Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

untuk menunjang pembelajaran kimia di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. Buku suplemen kimia ini disajikan dengan model sains teknologi masyarakat STM. Hambatan dalam tahap menganalisis bahan ajar ini adalah membutuhkan waktu, strategi yang baik ketika melakukan pengamatan, kemudian dari cara mengkritisi bahan ajar yang digunakan di SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan ini penuh dengan pertimbangan, agar tidak menyinggung pihak-pihak yang bersangkutan. Setelah melakukan analisis bahan ajar, peneliti menentukan materi yang akan dimuat dalam buku suplemen kimia dan diintegrasikan dengan sains teknologi masyarakat STM. Materi yang cocok dengan sains teknologi masyarakat salah satunya adalah materi koloid. Langkah selanjutnya, peneliti melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pada tahap ini peneliti menganalisis standar kompetensi 5 dan kompetensi dasar 5.1 dan 5.2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut memiliki indikator yang harus dicapai pada materi koloid. Dengan menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, peneliti lebih mudah untuk melakukan pengembangan indikator. “Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan ”. 2 Fungsi indikator diantaranya 1 pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran 2 pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran 3 Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar 4 Pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. 3 Dalam mengembangkan indikator harus sesuai dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur danatau dapat diobservasi. 4 2 Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Indikator, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 3 3 Ibid. 4 Ibid. Indikator yang harus dicapai pada indikator umum SK dan KD selanjutnya dianalisis lebih dalam dan diperluas lagi. Hasil analisis indikator umum SK dan KD ini dapat dikatakan sebagai indikator suplemen. Proses pembuatan indikator buku suplemen ini dilakukan kurang lebih satu bulan. Karena setiap dilakukan validasi, masih terdapat saran dari validator, dengan tujuan untuk memperoleh hasil analisis indikator buku suplemen yang sesuai dengan sains teknologi masyarakat STM dan mencegah terjadinya salah konsep. Validasi dilakukan oleh satu orang dosen pendidikan kimia dan satu orang guru bidang studi kimia. Sejalan dengan validasi buku suplemen kimia, hasil analisis indikator buku suplemen juga berubah, karena pada proses validasi buku suplemen kimia terdapat masukan dari dosen validator, yaitu menambahkan materi gerak Brown dan aplikasi soal latihannya. Sehingga analisis indikator yang sudah selesai sebelum pembuatan buku, mengalami penambahan satu indikator. Hambatan peneliti dalam membuat indikator suplemen adalah perlu waktu yang cukup panjang, kurang lebih satu bulan untuk memperdalam indikator pada materi koloid. Kemudian setiap indikatorsub indikator suplemen juga harus menyesuaikan dengan tahapan dan ranah STM, gambar dengan materi harus relevan, setiap gambar harus diberikan keterangan sainsteknologimasyarakat, serta wacana buku yang akan dimuat dalam buku suplemen kimia. Seiring validasi berjalan, pengembangan indikator suplemen juga banyak perubahan, maka dari itu perlu waktu yang cukup lama dalam pengembangannya. Tahap kedua adalah tahap pengembangan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengembangan buku suplemen kimia yang diawali dengan menentukan desain buku suplemen kimia dan ukuran kertas yang akan digunakan untuk mencetak buku suplemen kimia. Desain buku suplemen kimia yang digunakan berisi urutan dari unsur-unsur buku suplemen kimia yang telah ditentukan oleh peneliti. Walaupun pengembangan yang dilakukan peneliti berupa buku suplemen tetapi unsur-unsur yang terdapat dalam buku suplemen mengikuti unsur-unsur yang terdapat dalam buku ajar biasa buku paket. Unsur-unsur yang terdapat dalam buku suplemen diantaranya cover, kata pengantar, daftar isi, SK dan KD, tujuan dan indikator pembelajaran sesuai dengan kurikulum, peta konsep, glossarium, daftar pustaka, petunjuk penggunaan buku suplemen kimia. Tujuan adanya petunjuk penggunaan buku suplemen kimia, agar siswa maupun guru dapat menggunakan buku suplemen kimia ini secara benar. Karena dalam penyusunan buku suplemen kimia ini berorientasi pada sains teknologi masyarakat STM, di dalamnya terdapat tahapan model sains teknologi masyarakat STM. Tahapan model sains teknologi masyarakat STM yaitu tahap inisiasi, tahap pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep, dan tahap penilaian. 5 Tahapan model ini biasanya dilakukan pada proses pembelajaran secara langsung, tetapi pada pengembangan ini tahapan model tersebut dibukukandituangkan dalam media cetak. Disamping itu, dalam buku suplemen, peneliti menyajikan “sekilas motivasi” sebelum masuk ke halaman materi. Dengan tujuan, agar siswa membaca motivasi terlebih dahulu sehingga lebih terdorong untuk membaca materi yang akan dipelajari. Dalam penelitian Arina Rohmawati, kata-kata motivasi disajikan untuk merangsang semangat siswa untuk memulai membaca bahan ajar. Jika siswa sudah bersemangat ketika membaca halaman awal, maka mereka akan tertarik membaca halaman berikutnya. 6 Ukuran kertas yang digunakan dalam pembuatan buku suplemen kimia adalah ukuran B5. Hal ini dikarenakan, ukuran B5 lebih fleksibel dan dari segi tampilan fisik peneliti menginginkan buku suplemen kimia ini berbeda dengan buku ajar lainnya. Kertas yang digunakan merupakan 5 Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 2, h. 126. 6 Arina Rohmawati, Pengembangan Bahan Ajar Menulis CERPEN dengan Memanfaatkan Ungkapan Proses Kreatif Sastra, Universitas Negeri Malang, 2012, h. 6. kertas art paper dengan ketebalan isi 120 gram dan untuk cover 230 gram. Dengan pertimbangan melihat karakteristik siswa yang bermacam-macam dan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, misalnya kertas kusut, sobek, berantakan, dan lain sebagainya. Maka dari itu, peneliti memilih kertas yang lebih tebal untuk mencetak buku suplemen kimia yang dikembangkan. Walaupun peneliti sudah merancang sedemikian rupa dalam pemilihan kertas, tetapi pada saat di lapangan, ada beberapa buku yang rusak. Hal ini dikarenakan ada keteledoran siswa pada saat pemakaian dan ada beberapa buku yang tidak rapih pada saat finishing. Setelah menentukan desain buku, peneliti mengumpulkan materi koloid dari beberapa sumber yang akan dimuat dalam buku suplemen kimia. Misalnya dari berbagai macam buku paket kimia SMA, LKS, maupun dari internet yang sumbernya terpercaya. Dalam hal ini, guru perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan yang sesuai dan guru dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan pembelajaran. 7 Tujuan dari pengumpulan materi yang diambil dari berbagai macam sumber adalah untuk memperkaya isi dari buku suplemen kimia yang dikembangkan. Kendala pada tahap pengumpulan materi adalah dalam pencarian gambar yang harus relevan dengan materi dan harus seusia anak SMA. Dalam mencari materi pokok yang akan ditulis di kolom wacana buku juga diperlukan materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, dan mencari masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan pada saat ini. Dalam buku suplemen kimia yang dikembangkan dibagi menjadi tujuh bagian pada materi koloid. Judul pada setiap bagian materi koloid ini tidak sama dengan judul yang ada di buku ajar yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan pembeda antara buku suplemen kimia yang peneliti kembangkan dengan buku ajar yang lain. Ketujuh bagian 7 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, Cet.2, h.121. pada materi koloid ini diantaranya pada bagian 1 dibagi menjadi dua poin, poin 1 berupa pendahuluan tentang ilmu kimia dalam kehidupan sehari- hari, sedangkan untuk poin 2 adalah kimia koloid dalam kehidupan sehari- hari yang mengambil peristiwa asap rokok. Bagian 2-7 secara berturut-turut yaitu: campuran, lebih dekat lagi dengan contoh dan jenisnya, serunya bereksperimen sendiri, mengenali sifat-sifat dan aplikasi koloid, peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari, dan kerugian yang ditimbulkan koloid. Pada tahap ini peneliti juga menentukan tugas yang harus dilakukan siswa. Tugas yang diberikan terbagi menjadi tugas individu dan tugas kelompok. Materi maupun tugas yang dimuat dalam buku suplemen kimia sudah mengandung tahapan model sains teknologi msyarakat STM yang terdiri dari inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pemantapan konsep, dan penilaian, serta enam ranah sains teknologi msyarakat STM yang terdiri konsep, proses, kreativitas, sikap, hubungan dan aplikasi. Langkah selanjutnya, setelah menentukan desain buku dan pengumpulan materi dan tugas, peneliti melakukan penyusunan buku suplemen kimia. Peneliti menyusun buku suplemen kimia berdasarkan tahap persiapan, desain yang telah dibuat dan materi serta tugas yang telah dikumpulkan. Hambatan dalam penyusunan buku suplemen ini adalah adanya kesulitan dalam mengintegrasikan materi dan tugas koloid ke dalam sains teknologi masyarakat STM. Karena di dalam buku suplemen kimia ini terdapat tahapan model sains teknologi msyarakat STM yang harus disesuaikan antara materi, isumasalah di lingkungan, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, harus mencari gambar-gambar atau ilustrasi yang cocok dengan materi, agar siswa lebih memahami materi yang disajikan dalam buku suplemen kimia yang dikembangkan. Buku suplemen kimia disajikan berdasarkan tahapan model sains teknologi masyarakat STM. Dimana tahapan pertama inisiasi menyajikan isumasalah yang ada di lingkungan. Selain itu, pada tahap inisiasi juga terdapat pertanyaan-pertanyaan pengantar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Kendala pada tahap ini, sulit untuk mencari isumasalah yang pas dengan materi. Maka dari itu, ada beberapa materi yang tidak disajikan dengan masalah, tetapi dengan pertanyaan pengantar. Tahapan kedua yaitu pembentukan konsep. Pada tahap ini disajikan pertanyaan untuk menanggapi permasalahan yang terjadi pada tahap inisiasi. Siswa dituntut agar dapat berhipotesis terlebih dahulu. Metode yang digunakan dalam tahap pembentukan konsep ini adalah metode diskusi dan demonstrasi. Pada tahap pembentukan konsep juga disajikan materi yang akan dibahas. Diharapkan pada tahap ini siswa dapat menemukan konsep-konsep yang benar. Hambatan peneliti pada tahap ini adalah menentukan metodependekatan yang cocok untuk materi yang akan dibahas. Tahapan yang ketiga adalah aplikasi konsep. Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai proses penyelesaian masalahanalisis isu. Selain itu, konsep-konsep yang telah dipahami siswa dapat pula diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pada proses ini, siswa melibatkan konsep yang telah dipelajari dengan lingkungan di sekitarnya. Kendala pada tahap ini, materi koloid berisi contoh dan penggunaannya, sedangkan aplikasi konsep lebih menunjukkan ke analisis isu. Sehingga peneliti sulit untuk menentukan isi materi dari aplikasi konsep. Ada beberapa materi pada tahap ini yang berisi aplikasi dari konsep materi yang sedang dibahas. Tahapan yang keempat yaitu pemantapan konsep. Pada tahap ini memantapkan materi pokok koloid. Pemantapan dapat berupa tanya jawab, maupun pemaparan poin-poin materi yang telah dipelajari. Kendala pada tahap ini adalah sulit menentukan kegiatan yang seperti apa, yang dapat dilakukan oleh siswa di akhir pembelajaran. Tahapan STM yang terakhir adalah penilaian. Dalam buku suplemen kimia ini, penilaian dilihat dari jawaban-jawaban siswa pada tahapan pembentukan konsep dan aplikasi konsep. Selain itu, setelah melakukan pembelajaran koloid, siswa juga mengerjakan tugas yang merupakan soal latihan pada bab koloid. Setelah penyusunan buku suplemen kimia selesai, peneliti melakukan pengecekan dan penyempurnaan. Pada tahap ini merupakan bagian dari validasi buku suplemen kimia. Dimana pada tahap ini, sebelum buku suplemen kimia diujicobakan ke siswa, peneliti terlebih dahulu memberikan buku suplemen kimia tersebut kepada validator. Peneliti memilih tiga validator untuk memvalidasi buku suplemen kimia yang dikembangkan, yaitu dua orang dosen kimia dan satu orang guru kimia SMA. Hal ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan merevisi buku suplemen kimia yang telah dikembangkan, agar peneliti dapat menghasilkan produk buku suplemen kimia yang lebih mendekati kesempurnaan dan mengurangi kesalahan serta ketidaksesuain dalam proses pengembangan buku supelemen kimia. Proses validasi dalam penelitian ini dilakukan sebanyak enam kali. Kritik dan saran yang diberikan oleh para validator meliputi sajian materi, jenis huruf dan ukurannya, tanda penulisan, dan penambahan materi beserta aplikasi soal latihan koloid. Menurut Azhar Arsyad, media berbasis cetakan menuntut enam elemen yang harus diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong. 8 Maka dari itu saran dari validator sangat berguna bagi peneliti dalam memperbaiki buku suplemen kimia ini. Setelah semua validator menyatakan bahwa buku suplemen kimia sudah valid, peneliti siap mencetak buku suplemen kimia. Peneliti mencetak buku suplemen kimia sebanyak 30 buah. Tujuannya agar setiap siswa dapat memegang buku pada proses pembelajaran dan diharapkan siswa lebih fokus untuk menilai buku suplemen kimia yang sudah dicetak. Tahapan pengembangan buku yang terakhir adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi merupakan tahap uji coba buku suplemen kimia di sekolah. Pada tahap ini peneliti memberikan buku suplemen kimia kepada siswa 8 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 87. untuk digunakan pada proses pembelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memberikan penilaian melalui angket. Angket pengembangan buku suplemen kimia terdiri dari 38 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Angket tersebut diberikan kepada 30 responden di kelas XI IPA 1. Instrumen angket terdiri dari empat dimensi, yaitu materi, kegrafikan, kebahasaan, dan sains teknologi masyarakat STM. Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh dari angket siswa, secara keseluruhan persentase rata-rata dari keempat dimensi penilaian buku suplemen suplemen kimia memperoleh kriteria sangat baik, dengan urutan persentase rata-rata tertinggi pada dimensi materi yaitu sebesar 84,62. Pada dimensi materi buku suplemen kimia, hal ini menunjukkan isi materi yang disajikan dalam buku suplemen kimia yang telah dikembangkan dapat dimengerti oleh siswa. Dimensi sains teknologi masyarakat STM juga mendapatkan nilai persentase yang tidak jauh berbeda dengan dimensi materi, yaitu sebesar 82,96. Pada buku suplemen kimia yang dikembangkan dalam penelitian ini, dimensi sains teknologi masyarakat STM merupakan salah satu unsur yang paling penting. Hal tersebut dikarenakan pada pengembangan buku suplemen kimia diorientasikan dengan model sains teknologi masyarakat STM, sehingga dapat dikatakan bahwa dimensi Sains Teknologi Masyarakat juga dapat dimengerti oleh siswa dan berkriteria sangat baik. Selain itu, dimensi kegrafikan mendapatkan persentase yang hampir mendekati dengan persentase dimensi sains teknologi masyarakat STM, yaitu sebesar 81,79. Pada dimensi kegrafikan buku suplemen kimia berhubungan dengan ukuran, kepadatan halaman, penomoran, kejelasan, penggunaan jenis dan ukuran huruf, tata letak, dan ilustrasi pada buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM. Nilai persentase rata-rata terendah terdapat pada dimensi kebahasaan, yaitu sebesar 81,50. Dimensi kebahasaan berhubungan dengan ragam bahasa yang komunikatif pada buku suplemen kimia yang dikembangkan dalam penelitian ini. Diperoleh rata-rata hasil pengembangan buku suplemen kimia secara keseluruhan sebesar 82,75. Hasil data tersebut dapat diintepretasikan bahwa rata-rata hasil pengembangan buku suplemen kimia adalah sangat baik. Dimensi materi, dari data persentase angket penilaian siswa pada Tabel 4.7, persentase rata-rata tertinggi ada pada dimensi materi bahwa kelayakan isi materi mendapatkan nilai persentase yang lebih tinggi daripada penyajian materi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa berpendapat bahwa isi materi dalam buku suplemen kimia tidak sulit untuk dipahami, karena isi materi yang disajikan dihubungkan dengan permasalahn kehidupan sehari-hari, yang dihubungkan dengan konsep materi koloid. Untuk aplikasi koloid dalam buku suplemen juga disebutkan contoh-contoh yang sangat dekat dengan lingkungan siswa. Sebagian siswa juga menyatakan bahwa isi materi dalam buku suplemen bermanfaat untuk menambah wawasan dan menambah rasa keingintahuan siswa, karena dalam buku suplemen kimia disajikan pengetahuan- pengetahuan di luar buku paket, disajikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya alat penjernihan air skala rumah tangga, alat penjernih air buatan Soelidarmi, peristiwa penghamburan cahaya. Selain itu, untuk keserasian antara ilustrasi gambar dengan materi dinilai sangat baik. Hal ini sesuai dengan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar, salah satunya adalah memberikan contoh-contoh atau ilustrasi gambar yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran. 9 Walaupun pada penyajian materi nilai persentase rata-ratanya lebih rendah dibandingkan dengan kelayakan isi materi, tetapi dari setiap pernyataan pada indikator penyajian materi kriterianya sangat baik. Hal ini dapat diartikan bahwa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam buku suplemen sudah jelas. Dengan adanya tujuan pembelajaran akan 9 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi; Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Padang: Akademia Permata, 2013, Cet. 1, h. 3. memudahkan siswa dalam memahami isi buku ajar yang dikembangkan. 10 Selain tujuan pembelajaran, penyajian materi dalam buku suplemen kimia juga berurutan. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Dias Fatchul Jannah dan Kusumawati Dwiningsih, dikatakan bahwa kelayakan buku ajar tampak pada penyusunan secara sistematis dan rinci terhadap konsep- konsep yang disajikan. 11 Hal ini menunjukkan bahwa materi dalam buku ajar yang dikembangkan menyajikan materi yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selain itu, buku suplemen kimia ini dapat membuat siswa berinteraksi satu sama lain, sehingga dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dimensi sains teknologi masyarakat STM, dimensi model STM juga dinilai sangat baik oleh responden, karena sebagian besar indikator- indikator penyusun dimensi ini dinilai sangat baik. Persentase tertinggi terdapat pada indikator sikap, yang menandakan bahwa isi materi dapat menunjukkan sikap siswa akan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena pada model ini dikondisikan agar siswa menyadari kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi, peduli terhadap masyarakat, dan memelihara kelestarian lingkungan. 12 Pada indikator sikap diharapkan siswa menyadari kebesaran Tuhan agar lebih mensyukuri nikmat-Nya, sehingga dapat menjaga lingkungan sekitar dari dampak produk teknologi. Dalam indikator proses, berhubungan dengan melihat proses sains sebagai salah satu keterampilan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan itu, buku suplemen kimia ini menyajikan konsep demonstrasi yang sangat sederhana sesuai dengan materi koloid, yang dapat dilakukan oleh siswa di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang tidak berbahaya. 10 Dias Fatchul Jannah dan Kusumawati Dwiningsih, Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA, Unesa Journal of Chemical Education, Vol. 2, No. 2, pp. 163-170, 2013, h. 176. 11 Ibid, h. 176 12 Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 2, h. 132. Indikator konsep berisi materi yang menyajikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan isi materi menekankan adanya hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh Yager, sains teknologi masyarakat berarti melibatkan peserta didik dalam pengalaman, pertanyaan, dan isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan mereka. 13 Buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM dinilai sangat baik karena siswa menilai isi materi memudahkan siswa memahami hubungan antara konsep, teori, dan aplikasi dalam kehidupan, sehingga membuat siswa lebih cepat untuk memahami materi koloid. Selain itu, isi materi menunjukkan adanya keterlibatan siswa dalam pemecahan isu-isu sosial, sehingga siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran karena materi yang disajikan sangat dekat dengan kehidupan mereka. Siswa juga menilai bahwa isi materi dapat mengajak siswa untuk mencari informasi ilmiahteknologi yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Selain berpendapat berdasarkan pengalaman, siswa juga dapat mencari pemecahan masalah dengan searching di internet atau membaca pada sumber yang relevan. Hasil terendah didapat oleh indikator kreativitas. Pada indikator ini siswa dituntut untuk lebih banyak berpendapat, karena dalam ranah kreativitas mencakup lima perilaku individu, yaitu: 14 1 Kelancaran, Perilaku ini merupakan kemampuan seseorang dalam menunjukkan banyak ide untuk menyelesaikan masalah. 2 Fleksibilitas, Seorang kreatif yang fleksibel mampu menghasilkan berbagai macam ide di luar ide yang biasa dilakukan orang. 3 Originalitas, Seseorang yang memiliki originalitas dalam mencobakan suatu ide memiliki kekhasan yang berbeda dibandingkan dengan individu lain. 13 Robert E. Yager, Science Technology Society: as Reform, International Council Of Assoclations for Science Education, USA: The University of Lowa, 1992, h. 8. 14 Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 2, h. 131. 4 Elaborasi, Seseorang yang memiliki kemampuan elaborasi mampu menerapkan ide-ide secara rinci. 5 Sensitivitas, Kemampuan kreatif terakhir ini adalah peka terhadap masalah atau situasi yang ada di lingkungan. Tidak semua siswa memiliki lima aspek tersebut, karena setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Maka dari itu, indikator ini pencapaiannya sangat rendah dibandingkan dengan empat indikator lainnya. Dimensi kegrafikan, sebagian besar siswa menilai bahwa kegrafikan buku suplemen kimia sangat baik. Dilihat dari segi ukuran yang sudah pas, pengorganisasian halaman buku suplemen kimia berurutan, cetakan yang tidak tembus, ilustrasi yang menarik, hingga penggunaan font yang sesuai. Fungsi buku ajar dikatakan mampu untuk mengantarkan para pembaca ke arah pemahaman isi buku adalah dengan adanya sarana-sarana khusus, seperti skema, gambar-gambar, ilustrasi dan menyediakan metode untuk mempermudah memahami materi konsep, serta yang mampu menarik minat siswa untuk mempelajarinya. 15 Dalam penelitian Arina Rohmawati dimana bahan ajar terdiri atas sistematika dan tampilan desain bahan ajar. Tampilan bahan ajar berupa ukuran huruf, ukuran bidang cetak, warna, dan gambar-gambar yang mendukung bahan ajar. 16 Pembuatan kegrafikan buku suplemen kimia merupakan salah satu unsur yang sangat penting, karena dengan kegrafikan buku yang menarik, otomatis akan meningkatkan daya tarik siswa untuk membaca. Dimensi kebahasaan, dimensi yang memiliki persentase rata-rata terendah dibandingkan dengan ketiga dimensi lainnya adalah kebahasaan. Dimensi kebahasaan hanya mempunyai satu indikator. Walaupun 15 Dias Fatchul Jannah dan Kusumawati Dwiningsih, Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA, Unesa Journal of Chemical Education, Vol. 2, No. 2, pp. 163-170, 2013, h. 174. 16 Arina Rohmawati, Pengembangan Bahan Ajar Menulis CERPEN dengan Memanfaatkan Ungkapan Proses Kreatif Sastra, Universitas Negeri Malang, 2012, h. 6. demikian, indikator-indikator penyusunnya dinilai oleh beberapa siswa dalam segi kebahasaan sudah sangat baik. Sebagian besar siswa menilai buku suplemen kimia sudah memenuhi kaidah Bahasa Indonesia dengan sangat baik. Selain itu, bahasa yang digunakan sesuai dengan usia SMA memperoleh nilai sangat baik juga. Dalam penggunaan bahasa harus menggunakan bahasa yang komunikatif dan setiap kalimatnya harus terpadu. Anik ulfah dkk. dalam penelitiannya yaitu penggunaan bahasa yang baik disesuaikan dengan kaidah tata bahasa Indonesia dan mengacu pada Ejaan Yang Disempurnakan EYD, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang baku, komunikatif dan mudah dipahami siswa untuk mempelajari materi pelajaran. 17 Penelitian lain yang dilakukan oleh Dias Fatchul Janah, mengatakan bahwa kategori layak pada aspek bahasa didapatkan karena bahasa yang digunakan dalam buku ajar yang dikembangkan merupakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Penulisan bahasa tidak menggunakan bahasa daerah, sehingga dapat dipahami oleh semua siswa dari berbagai daerah. 18 Berdasarkan hasil persentase rata-rata dari keempat dimensi penilaian, hasil persentase yang paling tinggi adalah dari segi dimensi materi dan hasil presentase yang paling rendah adalah dari segi dimensi kebahasaan buku suplemen kima. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil persentase yang diperoleh dari hasil angket siswa dalam penelitian ini, dapat dikatakan buku suplemen kimia beroeientasi sains teknologi masyarakat STM pada materi koloid yang dikembangkan melalui tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi mendapatkan kriteria rata-rata yang sangat baik pada semua dimensi penilaian buku suplemen 17 Anik Ulfah, dkk., Pengembangan LKS IPA Berbasis Word Square Model Keterp aduan Connected, Unnes Science Education Journal, USEJ 2 1 2013, h. 242. 18 Dias Fatchul Jannah dan Kusumawati Dwiningsih, Kelayakan Buku Ajar Kimia Berorientasi Quantum Learning pada Materi Pokok Kimia Unsur untuk Siswa Kelas XII SMA, Unesa Journal of Chemical Education, Vol. 2, No. 2, pp. 163-170, 2013, h. 177. kimia. Sesuai dengan penelitian Dias Fatchul Jannah dan Kusumawati Dwiningsih dimana penilaian dari siswa melalui angket respon siswa mendapatkan kategori sangat layak dengan persentase sebesar 94,6. Hal itu menunjukkan respon siswa yang positif terhadap buku ajar yang dikembangkan. Respon positif siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan dikarenakan buku ajar menarik secara keseluruhan. 19 19 Ibid, h. 179. 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM, dengan judul buku “Mengupas Sisi Lain Ilmu Kimia Secara Sederhana dan Aplikatif”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Proses pengembangan buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. Tahap persiapan dan tahap pengembangan adalah tahap awal-akhir dalam proses pembuatan buku. Sedangkan tahap evaluasi adalah tahap uji coba dan penilaian buku kepada siswa di sekolah. 2. Hasil uji coba yang diperoleh melalui angket siswa, menunjukkan bahwa buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM yang telah dikembangkan mendapatkan kriteria rata-rata penilaian yang sangat baik dengan persentase 82,75, dengan perincian nilai persentase 84,62 untuk dimensi materi, yang artinya materi dapat dimengerti oleh siswa. Dimensi sains teknologi masyarakat STM dengan nilai persentase 82,96, yang artinya bahwa isi materi yang diintegrasikan dengan STM dapat dimengerti oleh siswa. 81,79 untuk dimensi kegrafikan buku suplemen kimia, yang artinya bahwa pengorganisasian kegrafikan buku sangat baik, dan 81,50 untuk dimensi kebahasaan, yang artinya bahwa bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, komunikatif, dan sesuai umur siswa SMA.

B. Saran

Untuk perbaikan di penelitian selanjutnya, maka ada beberapa saran yang dikemukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat menyusun buku suplemen sendiri, karena buku suplemen dapat membantu pemahaman siswa. Selain itu, dengan pembuatan bahan ajar sendiri dapat menjadikan seorang guru kreatif. Selain itu, guru diharapkan menerapkan buku suplemen dengan mengintegrasikan dengan sains teknologi masyarakat STM tidak hanya dalam pembelajaran IPA saja, tetapi dapat diterapkan dalam pelajaran lain. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur aktivitas siswa selama proses pembelajaran serta mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan materi dalam diri siswa setelah belajar menggunakan buku suplemen kimia yang berorientasi sains teknologi masyarakat STM dengan menggunakan instrumen penelitian yang sesuai. 92 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Cendekia Utama. 2010. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. 2002. -----------------------. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997. Asyhar, Rayandra. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi. 2012. Belawati, Tian. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. 2003. Budimansyah, Dasim. Model Pembelajaran dan Penlaian Berbasis Portofolio. Bandung: Genesindo. 2002. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. 2011. Citrawathi, Desak Made. Penerapan Suplemen Bahan Ajar Berwawasan Sains- Teknologi-Masyarakat dengan Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Biologi untuk Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi Siswa SMUN 1 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. 2. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. ………………………………….... Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur, Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. 2008. ……………………………………. Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan; Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008.