Arahan Kebijakan dan Strategi Konservasi

Perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air Danau Toba sangat dinamis. Perubahan lahan yang semula agraris menjadi non agraris di sekitar kawasan Danau Toba terkait dengan tingginya pertumbuhan dan aktivitas ekonomi masyarakat Sumatra Utara. Pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan kegiatan pembangunan mengakibatkan pergeseran pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang dan kemampuan serta kesesuaian lahan sehingga timbul berbagai masalah seperti terbentuknya lahan kritis, hilangnya lahan pertanian yang subur dan terjadinya pencemaran tanah. Disamping itu pemanfaatan kawasan yang seharusnya merupakan kawasan lindung dipergunakan sebagai lokasi kegiatan yang tidak bersifat kegiatan perlindungan. Perubahan penggunaan lahan untuk tujuan resapan air berubah menjadi permukiman sehingga menyebabkan penurunan muka air tanah dan penurunan tinggi permukaan air. Jika penyimpangan ini terjadi secara terus menerus tanpa ada usaha pengendalian penggunaan ruang di Kawasan Danau Toba maka fungsi kawasan tersebut sebagai kawasan resapan air tidak dapat berjalan dengan semestinya. Akibatnya dapat berdampak pada kerusakan lingkungan khususnya krisis air, baik bagi kawasan itu sendiri maupun daerah lain di sekitarnya secara keseluruhan. Kondisi tersebut akan menimbulkan banyak permasalahan apabila tidak disertai dengan kebijakan penataan ruang yang memadai. Persoalan terbesar dalam penataan ruang adalah dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Sebaik apapun rencana tata ruang dan program pemanfaatan ruang yang disusun, tanpa disertai dengan pengendalian pemanfaatan ruang yang tegas, konsisten dan berkelanjutan, maka tujuan penataan ruang tidak akan terwujud dengan efektif. Semakin pesat pertumbuhan penduduk di suatu daerah atau wilayah akan berpengaruh buruk terhadap keberlanjutan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Karena masalah lingkungan timbul dari hasil interaksi antara aktivitas manusia dan sumberdaya alam, atau secara lebih tepat adalah adanya mekanisme permintaan akan lingkungan dan suplai atau penawaran lingkungan. Interaksi yang tidak seimbang dan harmonis antara kedua aspek tersebut bisa menyebabkan terjadinya problema lingkungan. Tingginya permintaan sumberdaya lingkungan yang tidak didukung oleh ketersediaan sumberdaya akan menyebabkan terjadinya eksploitasi terhadap lingkungan yang berlebihan yang akhirnya bisa mengakibatkan degradasi lingkungan. Dengan begitu banyaknya masalah yang saling terkait, rumit dan kompleks pada penataan ruang ruang maka diperlukan suatu cara pemilihan kebijakan yang terbaik melalui analisis kebijakan. Untuk melaksanakan analisis kebijakan ini, diperlukan data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan para pakar serta data sekunder yang didapat dari berbagai sumber pustaka atau literature. Untuk mengetahui persepsi yang terbaik dari para pakar tentang konservasi sumber daya air Danau Toba, makapertanyaan difokuskan kepada persepsi pakar terhadap Konservasi Kawasan Hutan, Konservasi Kawasan Pertanian, Konservasi Pemukiman, Konservasi Kawasan Parawisata, dan Konservasi Kawasan Industri. Model yang dipergunakan untuk pengambilan keputusan pada pembuatan kebijakan adalahMetode AHP yangdikembangkan oleh Thomas L. Saaty, yang terdiri dari sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian- bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variable yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuatSaaty, 1993.

2.7. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan adalah proses pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar hidupnya sejahtera lahir dan batin. Sumberdaya alam yaitu segala unsur lingkungan biotik maupun abiotik yang bermanfaat dan digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, baik kebutuhan primer yang bersifat lahiriah pangan, sandang, papan, kebutuhan sekunder yang bersifat batiniah estetika maupun kebutuhan tersier dan seterusnya yang lebih bersifat hobi atau pengembangan bakat. Pembangunan berkelanjutan atau berkesinambungan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri WCED,1988.Pengelolaaan sumber daya alam harus dilakukan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan masa kini tetapi dengan batasan bahwa sumber daya tersebut harus dijaga agar cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk generasi mendatang dan pemanfaatan harus terkendali serta tidak merusak lingkungan.Diperkirakan pengelolaan sumber daya alam selama ini telah menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan struktur penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan yang menimbulkan berbagai konflik. Konsep dasar pembangunan berkelanjutan adalah pemenuhan kebutuhan masa kini yang berorientasi kepada ekonomi dan ditujukan untuk kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia merupakan suatu visi sosial serta ketersediaan sumber daya alam saat ini dan saat yang akan datang, yang berarti adanya suatu sikap untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam dengan menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian proses eksploitasi sumber daya alam yang berorientasi kepada pembangunan berkelanjutan harus tetap menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan kelestarian lingkungan. Penjelasan lebih lanjut tentang hal tersebut, maka disajikan pada Gambar 10. Gambar 10 Pembangunan Berkelanjutan