Tabel 45 AHP Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air DT
No. Elemen
Pendapat Pakar Tingkat
Prioritas I.
Fokus Konservasi Sumberdaya Air
II. Faktor
1. Kebijakan Pemerintah
0,513 1
2. Sumber Daya Alam
0,261 2
3. Sumberdaya Manusia
0,129 3
4. Teknologi
0,096 4
III Tujuan
1. Pemerintah
0,491 1
2. Masyarakat
0,197 2
3. Pengusaha
0,168 3
4. Akademisi
0,074 4
5. LSM
0,070 5
IV Tujuan
1. Neraca Air
0,296 1
2. Ekologi
0,272 2
3. Ekonomi
0,234 3
4. Sosial
0,198 4
V. Alternatif Kebijakan
1. Konservasi Hutan pada Kawasan Hutan
0,491 1
2. Konservasi Kawasan Pertanian
0,197 2
3. Konservasi Kawasan Pemukiman
0,168 3
4. Konservasi Kawasan Industri
0,074 4
5. Konservasi Kawasan Pariwisata
0,070 5
Peran masing-masing stakeholder dan strategi konservasi sumberdaya air Danau Toba, difokuskan pada konservasu sumberdaya air di sekitar kawasan
Danau Toba karena besaran size dan kompleksitas permasalahan dan ketergantungan masing-masing sektor dan pihak yang terkait dalam suatu
kawasan merupakan salah satu alat yang berpengaruh untuk efisiensi pencapaian tujuan pelaksanaan kebijakan konservasi bagi wilayah sekitar.
a.
Faktor Level pertama adalah fokus yaitu : Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air
Danau Toba yang Berkelanjutan. Level kedua adalah faktor terdiri dari 4 sub
level yaitu 1. Sumberdaya Alam, 2. Sumberdaya Manusia, 3. Kebijakan
Pemerintah, dan 4. Teknologi. Level ketiga adalah Aktor yang terdiri dari 5 sub
level yaitu 1. Pemerintah, 2. Masyarakat, 3. Pengusaha, 4. Akademisi, dan 5.
LSM. Level keempat adalah Tujuan yang terdiri dari 5 sub level yaitu 1.
Ekologi, 2. Neraca Air, 3. Sosial, 4. Kelembagaan, dan 5. Ekonomi. Level
kelima adalah Alternatif terdiri dari 5 sub level yaitu 1. Konservasi Hutan pada
Kawasan Berhutan, 2. Konservasi Kawasan Pertanian, 3. Konservasi Kawasan Pemukinan, 4. Konservasi Kawasan Pariwisata, dan 5. Konservasi Kawasan
Industri. Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan pasangan dengan arah ke level
yang lebih tinggi. Level 1 merupakan fokus dari penelitian yakni Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba yang Berkelanjutan.
Faktor-faktor pada level 2 diukur dengan perbandingan pasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba
yang Berkelanjutan, mana yang lebih penting antara faktor sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Mana yang lebih penting antara faktor sumberdaya
manusia dan kebijakan pemerintah,antara sumberdaya manusia dan teknologi, antara kebijakan pemerintah dan teknologi, dan seterusnya. Faktor-faktor tersebut
diukur secara relatif antara satu dengan yang lain, dengan skala pengukuran relatif 1 hingga 9, seperti yang tertera dalam Tabel AHP.
Dari analisa AHP yang dilakukan, seperti ditunjukkan dalam Tabel AHP, respondenpakar menganggap faktor kebijakan pemerintah sebagai prioritas
utama, yaitu 51,3 dan urutan prioritas pilihan pakar selanjutnya adalah faktor sumberdaya alam 26,1, sumberdaya manusia 12,9 dan teknologi 9,6,
sebagaimana tertera pada gambar berikut ini.
Gambar38. Faktor yang berpengaruh terhadap kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba
b. Aktor
Sehubungan para pakarresponden memilih kebijakan pemerintah sebagai faktor yang paling penting, maka tentu saja aktor yang dapat melakukan
penyusunan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba yang Berkelanjutan adalah pemerintah 49,1,
masyarakat 19,7 dan pengusaha 16,8. Sedangkan aktor yang paling tidak berperan terhadap kebijakan pemerintah adalah akademisi 7,4 dan LSM 7 .
Gambarberikut inimenunjukkan bahwa pada level 3 aktor diperoleh hasil analisis yaitu pemerintah merupakan aktor yang paling berperan dalam penentuan
kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba. Hal ini menunjukkan bahwa aspirasi pemerintah menjadi fokus perhatian dalam penentuan kebijakan
konservasi sumberdaya air. Pemerintah dalam hal ini memegang otoritas dalam perencanaan dan pembangunan kawasan serta berperan menjamin kelestarian
pemanfaatan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat. Adapun prioritas aktor yang berpengaruh pada kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba yang
Berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 39
Gambar39. Tingkat kepentingan stakeholder terhadap kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba yang Berkelanjutan
Pemerintah juga merupakan wakil pemerintah pusat dan propinsi dalam penyelenggaraan kewenangan pemerintah di tingkat kabupatenkota. Selain itu,
pengelola kawasan Danau Toba berada merupakan aktor yang paling dominan pengaruhnya dalam kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba diharapkan
mampu menfasilitasi setiap kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan Danau Toba
dalam bentuk program-program pengelolaan lingkungan yang dapat dilaksanakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang baik bagi pengelola maupun
masyarakat sekitar misalnya kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat sekitar sehingga masyarakat mendapat manfaat baik secara
pendidikan maupun ekonomi. Pemerintah juga berperan dalam mengontrol dan mengawasi seluruh
kegiatan di Danau Toba, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak memberikan dampak negatif baik untuk lingkungan maupun masyarakat. Pemerintah memiliki
wewenang dan kapasitas dalam menentukan kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pemerintah mempunyai andil besar dalam penetapan pengelolaan
lingkungan. Secara umum pemerintah berperan sebagai koordinator pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dari berbagai wilayah sekitarnya dan
selanjutnya menjadi koordinator di daerah masing-masing. Sehingga ada kesamaan persepsi, dan semakin meningkatnya kemampuan serta mekanisme
kerja dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara profesional dan memenuhi kriteria ekosentris. Dalam pengembangan kawasan tentunya didukung
oleh para stakeholder yang terkait. Aktor yang menjadi prioritas kedua adalah masyarakat. Masyarakat
merupakan aktor yang terkait langsung dengan keberadaan Danau Toba sehingga merupakan aktor yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan kebijakan
konservasi sumberdaya air Danau Toba. Aktor pengusaha dan akademisi merupakan prioritas aktor ketiga dan keempat. Kedua aktor ini perlu dilibatkan
dalam proses pengambilan keputusan kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba. Pada tahap implementasi, kedua aktor ini perlu dilibatkan dalam proses
pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Keberadaan pengusaha akan menjamin iklim kondusif terhadap
pertumbuhan ekonomi di sekitar kawasan artinya pengusaha tetap menanamkan modalnya pada usaha perlindungan kawasan dampak merosotnya ekonomi dapat
dihindarkan. Keterlibatan pengusaha tidak selalu memberikan dampak negatif terhadap pengendalian ruang kawasan selama usaha yang dilakukan memberikan
konstribusi positif terhadap pelestarian lingkungan dan masyarakat sekitar. Sedangkan masyarakat merupakan kelompok yang akan merasakan dampak dari
pembangunan itu baik dari segi ekonomi, lingkungan maupun sosial budaya, sehingga segala keputusan yang akan diambil dalam pengelolaan suatu kawasan
selayaknya masyarakat ikut dalam pengambilan keputusan tersebut termasuk melakukan pengawasan.Dalam konservasi sumberdaya air Danau Toba diperlukan
tanggung jawab bersama artinya semua stakeholder mampu bekerjasama dengan prinsip keterpaduan secara simbiosis atau saling menguntungkan sehingga tidak
ada pihak yang dirugikan. c.
Tujuan
Harapan para pakar, kebijakan pemerintah untuk konservasi sumberdaya air Danau Toba adalah dengan mewujudkan tujuan neraca air adalah sebesar
29,6, kemudian mewujudkan tujuan ekologi adalah sebesar 27,3, mewujudkan tujuan ekonomi adalah sebesar 23,4 dan terakhir untuk tujuan sosial adalah
sebesar 19,8. Hasil diskusi dengan pakar, pihak terkait dan penelitian di lapangan, level tujuan diuraikan lagi menjadi beberapa sub level yaitu: Neraca
Air, Ekologi, Ekonomi, Sosial. Hasil analisis pendapat para pakar terhadap 4 empat sub level tujuan tersebut diperoleh bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam
konservasi sumberdaya air Danau Toba, seperti terlihat pada Gambar 40.
Gambar 40 Tujuan yang dikehendaki pada kebijakan konservasi sumberdaya air Tingginya nilai skor tujuan neraca air dan ekologi dibandingkan dengan
tujuan lainnya menunjukkan bahwa neraca air dan ekologi menjadi perhatian utama konservasi sumberdaya air Danau Toba. Karena keberlanjutan neraca air
dan ekologi sebagai parameter dan asset utama yang menyediakan kebutuhan manusia. Lingkungan menyediakan sistem pendukung kehidupan untuk
mempertahankan keberadaan manusia dan keberlanjutan suatu aktivitas ekonomi jangka panjang. Diharapkan melalui kegiatan pengelolaan lingkungan dampak
negatif yang ditimbulkan dari aktivitas manusia dapat diminimalkan. Dengan demikian keberlanjutan nerca air dan ekologi dalam konservasi sumberdaya air
Danau Toba mempunyai implikasi yang luas menyebar ke hilir dan ke hulu karena Danau Toba adalah sebuah ekosistem yang memiliki ketergantungan antara
mahluk yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama dan hubungan simbiosis berbagai stakeholder dalam rangka mendukung pengelolaan
kawasan secara berkelanjutan. Berdasarkan uraian diatas bahwa dalam konservasi sumberdaya air Danau
Toba yang berkelanjutan, secara langsung neraca air dan ekologi menunjukkan adanya keterkaitan dan ketergantungan antar ekosistem baik ekosistem yang
berada dalam kawasan maupun di luar atau sekitar kawasan sehingga diperlukan pola tata ruang yang menyerasikan tata guna tanah, tata guna air dan sumberdaya
lainnya dalam suatu keterpaduan sebagai suatu kesatuan tatanan lingkungan hidup yang dinamis dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang, dilakukan secara terpadu,
menyeluruh yang mencakup pertimbangan daya dukung lingkungan, berdayaguna dan berhasil guna, penataan ruang harus dapat mewujudkan kualitas ruang yang
sesuai dengan potensi dan fungsi ruang sehingga dapat menjamin terwujudnya keserasian, keselarasan, dan keseimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang
serta kelestarian kemampuan daya dukung sumber alam dengan memperlihatkan kepentingan masa depan.
Tujuan neraca air dan ekologi konservasi sumberdaya air Danau Toba diharapkan mampu mengkoordinasikan antara berbagai jenis penggunaan dengan
tetap memelihara kelestarian fungsi dan tatanan lingkungan serta mencegah pengelolaan tanah oleh perorangan atau sekelompok orang yang merugikan
kepentingan masyarakat banyak dan kepentingan pembangunan berkelanjutan artinya dalam memanfaatkannya tidak boleh ditempuh cara-cara yang merusaknya
Sugandhy, 1999. Pada tujuan neraca air dan ekologi, manfaat yang diharapkan adalah terjaganya kawasan resapan air, kelestarian ekosistem hutan dan fungsinya
dan penggunaan lahan yang sesuai tata ruang, kualitas udara dan daya dukung lingkungan. Terjaganya kawasan resapan air, kelestarian ekosistem hutan dan
penggunaan lahan sesuai tata ruang menjadi prioritas utama dalam konservasi sumberdaya air Danau Toba. Hal ini disebabkan karena pakar menilai bahwa air,
vegetasi dan aktivitas manusia dalam pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan, yang satu sama lain membentuk hubungan timbal balik dalam sistem
hidrologi. Aktivitas manusia yang membabat hutan, menebangi pohon pelindung, merusak sempadan sungai, serta membuang sampah sembarangan menyebabkan
berkurangnya daya dukung lahan untuk menyerap air hujan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan hutan sehingga menimbulkan bencana alam
seperti banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor. Selama ini tingkat kesadaran masyarakat terhadap fungsi vegetasi, sungai,
danau dan waduk sebagai daerah resapan air sangat rendah. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab besar bagi pemerintah sebagai pengelola kawasan
konservasi sumberdaya air Danau Toba. Kondisi ini memaksa pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya menjaga
kelestarian Danau Toba sebagai daerah resapan air. Selain itu pelaku perusakan kawasan konservasi harus ditindak tegas dengan memberikan hukuman dan sanksi
yang seberat-beratnya sehingga menimbulkan efek jera. Mengembalikan fungsi daerah resapan air dapat juga dilakukan melalui penggunaan ruang sesuai dengan
peruntukannya artinnya bahwa kawasan Danau Toba harus tetap dipertahankan keberadaannya dengan mengendalikan jumlah urban sprawl yang mengarah ke
Danau Toba melalui penerbitan peraturan yang melarang penduduk sekitar atau penduduk perkotaan untuk mengkonversi lahan menjadi daearah pemukiman atau
lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukan dan kesesuaian lahan. Pengaturan dapat dilakukan dengan memperketat sistem perizinan yang sudah ada sehingga
mempersulit akses penduduk untuk konservasi sumberdaya air Danau Toba secara berkelanjutan hal penting yang perlu juga diperhatikan adalah pemanfaatan ruang
sebab apabila pengaturan ruang di Danau Toba tidak terarah dengan baik akan menimbulkan konflik pemanfaatan lahan sebagai akibat dari semakin
meningkatnya jumlah penduduk urban ke Danau Toba. Sebagaimana diketahui bahwa permasalahan utama dalam konservasi
sumberdaya air Danau Toba adalah belum berfungsinya secara optimal penataan ruang dalam rangka menyelaraskan, mensinkronkan dan memadukan berbagai
rencana dan program sektor. Berbagai fenomena bencana seperti banjir, longsor dan kekeringan serta berkurangnya kawasan konservasi pada dasarnya merupakan
indikasi yang kuat terjadinya ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang, antara manusia dengan alam maupun antara kepentingan ekonomi dengan pelestarian
lingkungan. Disisi lain dalam penerapannya sering terjadi inkonsistensi antara Rencana Tata Ruang Wilayah dengan eksisting penggunaan lahanpemanfaatan
ruang yang tidak berwawasan lingkungan. Berbagai dampak yang timbul akibat ketidakselarasan dalam pemanfaatan ruang kawasan konservasi seperti hilangnya
estetika Danau Toba, pola pembangunan permukiman yang mengarah ke sekitar kawasan, dan hilangnya akses masyarakat ke Danau Toba.
Untuk mengoptimalkan peran Danau Toba yang multiuse, dalam rangka menghindari terjadinya kompetisi, konflik, dan perbedaan kepentingan, maka
secara operasional perlu dilakukan penzonasian kawasan untuk menclusterkan kegiatan yang kompatibel dan memisahkan yang in compatible berdasarkan
aktivitas dan fungsi-fungsi wilayah. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan pemanfaatan sumberdaya yang saling bertentangan dan menentukan yang mana
kegiatan-kegiatan dilarang dan diijinkan untuk setiap zona peruntukkan. Atau dengan kata lain sebagai upaya untuk menciptakan suatu keseimbangan antara
kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan kegiatan konservasi sumberdaya air Danau Toba. Selain tujuan neraca air dan ekologi, tujuan ekonomi juga sangat
berpengaruh terhadap Kebijakan Konservasi Sumberdaya Air di kawasan Danau Toba. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, subkriteria yang perlu diperhatikan
adalah keberlanjutan usaha, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyediaan infrastruktur.
Untuk mendukung konservasi sumberdaya air Danau Toba, yang harus diprioritaskan adalah adanya pertumbuhan ekonomi yang mampu mendorong
terbentuknya usaha-usaha kecil atau menengah yang didirikan oleh mayarakat secara swadaya dengan bantuan modal dari pihak pengelola, sehingga terjadi
simbiosis antara pihak-pihak yang terkait dan sinergi yang mempertinggi kinerja ekonomi masyarakat dan lingkungan. Keberadaan Danau Toba diharapkan
mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya secara berimbang balanced development
antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak sehingga memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat serta
dapat mencegah kegiatan perambahan hutan. Untuk meningkatkan PAD kegiatan wisata ke arah Danau Toba harus
mampu menarik perhatian pengunjung dengan menyediakan sarana dan prasarana penunjang yang memudahkan akses pengunjung Danau Toba. Pengelola harus
mampu memelihara, melindungi dan atau berkonstribusi untuk memperbaiki sumberdaya alam sehingga memberikan nilai eksotik dan spesifik wilayah.
Sebagai keunggulan kompetitif yang mampu bersaing serta mampu menarik wisatawan lebih banyak.
Keberadaan Danau Toba diharapkan mampu menciptakan iklim kondusif terhadap tumbuhnya usaha perekonomian rakyat sekitar sehingga mampu
meningkatkan taraf hidup dan kesempatan kerja. Peningkatan taraf hidup akan sejalan dengan usaha penciptaan lapangan kerja melalui alokasi kegiatan yang
tepat pada kawasan penyangga dan kawasan budidaya sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pengembangan keanekaragaman
hayati terhadap kelangsungan usaha peningkatan produksi komoditi pertanian merupakan langkah peningkatan kemakmuran prosperity yang perlu
dioptimalkan demi mencapai peningkatan pendapatan masyarakat sekitar dan PAD. Usaha tersebut, sejauh manfaat sosial ekonomi tinggi dan dampak negatif
kendala lingkungan kecil, dimungkinkan pengupayaannya dengan dukungan keberlanjutan alokasi lahan dan konservasi sumberdaya airnya.
Kekhasan dan budaya yang dimiliki Danau Toba harus disadari potensinya oleh seluruh lapisan masyarakat melalui gerakan sadar wisata. Gerakan sadar
wisata bukan berarti menyadarkan masyarakat untuk giat berdarmawisata saja, melainkan lebih penting dari itu adalah menyadarkan masyarakat untuk bertindak
menghargai keunikan alam dan budaya setempat agar tetap lestari dan indah untuk selanjutnya dapat nikmati oleh turis, baik asing maupun domestik untuk menjadi
nilai tambah ekonomi Sugandhy, 1999. Konservasi sumberdaya air di kawasan Danau Toba dari dimensi ekonomi
tentunya harus didukung oleh infrastruktur yang memadai. Keberadaan Danau Toba di suatu daerah sangat terkait dengan wilayah sekitarnya. Keterkaitan
tersebut dapat berupa keterkaitan secara fisik, sosial dan ekonomi seperti adanya jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya untuk
mendukung pergerakan roda perekonomian masyarakat di sekitar kawasan. Ini berarti keberadaan Danau Toba dituntut secara sukarela untuk menyediakan
infrastruktur yang diperlukan baik yang dibutuhkan oleh Danau Toba untuk aktivitasnya sendiri demi menjamin kelancaran usahanya maupun infratruktur
yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Tujuan lain yang berpengaruh dalam konservasi sumberdaya air Danau
Toba adalah keberlanjutan sosial. Manfaat yang diharapkan adalah meningkatnya peran masyarakat dalam usaha konservasi sumberdaya air di Danau Toba sebagai
langkah pelestarian dan perlindungan lingkungan. Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pelaksanaan hak dan kewajiban serta peran serta masyarakat
sangat diperlukan untuk memperbaiki mutu perencanaan, membantu terwujudnya pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, serta
menaati keputusan-keputusan dalam rangka penertiban pemanfaatan ruang. Dalam rangka memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui rencana tata ruang,
pemerintah berkewajiban mengumumkan atau menyebarluaskan rencana tata ruang yang telah ditetapkan pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat
mengetahui dengan mudah Sugandhy, 1999. Keberadaan masyarakat di sekitar kawasan sangat penting untuk
diperhatikan hal ini bertujuan untuk minimisasi konflik kepentingan dalam konservasi sumberdaya air Danau Toba. Diharapkan keberadaan Danau Toba
mampu memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan sosial masyarakat khususnya sekitar Danau Toba misalnya penyediaan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat lokal. Banyaknya stakeholder yang terlibat dalam konservasi sumberdaya air Danau Toba, diharapkan mampu bersimbiosis dalam penggunaan
sumberdaya sehingga memberikan keuntungan kepada stakeholder. Pengelolaan dan pengendalian konservasi sumberdaya air Danau Toba
memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan sosial masyarakat sekitar kawasan. Konservasi sumberdaya air Danau
Toba harus mampu memberikan dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar melalui program-program pemberdayaan dan keterlibatan
masyarakat secara langsung dalam kegiatan pemanfaatan atau budidaya, hal ini akan mampu meminimalisasi konflik dan kesenjangan sosial yang terjadi di
lingkungan masyarakat sekitar kawasan sehingga menjamin stabilitas penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar dan memperhatikan keanekaragaman budaya
lokal dengan mengakui dan menghargai sistem sosial dan kebudayaan yang berlaku, mendorong partisipasi masyarakat lokal sehingga mampu mendefinisikan
kebutuhan dan keinginan, tujuan serta aspirasinya melalui pemberian tanggung jawab kepada masyarakat sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang pada
akhirnya menentukan dan berpengaruh pada kesejahteraan hidup mereka, serta mengurangi angka kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja bagi
masyarakat lokal. Dalam kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba yang
berkelanjutan, pertimbangan aspek sosial sangat penting karena pembangunan yang tidak sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat selain kurang
memenuhi sasaran, juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Perkembangan dan perubahan lingkungan yang terjadi menyebabkan menurunnya kondisi
lingkungan, timbulnya ketegangan sosial dan konflik yang menyebabkan tidak diindahkannya masalah-masalah yang bersifat persahabatan. Sehingga interaksi
manusia dengan alam yang tadinya serasi dan seimbang menjadi destruktif sifatnya. Aspek sosial menyangkut sikap masyarakat dan individu dalam
memandang kehidupan norma budaya, kerja dan wewenang, struktur administrasi dan struktur birokrasi dalam sektor pemerintahpublik maupun
swasta, hukum, pola-pola kekerabatan dan agama, tradisi budaya, wewenang dan integritas instansi pemerintah, partisipasi masyarakat dalam perumusan keputusan
dan kegiatan pembangunan serta keluwesan atau kekakuan ekonomi dan sosial. Oleh karena itu pihak pengelola harus mengetahui aturan masyarakat yang
berlaku di kawasan yang akan dibangun sehingga pengalokasian sumberdaya dan distribusi pendapatan tepat sasaran dan tidak melanggar norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Pihak pengelola harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam seluruh kegiatan pemanfaatan yang
berkaitan dengan keberadaan Danau Toba. Sehingga tingkat pengangguran dapat dikurangi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan hal ini akan
mempengaruhi penilaian masyarakat yang positip terhadap keberadaan Danau Toba. Penciptaan lapangan kerja juga dapat mempercepat laju pembangunan
ekonomi. Terciptanya lebih banyak lapangan kerja dan kesempatan kerja berarti tersedianya lebih banyak sumber-sumber pendapatan potensial bagi kalangan
penduduk miskin.
Alternatif Kebijakan
Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai serta peran para aktor dalam kebijakan konservasi sumberdaya air Danau Toba seperti diuraikan diatas,
berbagai alternatif strategi kebijakan dinyatakan dalam Gambar 41.
Ga mbar 41. Prioritas kebijakan konservasi sumberdaya air kawasan Danau Toba.
Alternatif kebijakan untuk mewujudkan harapan-harapan responden tersebut adalah dengan mengimplementasikan Konservasi Hutan pada Kawasan
Berhutan 33,3 dengan urutan prioritas pilihan alternatif kebijakan berikutnya adalah Konservasi Kawasan Pertanian 26,1, Konservasi Kawasan Pemukiman
18,9, Konservasi Kawasan Industri 15,7 dan terakhir Konservasi Kawasan Pariwisata yaitu sebesar 6,5. Artinya saat ini menurut pandangan para pakar
untuk Konservasi Sumberdaya Air Danau Toba yang Berkelanjutan perlu dikelola Konservasi Hutan pada Kawasan Berhutan, karena dianggap selama ini masih
terabaikan. Akibatnya terjadi penebangan hutan yang tidak terkendali sehingga menimbulkan gambaran kawasan berhutan menjadikurang dipelihara, rusak dan
tidak beraturan, dan sebagainya.
4.4 PEMODELAN
4.4.1 Analisis Kebutuhan
Hasil wawancara kepada pihak yang mempunyai kepentingan danketerkaitan terhadap konservasi air Danau Toba, didapatkan kebutuhan
stakeholder seperti disajikan dalam Tabel 46
Table 46 Perkiraan Kebutuhan Stake Holder
No. Stakeholder Kebutuhan
1 Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar danau yang
memanfaatkan perairan danau untuk berbagai kepentingan
Kualitas Air tidak turun Kuantitas Air tidak turun
Kebersihan dan keindahan danau terjaga
Pendapatan meningkat Penyediaan lapangan kerja
Budidaya perikanan tetap jalan Hasil tangkapan ikan tidak
menurun
2
Instansi Terkait Instansi terkait yaitu dinas instansi
pemerintah daerah yang mempunyai hubungan keterkaitan
dengan perairan danau Elevasi Air danau tidak
menurun Peningkatan PAD
Penyediaan lapangan kerja Keindahan danau terjaga
Kualitas Air tidak turun Kuantitas Air tidak turun
Peningkatan perekonomian masyarakat
3 Lembaga Sosial
Masyarakat Lembaga yang peduli
terhadap kelestarian perairan danau Kelestarian danau terjamin
Pendapatan Masyarakat meningkat
4 Akademisi Peneliti
Lembaga yang melakukan penelitian pada perairan danau
Keanekaragaman Hayati terjaga Kualitas Air tidak turun
Kuantitas Air tidak turun
5 BUMN : PLTA
Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di perairan danau
Ketinggian muka air danau tetap stabil Kualitas air danau tetap
baik
4.4.2 Formulasi Permasalahan
Permasalahan sistem pada dasarnya adalah terdapatnya perbedaan antara kebutuhan pelaku dengan kondisi yang ada. Pada kondisi nyata di lapangan,
permasalahan sistem ditunjukan oleh adanya kecenderungan terjadinya penurunan permukaan air Danau Toba. Jumlah air yang diindikasikan oleh tinggi permukaan
air harus berada pada kisaran yang ditetapkan terutama pada bulan-bulan kering sehingga kebutuhan air terpenuhi.Berkurangnya ketersediaan air akan
mengganggu kelangsungan operasional PLTA dan terganggunya ekosistem danau. Sebaliknya jika terlalu banyak ketersediaan air maka muka air danau akan naik
bahkan terjadi banjir yang berakibat terhadap terganggunya ekosistem di pinggiran danau.
4.4.3 Identifikasi Sistim
Identifikasi sistem dilakukan dengan membuat diagram input output,
diagram sebab akibat dan diagram alir struktur model untuk melihat variabel yang dikelompokkan menjadi
1Variabel input yang tidak terkontrol :Curah Hujan, Iklim, Koefisien
Infiltrasi, Evapotranspirasi, Evaporasi dan Debit dari luar DTA
2Variabel input yang terkontrol : F
aktor Tutupan Lahan, Koefisien Infiltrasi, Debit Air ke Sungai Asahan, Fraksi Pertumbuhan Penduduk, Kebutuhan Air Penduduk,
Kebutuhan Air Industri dan Debit Sungai La Renun.
3 Variabel Lingkungan :
Luas dan letak DTA Danau
4Variabel Output yang dikehendaki :
Neraca air positip dan tinggi muka air yang stabil
5 Variabel Output yang tidak dikehendaki :
Penurunan tinggi muka air danau, degradasi lahan dan pengurangan luas hutan
Diagram I-O disajikan pada Gambar 42 dan Causal Loop Diagram pada Gambar 43