Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
203
orang untuk memilih diantara berbagai macam pelayanan. Pada sekolah menengah atas, para pejabat
sekolah mengabaikan hal ini, tidak ada alternatif bagi kebijakan yang diambil. Harus beli seragam sekolah
yang sejenis dan sama bagi setiap peserta didik. Harus mengadakan study wisata ke kota tertentu. Harus
mengikuti jenis kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Tidak ada alternatif. Sekolah lebih mengutamakan
kepentingannya dari pada suara pelanggan yaitu peserta didik dan orang tuanya.
5 Pemerintahan antisipatif, mencegah daripada mengobati.
Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 253, pencegahan lebih memecahkan masalah ketimbang
memberikan jasa. Para pejabat pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Atas, tidak pernah mengadakan
analisis mengapa biaya pendidikan sangat mahal. Mungkin perlu diadakan langkah-langkah
pencegahan, seperti, pemberian jasa pengadaan bahan seragam, pelaksanaan pembangunan fisik sekolah dan
study wisata sudah saatnya dihentikan. Tetapi apa mungkin hal ini terwujud, karena akan hilang
keuntungan ekonomi birokrat pendidikan yang selama ini diperoleh.
6 Pemerintahan berorientasi pasar; mendongkrak perubahan
melalui pasar. Menurut David Osborne dan Ted Gaebler, 2000 : 323, pemerintahan berorientasi pasar dapat
berjalan apabila ada penawaran, permintaan, aksebilitas, informasi, peraturan dan penjagaan. Prinsip
ini tidak berjalan dengan baik di SMA karena hampir dalam semua pemberian pelayanan, tidak ada
penawaran yang memadai, yang ada penawaran monopoli, permintaan tidak didasarkan atas
kemampuan peserta didik tetapi berdasarkan penyamarataan, tidak ada aksebilitas dimana peserta
didik tidak mudah dalam mengakses penjual secara langsung, peserta didik juga tidak memiliki informasi
yang cukup mengenai pelayanan jasa yang
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
204
diperolehnya. Peraturan memang sudah ada, tetapi kurang dalam penjagaan agar peraturan itu berjalan
sesuai dengan tujuannya.
4. Andil Birokrasi Pendidikan Pada Biaya Pendidikan SMA
Pasal 55 ayat 1 UU nomor 20 tahun 2003 menentukan masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis
masyarakat school community based management pada pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan
agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan dasar berbasis masyarakat adalah
pendidikan dasar yang berakar pada masyarakatnya, yang dibangun menurut karakteristik masyarakatnya. Pada
masyarakat petani sudah seharus dibangun pendidikan dasar yang sesuai dan menunjang pertanian. Pada masyarakat nelayan
sudah sewajarnya dibangun dan dibina pendidikan dasar yang sesuai dan menunjang pembangunan masyarakat nelayan, dan
sebagainya.
Pasal 55 ayat 3 UU nomor 20 tahun 2003 menetapkan dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah, danatau sumber lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dihubungkan dengan prinsip otonomi sekolah pada
pendidikan, maka pasal ini banyak ditafsirkan bahwa sekolah dapat memungut uang dari para orang tua peserta didik.
Berapapun besarnya uang ditarik tidaklah menjadi soal selama dilakukan menurut prosedur demokratis dan bukankah sumber
pendanaan pendidikan dasar adalah masyarakat, khususnya orang tua peserta didik?
Pendidikan dasar berbasis pada masyarakat dihubungan dengan otonomi sekolah diberi makna bahwa sekolah harus
dibangun sesuai dengan kemampuan masyarakatnya, sekolah akan memberi beban biaya pada setiap peserta didik dari
menurut kemampuannya masing-masing. Sayangnya sampai sekarang masih banyak orang yang mengartikan pendidikan
dasar berbasis pada masyarakat sebagai keleluasaan menarik dana pendidikan dari masyarakat sebesar-besarnya. Iuran
Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
205
sekolah Sekolah Dasar boleh saja Rp. 500.000 perbulan asal orang tua peserta didik menyetujuinya melalui suatu mekanisme
demokrasi. Berbagai jenis uang pungutan, dari dana pembangunan, uang sergam sekolah, uang gizi anak, iuran
pelajaran tambahan dapat saja diadakan dan ditarik, sekali lagi asal disetujui oleh orang tua melalui mekanisme demokrasi. Dan
sampai saat ini, berbagai jenis pungutan dapat digoalkan melalui rapat Komite Sekolah, dimana para pengurus Komite Sekolah
berhasil menggalang opini orang tuanya dengan mengerahkan segala kemampuannya.
Untuk menjembatani antara keinginan pengelola sekolah dengan masyarakat orang tua peserta didik dibentuklah komite
sekolah. Tugas komite sekolah adalah memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana, prasarana,
serta pengawasan pendidikan. Melihat lebih jauh pada penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan
menengah, ternyata komite sekolah lebih cenderung bertugas sebagai lembaga yang menggiring pemikiran orang tua peserta
didik untuk menyetujui permintaan pengelola satuan pendidikan. Akhirnya berapapun biaya yang dibebankan
pengelola sekolah kepada para orang tua, setelah melalui proses demokrasi pada akhirnya harus ditanggung oleh orang tua.
Komite Sekolah sebagai lembaga yang terdiri dari unsur orang tua dan guru seharusnya dapat memberi pertimbangan
objektif menurut kemampuan perekonomian orang tua terhadap berbagai permintaan pengelola sekolah yang berhubungan
dengan pendanaan pendidikan. Dapat mengidentifikasi kemampuan setiap orang tua peserta didik, kemudian
memberikan arahan dalam menentukan kebijakan sekolah terhadap besarnya iuran sekolah dan biaya lainnya yang harus
ditanggung oleh setiap peserta didik. Bila hal ini dapat dijalankan maka dimungkinkan saja adanya peserta didik yang gratis dan
dibebaskan dari berbagai iuran sekolah.
Setelah ditetapkan jumlah uang iuran sekolah dalam rapat Komite Sekolah yang dihadiri para orang tua peserta didik.
Banyak para orang tua merasa berat bahkan tidak mampu. Diantara mereka tidak mau bersuara karena merasa malu atau
merasa bahwa usahanya akan sia-sia. Ada juga yang berani
Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
206
menyatakan keberatannya, tetapi pada akhirnya suara itu dikalahkan melalui suara terbanyak. Sepertinya semua berjalan
sangat demokratis, tetapi hasilnya tidak mencerminkan keadilan sosial. Bila kemudian ditemukan ada peserta didik yang putus
sekolah karena tidak mampu membayar iuran sekolah, Komite Sekolah juga tidak mau tahu, yang penting hanya satu, semua
keputusan hasil rapat Komite Sekolah harus dilaksanakan, bila tidak sanggup mematuhinya, iya jangan bersekolah.
Kebutuhan sekolah tidak terbatas, sementara kemampuan warga sekolah sangat terbatas. Komite Sekolah harus mampu
mengendalikan keinginan sekolah, bahkan bila perlu menolak permintaan sekolah apabila dianggap tidak subtanstif. Tidak
harus tiap tahun membangun fisik sekolah. Tidak tidak tahun mengadakan piknik keluarga. Tidak tiap harus tahun
mengadakan pembelian seragama, dan sebagainya. Bila hal ini terwujud maka keberadaan Komite Sekolah akan sangat
mendukung pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Realitasnya pada saat ini, Komite Sekolah belum
dapat menjalankan tugas idealnya, mereka cenderung hanya berfungsi sebagai stempel setuju terhadap semua keinginan
pengelola sekolah. Tidak jauh beda dengan keadaan DPR RI dan MPR RI pada masa orde baru.
5 Penutup
Penutup adalah kelanjutan dari pembahasan masalah. Penutup berisi kesimpulan dan saran, lebih baik lagi bila disertai dengan implikasi. Dalam
penutup temukan dan tuliskan beberapa kesimpulan yang berupa intisari makalah dari pendahuluan, perumusan masalah hingga pembahasan
masalah. Berdasarkan kesimpulan itu buatlah saran sebagai jalan keluar yang ditawarkan terhadap permasalahan yang dibahas. Kumudian dapat
juga dilengkapi dengan implikasi, yaitu penerapan dari keseimpulan dan saran yang diajukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai penguat untuk
mencegah terjadinya masalah sejenis di kemudian hari. Perhatikan contoh penutup di bawah ini.
Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara hukum dan demokrasi. Bila dikaji lebih lanjut,
ternyata negara hukum yang dianut Indonesia adalah negara hukum modern dan negara demokrasi yang diterapkan Indonesia adalah negara