Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
141
anggota suku bangsa yang terlibat di dalam pertentangan tersebut dan sebaliknya. Oleh karena itu akibat hal di atas maka masyarakat
akan mengalami cross-cutting loyalitias itulah maka sampai pada suatu tingkatan tertentu masyarakat Indonesia juga berintegrasi di
atas tumbuhnya perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, daerah dari pelapisan sosial yang bersifat menyilang.
3 Sistem kekerabatan
, orang Ambon menghitung hubungan kekerabatan
melalui garis keturunan bapak patrilineal, dan pola menetap setelah kawin adalah di lingkungan pihak bapak patrilokal. Kesatuan
kekerabatan yang paling penting adalah maturamah keluarga batih yaitu sebuah kesatuan keluarga yang terdiri satu keluarga inti senior
dan keluarga-keluarga inti yunior dari garis keturunan laki-laki. Pada tingkat yang lebih luas lagi mereka mengenal bentuk kesatuan
kekerabatan yang lebih luas terbatas yang disebut istilah soa yang sering diganti pemakaiannya dengan istilah fam family, dari bahasa
Belanda Zulyani Hidayah, 1999.
4 Sistem kemasyarakatan
, organisasi pemukiman orang Ambon adalah
desa yang mereka sebut dengan negeri yang dikepalai oleh seorang kepala desa kepala negeri yang diberi gelar bapa raja. Dahulu, cara
bapa raja memperoleh jabatannya adalah melalui keturunan warisan, sekarang sudah melalui pemilihan. Bapa Raja dibantu beberapa
perangkat negeri desa dalam menjalankan pemerintahan, mereka sebut dengan badan saniri negeri saniri desa terdiri dari :
a
Tuan tanah; ahli adat mengenai hukum adat tanah dan soal-soal warisan tanah.
b Kapitan; seorang pejabat adat yang dulu merupakan panglima
perang c
Kewang; polisi kehutanan d
Marinyo; penyiar berita di desa 5
Agama dan sistem religi,
pada umumnya orang Ambon sudah
menganut agama Kristen dan Islam. Orang Ambon memiliki religi tradisional yang sampai saat ini masih dapat kita temukan jejaknya
pada kehidupan keseharian. Mereka percaya terhadap roh-roh yang harus dihormati dan diberi makan minum dan tempat tinggal agar
supaya tidak menjadi gangguan bagi manusia. Sesuai dengan religi tradisional, orang Ambon mengenal beberapa jenis upacara, yaitu :
a Untuk masuk baileu, terlebih dahulu orang harus melakukan upacara
untuk meminta izin kepada roh-roh yang ada di baileu. Upacara minta
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
142
izin dipimpin oleh tuan negeri mauweng yaitu perantara antara manusia dengan roh-roh nenek moyang. Orang harus mengenakan
pakaian adat berwarna hitam untuk masuk baileu dengan mengenakan sapu tangan merah yang dikalungkan pada bahu.
Dalam baileu terdapat pamili yaitu batu yang dianggap keramat berkekuatan gaib.
b Upacara curi negeri yang mungkin dapat disamakan dengan upacara
bersih desa di Jawa. Upacara ini mengharuskan semua penduduk desa membersihkan segala sesuatu dengan baik. Mereka wajib
membersihkan baileu, rumah-rumah dan pekarangan. Pengabaian terhadap keharusan ini dipercayai akan mendatangkan sanksi religi
yaitu orang yang bersangkutan sakit, kemudian mati, atau seluruh desa bisa terjangkit penyakit, atau kegagalan panen. Tujuan upacara ini
adalah untuk kebersihan dan keselamatan penduduk serta menghidupkan rasa hubungan dengan nenek moyang yang
membangun baileu, sumber-sumber air dan tempat-tempat suci lainnya.
Koentjaraningrat 1999 mengelompokkan suku bangsa Ambon pada tipe masyarakat pedesaan berdasarkan bercocok tanam di ladang atau di
sawah dengan padi sebagai tanaman pokok. Sistem dasar kemasyarakatannya berupa komuniti petani dengan differensiasi dan
stratifikasi sosial yang sedang dan yang merasakan diri bagian bawah dari suatu kebudayaan yang lebih besar, dengan suatu bagian atas yang
dianggap lebih halus dan beradab di dalam masyarakat kota; masyarakat
1. Menurut kalian kenapa masyarakat Ambon
sangat rawan dengan konflik? 2.
Menurut kalian apa faktor penyebab dari kerusuhan tersebut? Jelaskan
3. Bagaimana sistem religi yang terbangun
agar konflik tidak terjadi lagi? Gunakan analisa etnografi
Coba kalian praktekkan dalam kehidupan sehari-hari cara hidup rukun dan damai untuk menghindari konflik
sehingga suasana aman dan tentram dapat tercipta di lingkungan tempat tinggal kalian.
Sumber.
www.liputan6sctv.com
Investigasi Budaya:
“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian”
Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
143
kota yang menjadi arah orientasinya itu, mewujudkan suatu peradaban kepegawaian yang oleh sistem pemerintahan kolonial beserta zending dan
missie, atau oleh pemerintah Republik Indonesia yang merdeka, gelombang pengaruh kebudayaan Hindu dan agama Islam tidak dialami.
c. Studi Etnografi Minangkabau
Suku bangsa Minangkabau menempati daratan tengah Pulau Sumatera yang menjadi propinsi Sumatera Barat. Daerah asal kebudayaan
Minangkabau kira-kiea seluas daerah propinsi Sumatera Barat sekarang ini, dengan dikurangi daerah kepulauan Mentawai. Menurut mereka,
wilayah kebudayaan itu dipertentangkan menjadi dua, yaitu antara darek darat dan pasisie pesisir atau rantau. Berkembang anggapan bahwa
orang pasisie berasal dari darat. Dengan sendirinya daerah asal kebudayaan Mingkabau adalah daerah darat. Nenek moyang suku bangsa
mingkabau berasal dari suatu tempat yang disebut dengan Parhiangan, Padang Panjang. Dari Pariangan, nenek moyang mereka berpindah dan
menyebar ke daerah kebudayaan sekarang ini.
1 Bahasa,
ibu Minangkabau adalah
bahasa Minangkabau berlaku bagi semua suku bangsa Minangkabau.
Bahasa ini memiliki hubungan yang erat dengan bahasa Melayu. Menurut
penelitian ilmu bahasa, bahasa Minangkabau boleh merupakan
sebuah bahasa tersendiri, tetapi boleh juga dianggap sebagai sebuah dialek
saja dari bahasa Melayu. Kata-kata dalam bahasa Melayu, umumnya
dapat dicarikan kesamaannya dalam bahasa Minangkabau dengan jalan merobah bunyi-bunyi tertentu
saja. Perhatikan contoh-contoh berikut ini: jua ‘jual’, alui ‘halus’, taba ‘tebal’, lapa ‘lapar’, saba ‘sabar’, takuik ‘takut’, dan sebagainya. Di
samping itu banyak kata-kata yang sama betul antara Bahasa Melayu dan Minangkabau Koentjaraningrat, 1999.
2 Sistem mata pencaharian utama,
suku bangsa Mingkabau adalah
bertanam padi di sawah berteras-teras dengan sistem irigasi tradisional atau dengan sistem tadah hujan. Sebagian ada pula yang bertanam
padi di ladang. Tanaman pertanian lain adalah sayur mayur, kopi, cengkeh, kulit manis, kelapa, buah-buahan dan sebagainya. Sebagian
Sumber. Indonesia Heritage
Gambar 5.4 Rumah adat dapat
menjadi simbol dari sistem sosial masyarakat
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
144
lagi bekerja menangkap ikan di sungai dan laut atau beternak bermacam-macam hewan. Pada masa sekarang orang minangkabau
banyak yang menjadi pedagang, pegawai dan ahli berbagai bidang. Jumlah populasinya sulit untuk ditentukan karena tersebar di berbagai
daerah Indonesia. Diperkirakan setidaknya ada enam juta jiwa orang Minangkabau Zulyani Hidayah, 1999.
3 Sistem kekerabatan,
suku bangsa Minangkabau menggunakan sistem
matrilineal dalam menarik garis keturunan Ibu matrilineal. Sistem perkawinannyanya adalah bersifat eksogami. Ibu lebih dominan
dalam kehidupan berkeluarga bila dibandingkan dengan bapak. Dominasi ibu dijalankan oleh saudara laki-lakinya. Suami dalam
lingkungan rumah ieterinya disebut sumando, dalam lingkungan rumah ibunya ia disebut tungganai, yaitu orang yang bertanggung
jawab untuk saudara perempuan dan kemenakannya. Seorang ayah dalam keluarga Minangkabau termasuk keluarga lain dari keluarga
isteri dan anaknya, sama halnya dengan seorang anak dari seorang laki-laki akan termasuk keluarga lain dari ayahnya. Kepentingan suatu
keluarga diurus oleh seorang laki-laki dewasa dari keluarga itu yang bertindak sebagai niniek mamak bagi keluarga. Mamak berarti
saudara laki-laki ibu. Keluarga luas orang Minangkabau yang terbatas berdasarkan keturunan perempuan disebut paruik atau saparuik satu
perut, sering juga disebut dengan kaum. Gabungan dari beberapa kaum yang berasal dari cikal bakal yang sama adalah suku.
4 Sistem kemasyarakatan
, kesatuan tempat tinggal terkecil disebut
dengan desa yang terdiri dari daerah nagari dan daerah taratak. Nagari adalah daerah kediaman utama dan dianggap pusat dari sebuah desa.
Taratak adalah daerah hutan dan ladang. Orang yang diam di taratak adalah orang yang bertugas untuk menjaga dan mengerjakan dan
mengerajakan tanah yang ada di situ dan biasanya tanah itu bukan miliknya. Di setiap nagari pada desa terdapat sebuah mesjid, balai
adat dan tempat untuk untuk pasar sekali atau dua kali seminggu, dan menjadi tempat tinggal sebagian besar penduduk desa yang
bersangkutan. Desa dikepalai oleh seorang kapalo nagari kepala desa yang dipilih secara demokratis oleh penduduk. Unsur-unsur
kepemimpinan dalam suatu desa terdapat penghulu kaum, diatanya terdapat penghulu suku, lalu ditingkat nagari ada penghulu andiko
penghulu utama. Keputusan adat dibuat oleh para penghulu ini dengan mendapat dukungan dari ninik mamak, cadiak pandai orang
Studi Etnografi dan Bahasa Lokal
145
pintar dan alim ulama, ketiga unsur pendukung ini disebut dengan tungku tigo sajarangan.
5 Kesenian,
Minangkabau amat banyak mengambil gagasan dari
lingkungan alamnya. Mereka mengembangkan motif-motif ukiran di rumah gadang dari bentuk tumbuh-tumbuhan. Motif binatang dan
manusia hampir tidak ada atau tidak ditemukan lagi, mungkin karena pengaruh kebudayaan Islam. Seni tarinya jyga mengambil gagasan
dari dinamika alam sekitar yang juga mempengaruhi seni bela dirinya silat. Seni tari dan silat ini banyak mengandung unsur magis dan
gerakan akrobatik. Mereka mengembangkan suatu teater rakyat yang disebut randai dan tarian yang mempertontonkan kekebalan dabus.
Seni musiknya cukup beragam, seperti dendang, dikia zikir, indang, salawat, berzanji dan ratok. Alat musik tradisionalnya juga banyak
diambil dari alam, seperti saluang bambu tiup, bansi seruling bambu, pupuik seruling dari batang padi dan daun enau, rebana,
gendang, adok, doal dan sebagainya Zulyani Hadayah, 1999.
6 Agama dan sistem religi,
suku bangsa Minangkabau menganut agama
Islam. Mereka tidak mengenal kepercayaan lain kecuali agama Islam. Juga tidak ada upacara ritual yang bersifak khas dan unik, kecuali
upacara-upacara yang diajarkan Islam, seperti tabuik, kitan dan khatam, mengaju dan upacara memperingati orang mati. Tabuik
adalah upacara memperingati kematian Hasan dan Husain di Padang Karabela. Upacara kitan, khatam dan mengaji Qur’an selalu
dilakukan berhubungan dengan lingkaran hidup individu, seperti turun mandi menyentuhkan bayi dengan tanah untuk
pertamakalinya, upacara kekah memotong rambut bayi untuk pertama kalinya. Meskipun demikian, dalam keadaan yang luar bias,
ada juga orang Minangkabau yang percaya terhadap hal-hal yang tidak diajarkan oleh Islam. Ada yang percaya terhadap hantu-hantu
yang mendatangkan bencana dan penyakit kepada manusia, untuk menolak hantu-hantu itu, mereka datang ke dukun untuk meminta
pertolongannya. Ada juga orang Minangkabau yang percaya adanya orang-orang yang memiliki kekuatan gaib tertentu yang dapat
merugikan atau melindungi mereka setiap niat dan perbuatan jahat orang lain.
Koentjaraningrat 1999 mengklasifikasikan kebudayaan suku
bangsa Minangkabau ke dalam tipe masyarakat pedesaan bercocok tanam di ladang atau di sawah dengan padi sebagai tanaman