanian tentunya akan mempengaruhi karakteristik hidrologis DTA bersangkutan.

Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi kawasan pertanian, tegalan, pemukiman, hotel dan industri yang mengakibatkan air hujan yang jatuh pada kawasan ini tidak banyak lagi meresap kedalam tanah. Air tersebut tidak tertahan sebagai air tanah melainkan lebih banyak melimpas sehingga debit air pada kawasan danau ini meningkat secara signifikan pada waktu musim hujan tetapi pada waktu musim kemarau tinggi permukaan air menurun drastis.


(1)

198   

  Gambar Lampiran 6 Peta Kawasan Hutan DTA Danau Toba


(2)

199   

  Gambar Lampiran 7 Pata Tutupan Lahan DTA Danau Toba , tahun 2001


(3)

200   

  Gambar Lampiran 8 Peta Tutupan Lahan DTA Danau Toba, 2007


(4)

201   

  Gambar Lampiran 9 Peta Satuan Lahan DTA Danau Toba


(5)

202   

  Gambar Lampiran 10 Peta Kemampuan Lahan DTA Danau Toba


(6)

203   

  Gambar Lampiran 11 Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba (Draft)