Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru Sekolah Menengah Atas SMA, baik dalam tuntutan kompetensi pedagogik maupun
kompetensi profesional, berkaitan erat dengan kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
6
“Bahan ajar atau materi pembelajaran instructional materials, secara garis besar, terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
harus dipelajari oleh peserta didik dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan
”.
7
Bahan ajar ini hendaknya tidak hanya memberikan materi yang instan, tetapi mampu mengajak siswa untuk
dapat membangun konsep sendiri
.
Salah satu yang termasuk kedalam bahan ajar adalah buku.
“Buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar
”.
8
Buku terbagi menjadi dua jenis, yaitu buku teks pelajaran dan buku non teks pelajaran. Buku teks pelajaran merupakan salah satu bahan
ajar utama yang digunakan guru maupun siswa dalam proses pembelajaran serta memiliki peranan penting dalam upaya merealisasikan pembelajaran
yang optimal. Karena dengan adanya buku teks pelajaran dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Selain itu, guru mempunyai
lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran. Namun pada kenyataannya tidak semua buku teks pelajaran dapat
mencapai semua aspek yang diharapkan. “Kebanyakan buku teks pelajaran
terlalu terikat pada tujuan dan materi pokok yang ditetapkan dalam kurikulum, sehingga penyusun buku pelajaran kurang memperhatikan
sumber-sumber belajar lain yang ada di sekolah dan di lingkungan siswa
6
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
2007, h. 18-23.
7
Uus Toharudin, Sri Hendrawati, Andrian Rustaman, Membangun Literasi Saiins Peserta Didik, Bandung: Humaniora, 2011, Cet. 1, h. 179.
8
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Pasal 1, Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa SDLB, Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa SMPLB, dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa SMALB, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
tinggal
. ”
9
Buku teks yang ada hanya berisi materi tentang konsep kimia saja dan kurang terdapat materi penerapan konsep kimia dalam kehidupan
sehari-hari. Meskipun dalam buku teks tersebut terdapat aplikasi konsep kimia dalam kehidupan sehari-hari tetapi tidak dibahas secara mendalam.
Buku teks tersebut hanya menjelaskan konsep kimia dan penerapan konsep tersebut dalam bentuk teknologi tetapi tidak menjelaskan
bagaimana dampak penerapan konsep kimia dalam bentuk teknologi terhadap masyarakat dan lingkungan.
Buku sebagai sumber belajar tidak hanya dari buku wajib, tetapi dapat berupa buku tambahanpelengkap. Ada empat kategorisasi buku
yang dipakai di sekolah berdasarkan pada penggunaan buku, diantaranya buku pelajaran pokok, buku bacaan, buku sumber, dan buku pelajaran
pelengkap.
10
Buku pelajaran tambahanpelengkap atau pengayaan merupakan jenis dari buku non teks pelajaran.
Buku pelajaran pelengkap atau pengayaan dapat dikatakan buku suplemen.
11
“Buku pelajaran pelengkap atau buku pengayaan berisi informasi yang melengkapi buku pelajaran pokok. Pengayaan yang
dimaksud adalah memberikan informasi tentang pokok bahasan tertentu yang ada dalam kurikulum secara lebih luas danatau lebih dalam
”.
12
Buku jenis ini tidak semata-mata dimaksudkan hanya untuk siswa namun dapat
pula digunakan oleh pihak lain atau masyarakat pada umumnya. Dilihat dari penjelasan buku suplemen, maka untuk bahan
pelajaran pada buku suplemen perlu diambil dari lingkungan dan masyarakat, tidak hanya berisi konsep-konsep yang harus dihapal.
“Supplementary reading materials vary in terms of topics which are
9
B. P. Sitepu, Buku Teks Pelajaran Berbasis Aneka Sumber, Jurnal Pendidikan Penabur, No. 7, 2003.
10
B. P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012, Cet. 1, h. 16.
11
Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 51, 2012, p.
46.
12
loc.cit.
science, technology, and academic life ”.
13
Tujuannya agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk menemukan
sendiri konsep-konsep yang harus dipahaminya. Sehingga siswa dapat berpikir kritis, peduli terhadap lingkungan dan mampu melakukan
tindakan nyata apabila ada masalah yang dihadapi di luar kelas. Buku suplemen juga dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan
belajar, dan memberi latihan yang cukup kepada siswa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maryam, bahwa
“Supplementary books can fulfill student need, in a sense that it can develop personality, extend
knowledge, and uplift life skill which is beneficial in building social ind
ependence”.
14
Buku suplemen dapat memenuhi kebutuhan siswa, dalam arti bahwa hal itu dapat mengembangkan kepribadian, memperluas
pengetahuan, dan mengangkat keterampilan hidup yang bermanfaat dalam membangun kemandirian sosial.
Dalam upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang telah disebutkan, maka selain harus mengembangkan bahan ajar yang berbentuk
buku suplemen, diperlukan juga suatu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dalam belajar kimia. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti mengambil satu model pembelajaran yaitu model Sains Teknologi Masyarakat STM. Model pembelajaran tersebut terkandung
dalam bahan ajar yang akan dikembangkan. Pada dasarnya model Sains Teknologi Masyarakat STM mengaitkan pembelajaran sains dengan
teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat bermanfaat
bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya.
15
13
Ratih Kristianasari, Suharmanto, Supplementary Reading Materials for International- Standard Junior High School Grade Seven: Universitas Negeri Malang.
14
Siti Maryam, Strengthening the Character: Uphold Ethics in Indonesian Language Study Pass by Supplementary Books, International Journal for Educational Studies, 51, 2012, p.
46.
15
Anna Poedjiaji, Sains Teknologi Masyarakat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 2, h. 84.
Salah satu materi yang dapat disajikan dengan model Sains Teknologi Masyarakat STM adalah koloid. Materi ini dipilih karena
sangat berhubungan dengan fenomena-fenomena yang dapat menimbulkan keingintahuan siswa sehingga timbul pertanyaan dalam diri siswa untuk
mencari jawaban atas fenomena tersebut. Selain itu, koloid mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Diperkuat dengan salah satu
jurnal yang berjudul “Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat STM pada Materi Koloid di MAN Kuto Baro Aceh Besar”, yang
mengatakan bahwa aktivitas siswa meningkat, hasil belajar siswa tuntas secara klasikal dan siswa memberi tanggapan positif terhadap penerapan
pendekatan STM pada materi koloid.
16
Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka timbul gagasan untuk mengembangkan bahan ajar berupa buku suplemen kimia
berorientasi Sains Teknologi Masyarakat STM pada materi koloid.