Antropologi Kontekstual XII SMAMA Program Bahasa
188
konsep prinsip dan hukum atau teori dibuat dan dikembangkan dari lapangan, kemudian berlaku umum, bukan dari teori yang sudah ada.
Sangat banyak studi Antropologi yang menggunakan cara berpikir induktif.
b. Cara Berpikir Deduktif
Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir deduktif. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir yang didasarkan pada
teori-teori yang sudah ada dan diakui kebenarannya secara umum. Cara berpikir deduktif adalah cara berpikir dari umum ke khusus. Teori-teori
yang ada dan diakui kebenarannya secara umum, diuji kembali kebenarannya dan dikaji serta ditempatkan untuk menilai dan
menganalisis suatu peristiwa khusus.
Studi kuantitatif pada umumnya menggunakan cara berpikir deduktif. Peneliti tidak perlu terjun ke lapangan secara langsung, cukup
menggunakan angket, interview dan sebagainya untuk memperoleh data. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis untuk menguji suatu teori, bukan
untuk menghasilkan suatu teori. Berdasarkan langkah itu, peneliti dapat menilai dan menentukan apakah suatu teori dapat digunakan menganalisis
dan menilai suatu peristiwa atau tidak. Bila tidak maka harus dicari teori lainnya.
Perhatikan gambar disamping tentang “upacara selamatan” atau “acara
syukuran”. Coba kalian buat judul penelitian dari fenomena budaya di
samping dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif
Investigasi Budaya:
“Ayo kembangkan wawasan kebhinekaan dan orientasi kecakapan pada diri kalian”
Sumber: Indonesian Heritage
Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
189
B. Mengkomunikasikan Hasil Studi Antropologi
1. Contoh-Contoh Aneh di Sekitar Kita
Ada dua orang bertemu yang berasal dari suku bangsa yang berbeda. Mereka berdua saling menilai. Yang satu berpikir, kok orang ini beda sekali
dengan saya, bicaranya lantang dengan dialek yang tegas dan kuat. Kalau bicara sangat keras seperti orang marah, bicaranya terus terang dan tidak
peduli pada perasaan orang lain. Dari mana asal orang ini? Yang lainnya berpikir pula, orang ini kok beda sekali dengan saya, bicaranya pelan dan
lembut hampir tidak terdengar, sangat hati-hati dan setiap kalimat diatur sedemikian rupa. Dari mana asal orang ini, kok beda dengan saya? Karena
perbedaan keduanya bersikap saling hati-hati, bahkan muncul rasa takut yang pada akhirnya membuahkan permusuhan. Seandainya mereka
belajar hasil studi Antropologi, khususnya mengenai studi Ethnologi, tentu mereka akan dapat saling menerima dan bersahabat dengan baik.
Masih banyak orang Indonesia yang masih heran ketika orang melihat suku Baduy Dalam yang lebih suka berjalan kaki pada masa dimana
begitu tersedia banyak sarana transportasi, akibatnya banyak pandangan negatif terhadap mereka. Orang juga masih sering heran dan bingung
ketika melihat suku bangsa Asmat menggunakan koteka, pada masa dimana berbagai masyarakat sudah menggunakan busana. Hal itu akan
bisa dipahami bila kita mempelajari hasil studi Ethnografi yang berhubungan dengan orang Baduy dan Asmat, yang akan dapat
digunakan untuk mempercepat perkembangan kebudayaan mereka.
Setiap hari salah satu saluran televisi selalu menyiarkan ramalan cuaca. Adakah kita mempedulikannya. Menurut ramalan cuaca, suatu daerah
akan dilanda hujan yang hebat, tetapi kita tidak mempedulikannya, bila ada kepentingan, meskipun dapat ditunda, kita tetap pergi ke daerah itu.
Herannya lagi, anak-anak remaja ditengah hujan lebat yang diserta petir tetap saja asik bermain sepak bola di lapangan. Tidak lama kemudian tersiar
kabar duka cita, seorang anak remaja tewas tersambar petir ketika bermain sepak bola di lapangan. Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?