Norma Budaya Inovasi Norma, Budaya dan Tradisi dalam Pengadopsian Inovasi

Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 104 Norma Tradisional dan Modern Penting untuk membedakan dua tipe norma ini meskipun dalam proses pengadopsian dan penyebaran inovasi ada sebuah tipe ideal masyarakat. Idealnya sebuah masyarakat dimana teknologi atau inovasi diperkenalkan akan menyambutnya dengan baik, memikirkannya dalam waktu yang relatif singkat dan kemudian memutuskan untuk mengadopsinya. Akan tetapi ini adalah hal yang jarang terjadi kecuali inovasi yang disebarkan memang dibutuhkan oleh masyarakat setempat dan cocok dengan norma, adat serta tradisi setempat. Kedua tipe masyarakat ini mengingatkan kita akan dua buah pembagian tipe masyarakat yang dibuat oleh F. Toennies yakni masyarakat dengan pola Gemeinschaft dan Gesellschaft. Kedua bentuk masyarakat ini apabila diperkecil pemahamannya menjadi masyarakat pedesaan dan perkotaan meskipun dalam kenyataannya tidak demikian. Diduga kedua bentuk tipe masyarakat ini berbeda dalam banyak hal karena perbedaan tempat tinggal maupun tingkat pendidikannya. Sumber: www.wilkimedia.org Banyak sebutan untuk masyarakat dengan sistem modern ini, seperti misalnya mereka dianggap lebih terbuka, lebih inovatif, lebih progresif, lebih mau membangun atau lebih ekonomis. Dalam banyak hal, individu yang hidup dalam sistem sosial dengan norma atau nilai yan mengacu pada modernitas akan memandang inovasi lebih baik dan senang untuk mengadopsi ide-ide baru dalam kurun waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan individu anggota sistem sosial yang tradisional. Apabila masyarakat modern membuka diri terhadap perubahan maka masyarakat tradisional malah sebaliknya, cenderung menutup diri dan bertahan terhadap perubahan. Sistem sosial tradisional memiliki karakteristik nilai di bawah ini, yakni: a. Teknologi yang kurang kompleks. b. Tingkat pendidikan dan melek huruf yang relatif lebih rendah. Komunikasi yang digunakan lebih sering dengan percakapan diban- dingkan melalui media. Wahana Antropologi Pengaruh Iptek Terhadap Masyarakat dan Dinamika Budaya 105 c. Sedikitnya komunikasi dengan dunia luar. d. Kurangnya rasionalitas ekonomis. e. Kurangnya kemampuan untuk bersikap tegas. Sebagai perbandingannya individu yang tergabung dalam sistem sosial masyarakat modern memiliki ciri sebagai berikut: a. Teknologi yang lebih berkembang dan pembagian kerja yang sudah kompleks. b. Memiliki penghargaan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan. c. Merencanakan sesuatu dengan hati-hati dan keputusan diambil secara rasional dan ekonomis. d. Kemampuan untuk bersikap tegas. Sebagai kesimpulan, sistem sosial dengan tipe modern lebih berkembang teknologinya, lebih kosmopolit, lebih berpendidikan, rasional dan tegas. Kecepatan adopsi inovasi dipengaruhi oleh berbagai ciri yang dilekatkan pada dua tipe masyarakat tersebut.

2. Beberapa Hal Penting dalam Keputusan Inovasi

Bagaimana sebuah teknologi baru yang disebut sebagai inovasi dapat diadopsi oleh suatu masyarakat tertentu yang sebelumnya memang belum mengenal dan menggunakan teknologi tersebut? Proses adopsi diartikan sebagai sebuah proses mental yang dilalui oleh individu sejak pertama kali Wahana Antropologi Pembagian masyarakat menjadi dua bentuk banyak dibahas oleh para ilmuwan sosial. Max Weber membagi dua bentuk masyarakat menjadi masyarakat rasional dan tradisional. Emile Durkheim menganalogikan bentuk ini dengan sebutan solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Pitirim Sorokin menyebutnya sebagai tipe masyarakat familistik dan kontraktual. Hawley membagi dua tipe ini menjadi tipe komensalistik dan simbiotik. Sementara itu Robert Merton mendefinisikan dua tipe masyarakat ini sebagai masyarakat lokal dan kosmopolitan. Pada intinya semuanya merujuk pada dua bentuk masyarakat yakni pedesaan dan perkotaan meskipun tidak selalu identik dengannya. Diambil dari: Rogers dan Shoemaker, 1962. Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa 106 mendengar inovasi sampai akhirnya mengadopsi inovasi tersebut. Ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam memahami bagaimana masyarakat merespon sebuah inovasi karena apabila inovasi tersebut tidak cocok dengan kebudayaannya atau kehidupannya maka respon yang ada hanyalah berupa penolakan. Proses ini juga membutuhkan waktu yang tidak sama setiap kebudayaan. Ada masyarakat yang mengadopsi suatu inovasi dalam kurun waktu yang singkat namun ada pula yang lama. Tingkat pendidikan dan ekonomi suatu masyarakat juga turut diperhitungkan dalam hal ini. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya mengenai tipe-tipe masyarakat penerima inovasi maka tradisionalitas dan modernitas juga mempengaruhi kecepatan inovasi.

a. Teori Belajar

Dalam sejarah sosial proses adopsi dapat dipelajari melalui Teori Belajar Learning Theory yang dimiliki oleh ilmu psikologi. Belajar didefinisikan sebagai sebuah proses berubah sebagai respon atas suatu stimulus tertentu. Teori stimulus-respons adalah inti utama dari teori ini. Stimulus rangsangan ditafsirkan kemudian menyebabkan suatu respons dalam diri seorang individu. Respons ini akan menjadi stimulus baru yang akan kembali ditafsirkan dan menjadi respons baru yang pada akhirnya nanti akan berpengaruh pada perilaku individu. Dalam proses adopsi inovasi ada berbagai macam stimulus yang berkaitan dengan sebuah inovasi. Stimulus-stimulus ini berusaha mencapai individu melalui sumber-sumber komunikasi. Stimulus yang beragam ini terkadang juga terakumulasi dalam satu respon dari individu terhadap inovasi tersebut yakni menerima atau menolaknya.

b. Pengambilan Keputusan

Proses adopsi adalah salah satu bentuk pengambilan keputusan. Pengadopsian sebuah inovasi membutuhkan keputusan yang dibuat oleh individu. Individu tersebut terlebih dahulu menggunakan ide baru tersebut dan dalam banyak kasus kemudian memutuskan untuk berhenti Sumber: Dok. Penerbit Gambar 4.9 Inovasi akan memberikan informasi terhadap bencana alam Pengaruh Iptek Terhadap Masyarakat dan Dinamika Budaya 107 menggunakan ide tersebut ketika digantikan oleh ide yang lain. Proses adopsi pada umumnya lebih kompleks karena beberapa keputusan yang berhubungan harus dibuat selama proses adopsi berlangsung. Mengambil keputusan sebenarnya adalah sebuah proses dimana terjadi aktivitas yang berlainan di setiap tahapnya. Mengadopsi sebuah inovasi adalah serangkaian peristiwa yang saling berhubungan satu sama lain sepanjang waktu. Namun biasanya sebelum individu mengambil keputusan akan sebuah inovasi dia terlebih dahulu akan menyeleksi alternatif lain dari inovasi tersebut yang sebelumnya telah ada. Penerimaan atau penolakan seseorang terhadap inovasi adalah sebuah keputusan yang dibuat setelah mengalami serangkaian tahapan. Keputusan itu adalah sebuah proses mental ketika pertama mengetahui akan inovasi tersebut lalu mencobanya, menggunakannya kemudian mengukuhkannya sampai pada suatu saat menghentikan penggunaan inovasi tersebut.

c. Paradigma Proses Keputusan Inovasi

Ada empat hal yang penting dalam paradigma ini yakni: 1 Knowledge, individu terbuka akan keberadaan inovasi dan memperoleh beberapa pemahaman akan fungsi inovasi itu, 2 Persuasion, individu membentuk perilaku suka dan tidak suka terhadap inovasi, 3 Decision, individu dihadapkan pada pilihan untuk mengadopsi atau menolak inovasi, 4 Confirmation, individu mencari penguatan untuk keputusan inovasi yang telah dibuatnya, tetapi dia mungkin mambalik keputusan sebelumnya jika terdapat sesuatu yang bertentangan dalam inovasi itu. Ada tiga bagian penting dalam model adopsi tesebut yakni: 1 antecedents, 2 process, dan 3 consequences. Antecedents merupakan variabel-variabel yang ada dalam situasi sebelum terjadi perkenalan dengan inovasi. Antecedents terdiri dari: 1 Ciri-ciri kepribadian seseorang, misalnya sikap terhadap perubahan. 2 Ciri-ciri sosialnya, misalnya luasnya hubungan sosial dengan seseorang. 3 Kuatnya kebutuhan nyata terhadap inovasi. Semua variabel ini mempengaruhi proses keputusan inovasi yang terjadi pada setiap orang.