a. Konsistensi Dalam penyusunannya harus menggunakan konsistensi format dari
halaman ke halaman. Jarak spasi antar judul dan baris pertama serta garis samping harus sama, begitu pula dengan jarak spasi
antara judul dan teks utama. Perbedaan spasi akan membuat hasil cetakan menjadi tidak rapih
b. Format Terdapat tiga hal utama yang harus diperhatikan, pertama, jika
lebih banyak menggunakan paragraph panjang, akan lebih sesuai dibuat satu kolom. Kedua, isi yang berbeda harus dipisahkan dan
dilabel secara visual. Ketiga, strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan dan diberi label secara visual.
c. Organisasi Upayakan untuk menginformasikan kepada siswa, sejauh mana
teks yang sedang dibacanya. Siswa harus mampu melihat secara sepintas berada di bab mana atau bagian apa yang sedang
dibacanya. Teks harus disusun sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh. Selain itu, dapat pula digunakan kotak untuk
memisahkan bagian-bagian teks. d. Daya tarik
Perkenalan setiap bab atau bagian baru harus dengan cara yang berbeda. Dengan demikian, diharapkan siswa dapat termotivasi
untuk terus membaca. e. Ukuran huruf
Ukuran huruf harus dipilih sesuai dengan siswa, pesan, dan lingkungannya. Ukuran huruf yang baik untuk buku teks biasanya
adalah 12 poin. Selain itu harus dihindari penggunaan huruf capital untuk seluruh teks. Hal ini akan membuat proses membaca menjadi
sulit.
f. Ruang spasi kosong Gunakan ruang kosong tak berisi teks atau gambar untuk
menambah kontras. Hal ini penting untuk membuat siswa beristirahat pada titik tertentu pada saat matanya bergerak
menyusuri teks. Ruang kosong dapat berbentuk ruang kosong sekitar judul, batas tepi margin, spasi antar kolom, permulaan
paragraf diidentasi, serta penyesuaian spasi antar baris atau antar paragraf. Spasi antar baris atau antar paragraf dapat membantu
meningkatkan tingkat keterbacaan. Untuk membuat teks lebih interaktif, informasi harus disajikan
dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai. Semakin kompleks informasi, maka semakin sedikit jumlah butir yang
ditampilkan dalam sekali penyajian. Pertimbangan hasil pengamatan dan hasil analisis kebutuhan
siswa, harus disiapkan latihan yang sesuai untuk kebutuhan tersebut, Berikan kesempatan siswa untuk latihan tambahan, menyiapkan
contoh-contoh atau menyarankan bacaan tambahan. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai kemampuan dan
kecepatan mereka. Menggunakan beragam jenis latihan dan evaluasi.
38
Selain itu, dalam pembuatan bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
39
a. Susunan tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas,
rangkuman, dan tugas pembaca. b. Bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya
kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
38
Ibid
39
Departemen Pendidikan Nasional, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, 2008, h. 18.
c. Menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
d. Stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk berfikir, menguji stimulan.
e. Kemudahan dibaca, yang menyangkut: keramahan terhadap mata huruf yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca, urutan
teks terstruktur, mudah dibaca. f. Materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan
kajian, lembar kerja work sheet.
6. Variabel Pemeriksaan dan Penyempurnaan Buku Suplemen
Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu dilakukan adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan
dengan beberapa cara, misalnya evaluasi kepada validator ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas. Komponen evaluasi mencakup
kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
40
Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain: a. Kesesuaian dengan SK, KD
b. Kesesuaian dengan perkembangan anak c. Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
d. Kebenaran substansi materi pembelajaran e. Manfaat untuk penambahan wawasan
f. Kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial Komponen kebahasaan antara lain mencakup:
a. Keterbacaan b. Kejelasan informasi
c. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar d. Pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien jelas dan singkat
40
Ibid, h. 28.
Komponen penyajian antara lain mencakup: a. Kejelasan tujuan indikator yang ingin dicapai
b. Urutan sajian c. Pemberian motivasi, daya tarik
d. Interaksi pemberian stimulus dan respond e. Kelengkapan informasi
Komponen Kegrafikan antara lain mencakup: a. Penggunaan font; jenis dan ukuran
b. Lay out atau tata letak c. Ilustrasi, gambar, foto
d. Desain tampilan
C. Hakikat Sains Teknologi Masyarakat STM
1. Pengertian Sains Teknologi Masyarakat STM
Istilah sains teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa Inggris
“science technology society STS”, yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning
about Science and Society , “The basic need in science education is to
teach about Science, Technology, and Society, and the various ways in which they interact with one another.
”
41
Bahwasannya kebutuhan yang paling mendasar dalam pendidikan sains adalah untuk belajar tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan masyarakat, dan beragam cara yang mana mereka saling berpengaruh satu sama lain. Jadi, pada pembelajaran sains diutamakan
untuk belajar ilmu pengetahuan yang sangat erat kaitannya dengan teknologi, kemudian dari keterkaitan tersebut diharapkan dapat
dimanfaatkan dalam lingkungan masyarakat, karena ketiga hal tersebut saling berpengaruh satu sama lain.
41
John Ziman, FRS, Teaching and Learning about Science and Society, Australia: Cambridge University Press, 1980, h. 54.
“Sains teknologi mayarakat merupakan suatu usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia
nyata ”.
42
“Sains teknologi masyarakat sebagai belajar mengajar sains dalam konteks pengalaman manusia
”.
43
Sains teknologi masyarakat berarti melibatkan peserta didik dalam pengalaman, pertanyaan, dan
isu-isu yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
44
Menurut pendangan ahli lain, sains teknologi masyarakat adalah belajar-mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari dengan bertitik tolak dari isu-isumasalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.
45
Sains teknologi masyarakat adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan
pembelajaran dalam konteks masyarakat.
46
Pendekatan ini pada dasarnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan motivasinya dalam membangun pengetahuan yang sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya.
47
Dalam bidang sains, sains teknologi masyarakat merupakan suatu pendekatan terpadu anatara sains, teknologi, dan isu yang ada di
masyarakat.
48
Sains teknologi masyarakat adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topikmasalah
yang akan diekplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapankinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam
menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan
42
Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, h. 125
43
National Science Teacher Association, ScienceTechnologySociety: A New Effort for Providing Appropriate Science for All, Juli, 1990.
44
Robert E. Yager, Science Technology Society: as Reform; International Council Of Assoclations for Science Education, USA: The University of Lowa, 1992, h. 8.
45
La Maronta Galib, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 034, 2002, h. 54.
46
Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 2, h. 99.
47
Yunita, Model-model Pembelajaran Kimia, Bandung: CV. Insan Mandiri, 2012, h. 7
48
Dasim Budimansyah, Model Pembelajaran dan Penlaian Berbasis Portofolio, Bandung: Genesindo, 2002, h. 20.