Studi Etnografi Suku Bangsa Bgu, Irian Jaya
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
140
kecuali bahasa Ternate dan Tidore. Menurut Zulyani Hidayah 1999, bahasa Ambon sendiri merupakan perkembangan dari bahasa Melayu.
Ada juga yang menyebut bahasa Ambon sebagai bahasa Melayu Ambon atau Nusalaut. Bahasa Ambon dibagi kedalam dialek-dialek;
Nusalaut, Saparua, Haruku, Hila, asilulu, Hatu, Wakasihu, dan lain- lain. Sekarang bahasa Ambon menjadi bahasa pengantar bagi
masyarakat yang berbeda-beda suku bangsa di daerah propinsi Maluku, khususnya Kabupaten Maluku Tengah.
2 Sistem mata pencaharian,
mata pencaharian orang Ambon pada
umumnya adalah pertanian di ladang. Orang membuka sebidang tanah diladang dengan menebang pohon-pohon dan dengan
membakar batang-batang dan dahan-dahan yang telah kering. Ladang-ladang yang dibuka dengan cara demikian hanya diolah
sedikit dengan tongkat, kemudian ditanami tanpa irigasi dengan kacang-kacangan dan ubi-ubian. Sagu adalah makanan pokok orang
Ambon, kini mereka juga sudah terbiasa dengan beras dan nasi, meskipun belum seluruhnya. Pohon sagu tidak perlu ditanam dan
dipelihara karena pohon itutumbuh di pulau-pulau Maluku dengan tak terbilang banyaknya dalam rawa-rawa. Pohon sagu berumur 6
sampai 15 tahun dinilai cukup masak untuk menghasilkan tepung sagu. Ditebang kemudian batangnya dibelah dan terasnya yang terdiri
dari serat-serat berisi tepung dipukul-pukul sehingga lepas. Serat-serta dicuci dengan air dan diperas-peras di atas saringan kain, sehingga
tepungnya dapat ditadah. Kemudian tepung itu dicetak menjadi blok- blok empat persegi dengan daun sagu dan dinamakan tuman. Cara
orang Ambon makan sagu dengan membakar tuman atau dengan memasaknya menjadi bubur kental pepeda Koentjaraningrat, 1999.
Pluralitas masyarakat Indonesia menimbulkan persoalan berupa sebagaimana masyarakat untuk integrasi pada tingkat nasional yaitu
secara horisontal atau vertikal. Perbedaan suku bangsa, agama, daerah dan pelapisan sosial saling silang-menyilang satu sama lain
menghasilkan suatu keanggotaan golongan yang bersifat silang- menyilang pula. Cross-cutting affilations yang demikian telah
menyebabkan konflik-konflik antara glongan di Indonesia menjadi tajam. Konflik suku bangsa, misalnya akan segera teredusir oleh
bertemunya loyalitas agama, daerah, dan pelapisan sosial dari para
Wahana Antropologi
Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
141
anggota suku bangsa yang terlibat di dalam pertentangan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu akibat hal di atas maka masyarakat
akan mengalami cross-cutting loyalitias itulah maka sampai pada suatu tingkatan tertentu masyarakat Indonesia juga berintegrasi di
atas tumbuhnya perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, daerah dari pelapisan sosial yang bersifat menyilang.
3 Sistem kekerabatan
, orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan
melalui garis keturunan bapak patrilineal, dan pola menetap setelah kawin adalah di lingkungan pihak bapak patrilokal. Kesatuan
kekerabatan yang paling penting adalah maturamah keluarga batih yaitu sebuah kesatuan keluarga yang terdiri satu keluarga inti senior
dan keluarga-keluarga inti yunior dari garis keturunan laki-laki. Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal bentuk kesatuan
kekerabatan yang lebih luas terbatas yang disebut istilah soa yang sering diganti pemakaiannya dengan istilah fam family, dari bahasa
Belanda Zulyani Hidayah, 1999.
4 Sistem kemasyarakatan
, organisasi pemukiman orang Ambon adalah
desa yang mereka sebut dengan negeri yang dikepalai oleh seorang kepala desa kepala negeri yang diberi gelar bapa raja. Dahulu, cara
bapa raja memperoleh jabatannya adalah melalui keturunan warisan, sekarang sudah melalui pemilihan. Bapa Raja dibantu beberapa
perangkat negeri desa dalam menjalankan pemerintahan, mereka sebut dengan badan saniri negeri saniri desa terdiri dari :
a
Tuan tanah; ahli adat mengenai hukum adat tanah dan soal-soal warisan tanah.
b Kapitan; seorang pejabat adat yang dulu merupakan panglima
perang c
Kewang; polisi kehutanan d
Marinyo; penyiar berita di desa 5
Agama dan sistem religi,
pada umumnya orang Ambon sudah
menganut agama Kristen dan Islam. Orang Ambon memiliki religi tradisional yang sampai saat ini masih dapat kita temukan jejaknya
pada kehidupan keseharian. Mereka percaya terhadap roh-roh yang harus dihormati dan diberi makan minum dan tempat tinggal agar
supaya tidak menjadi gangguan bagi manusia. Sesuai dengan religi tradisional, orang Ambon mengenal beberapa jenis upacara, yaitu :
a Untuk masuk baileu, terlebih dahulu orang harus melakukan upacara
untuk meminta izin kepada roh-roh yang ada di baileu. Upacara minta