ditemukan makam Sultan Malik As-Saleh yang diduga nisannya diproduksi dari Cambay, Gujarat.
c. Islam datang dari Persia Prof. Dr. P.A. Hoessein Djajadiningrat berpendapat Islam masuk
ke Indonesia pada abad 13 M di Sumatera, yang berpusat di Samudera Pasai melalui Iran Persia dengan bukti ejaan dan tulisan Arab. Selain
itu, beliau mendasarkan pendapatnya pada persamaan budaya antara Indonesia dan Persia. Contohnya, mengenai persamaan ajaran Al-Hallaj,
antara tokoh sufi Iran dengan Syeikh Siti Jenar. Oemar Amir Hoesin berpendapat suku
“Leran Persia” yang membawa Islam ke tanah Jawa, dibuktikan dengan adanya Kampung Leran di Giri.
d. Islam datang dari Cina Teori ini mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia khususnya di Jawa berasal dari para perantau Cina pada abad 9 M. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah
berbaur dengan penduduk Indonesia terutama melalui kontak dagang. Dalam Ming-Shi dan Ying-yai Sheng Lan yang dikutip
Sumanto Al Qurtuby
dijelaskan adanya masyarakat Cina di Jawa. Bukti peninggalannya seperti ukiran pada Masjid Kuno Mantingan Jepara,
Jawa Tengah.
2. .Golongan Penerima Islam di Indonesia
Ketika Sriwijaya mengalami kemunduran akibat ekspansi Singasari dan Majapahit, kehidupan politik dan ekonomi mulai guncang. Saat
kekacauan ini, banyak pedagang muslim yang singgah di Indonesia kemudian memberi pegangan kepada masyarakat yang sedang mengalami
kekacauan. Golongan penerima Islam di Indonesia sebagai berikut: a. Para Pedagang
Kegiatan perlayaran dan perdagangan antara kawasan Asia Barat dan Asia Timur melalui Selat Malaka telah berlangsung sejak abad-abad
pertama Masehi sampai abad ke-16. Malaka menjadi pusat perdagangan
dan persinggahan para pedagang dari arab, Cina, India, Persia, dan para pedagang dari Kepulauan Indonesia. Melalui hubungan dagang ini, para
pedagang saling mengenal dan memperkenalkan adat istiadat, budaya, dan agamanya. Para pedagang muslim, di samping berdagang, mereka juga
diwajibkan melakukan siar agama atau menyebarluaskan agamanya kepada orang lain. Pedagang Indonesia tertarik terhadap Islam karena
pedagang muslim lain dapat menunjukkan sifat-sifat dan tingkah laku yang baik dan pengetahuan agama yang tinggi.
b. Para Bangsawan Saat pusat-pusat kerajaan Hindu mengalami kekacauan politik,
para bangsawan di pesisir berkeinginan untuk melepaskan diri dan mengadakan hubungan dengan pedagang muslim. Pada kesempatan itu
pula, raja-raja dan bangsawan Indonesia memeluk agama Islam. Banyaknya bangsawan pesisir di bandar-bandar pelabuhan yang menganut
agama Islam membuat penyebaran Islam kepada para bangsawan lain dan rakyat berkembang dengan cepat.
c. Masyarakat Umum Masyarakat umumnya memandang pemimpin dan bangsawan
sebagai contoh yang baik untuk diikuti. Dengan demikian, saat pemimpin atau bangsawan memeluk agama Islam maka masyarakat akan
mengikutinya. Selain itu, masyarakat memandang Islam lebih baik karena tidak mengenal kasta. Islam memandang rata semua masyarakat sehingga
tidak adanya perbedaan dan diskriminasi.
CARA DAN SALURAN PENYEBARAN AGAMA ISLAM 1.
Perdagangan
Salah satu penyebaran ajaran agama Islam dilakukan oleh pedagang Islam kepada pedagang-pedagang lain. Pada waktu berdagang, saudagar-
saudagar dari Cina, Gujarat, Persia, dan Arab berhubungan atau bergaul dengan penduduk setempat Indonesia. Mereka berhasil memengaruhi
penduduk setempat hingga tertarik untuk menganut agama Islam.