Persentase Rata-rata Dimensi Sains Teknologi Masyarakat Persentase Rata-rata Dimensi Kegrafikan

Gambar 4.5 Grafik Persentase Rata-rata Dimensi Kegrafikan Dari Gambar 4.5 diketahui bahwa urutan persentase tertinggi untuk kegrafikan adalah ukuran yaitu sebesar 86,00. Indikator kejelasan dan ilustrasi memperoleh nilai yang tidak jauh berbeda, sebesar 84,00 dan 83,50. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, indikator penggunaan jenis dan ukuran huruf, lay outtata letak, dan penomoran tidak jauh berbeda, sebesar 81,50, 81,00, dan 80,50. Untuk hasil persentase terendah yaitu indikator kepadatan halaman sebesar 76,00.

e. Persentase Rata-rata Dimensi Kebahasaan

Indikator pada dimensi kebahasaan hanya satu indikator yaitu ragam bahasa komunikatif. Pada Gambar 4.6 berikut, disajikan grafik persentase penilaian siswa pada dimensi kegrafikan buku suplemen yang dikembangkan 86.00 76.00 80.50 84.00 81.50 81.00 83.50 Persentase Rata-rata Kegrafikan Gambar 4.6 Grafik Persentase Rata-rata Dimensi Kebahasaan Dari Gambar 4.6 diketahui bahwa persentase kebahasaan sebesar 81,50.

B. Pembahasan

Tujuan peneliti dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan produk baru yaitu buku suplemen kimia yang berorientasi sains teknologi masyarakat STM. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai proses pengembangan buku suplemen kimia dan data hasil uji coba produk buku suplemen kimia berorientasi sains teknologi masyarakat STM pada materi koloid. Untuk mendapatkan produk buku suplemen kimia, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan peneliti berdasarkan pada teori yang digunakan. Teori yang digunakan yaitu dari buku Andi Prastowo dan Depdiknas. Akan tetapi, peneliti mengkombinasikan dua teori tersebut untuk dijadikan panduan dalam penyusunan buku suplemen. Karena dalam penyusunan buku suplemen tidak ada langkah-langkah khusus seperti pada penyusunan LKS ataupun modul. Tahapan yang digunakan oleh peneliti Ragam Bahasa Komunikatif 81.50 Persentase Rata-rata Dimensi Kebahasaan dirangkum dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi. 1 Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan bahan ajar di SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, dengan tujuan untuk mengetahui bahan ajar yang digunakan di sekolah tersebut. Pada tahap ini dilakukan pengamatan secara langsung ke SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan. Bahan ajar yang digunakan di sekolah tersebut yaitu buku paket, LKS, dan materi yang disajikan di blog guru mata pelajaran masing-masing. Menurut peneliti, buku dan LKS yang digunakan tidak mengajak siswa berpikir sebagai proses mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang harus dipahaminya, serta keterkaitannya dengan kehidupan mereka secara individual. Selain itu, untuk materi yang disajikan dalam blog guru mata pelajaran, dapat dikatakan kurang efektif, karena tidak semua siswa menggunakan internet untuk membuka blog guru mata pelajarannya. Biasanya siswa lebih memilih menggunakan internet untuk membuka media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, dan path. Bahan ajar yang tersedia di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan kurang mengaitkan dengan sains teknologi masyarakat, sehingga siswa tidak dapat belajar sains yang berkaitan dengan teknologi dan masyarakat, serta mengambil masalah-masalah yang ada di lingkungan, khususnya pada materi koloid. Di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan juga belum ada yang mengembangkan bahan ajar berupa buku suplemenbuku pelengkap. Padahal buku suplemenbuku pelengkap dapat membantu siswa untuk memahami materi dan dapat memperkaya wawasan siswa. Dari permasalahan bahan ajar tersebut, peneliti membuat buku suplemen kimia 1 Dede Rival Novian, “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web untuk Sub Materi Pergeseran Kesetimbangan”, Skripsi pada Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung: 2013, h. 35, tidak dipublikasikan.