Biaya Pembangunan Penyebab Mahalnya Biaya Pendidikan SMA dan
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
202
1 Pemerintahan milik masyarakat; memberi wewenang
ketimbang melayani. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 29-35 sekolah semestinya lebih
berperan sebagai katalisator dan fasilitator. Semestinya sekolah cukup menguraikan berbagai kebutuhan
peserta didik, setelah itu sekolah harus lebih memberikan wewenang kepada para orang tua dan
peserta didik dalam memenuhi kebutuhannya menurut kemampuannya. Bukan seperti sekarang, sekolah
mendikte peserta didik dan orang tuanya dan kurang merespon apa kata orang tua peserta didik.
2 Pemerintahan yang kompetitif, menyuntikkan
persaingan ke dalam pemberian pelayanan. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 94 keuntungan
paling nyata dari persaingan adalah efesiensi yang lebih besar. Pengadaan bahan seragam sekolah diadakan
secara monopoli, harga ditentukan sekolah dan toko bahan seragam yang ditunjuk sekolah. Begitu juga
halnya dalam pemberian jenis pelanan lainnya seperti; study wisata dan kegiatan ekstrakurikuler. Akibatnya
tidak ada persaingan dan efesiensi tidak dapat diwujudkan.
3 Pemerintahan yang digerakkan oleh misi; mengubah
organisasi yang digerakkan oleh peraturan. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 133, organisasi
yang digerakkan oleh misi lebih efesien, efektif dan inovatif ketimbang organisasi yang digerakkan oleh
peraturan. Sekolah sebaiknya hanya menyampaikan apa misi sekolah, sedang tentang bagimana cara
mewujudkan misi sekolah, diserahkan kepada masing- asing peserta didik untuk tumbuh dan berkembang
menurut kekuatannya sendiri. Hal ini belum berlangsung di Sekolah Menengah Atas sampai saat ini
pada berbagai jenis pelayanan.
4 Pemerintahan berorientasi pelanggan, memenuhi
kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 210, sistem yang
berorientasi pelanggan memberi kesempatan kepada
Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
203
orang untuk memilih diantara berbagai macam pelayanan. Pada sekolah menengah atas, para pejabat
sekolah mengabaikan hal ini, tidak ada alternatif bagi kebijakan yang diambil. Harus beli seragam sekolah
yang sejenis dan sama bagi setiap peserta didik. Harus mengadakan study wisata ke kota tertentu. Harus
mengikuti jenis kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Tidak ada alternatif. Sekolah lebih mengutamakan
kepentingannya dari pada suara pelanggan yaitu peserta didik dan orang tuanya.
5 Pemerintahan antisipatif, mencegah daripada mengobati.
Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 253, pencegahan lebih memecahkan masalah ketimbang
memberikan jasa. Para pejabat pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Atas, tidak pernah mengadakan
analisis mengapa biaya pendidikan sangat mahal. Mungkin perlu diadakan langkah-langkah
pencegahan, seperti, pemberian jasa pengadaan bahan seragam, pelaksanaan pembangunan fisik sekolah dan
study wisata sudah saatnya dihentikan. Tetapi apa mungkin hal ini terwujud, karena akan hilang
keuntungan ekonomi birokrat pendidikan yang selama ini diperoleh.
6 Pemerintahan berorientasi pasar; mendongkrak perubahan
melalui pasar. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 323, pemerintahan berorientasi pasar dapat
berjalan apabila ada penawaran, permintaan, aksebilitas, informasi, peraturan dan penjagaan. Prinsip
ini tidak berjalan dengan baik di SMA karena hampir dalam semua pemberian pelayanan, tidak ada
penawaran yang memadai, yang ada penawaran monopoli, permintaan tidak didasarkan atas
kemampuan peserta didik tetapi berdasarkan penyamarataan, tidak ada aksebilitas dimana peserta
didik tidak mudah dalam mengakses penjual secara langsung, peserta didik juga tidak memiliki informasi
yang cukup mengenai pelayanan jasa yang