commit to user
164 segendongan
. Maksudnya, bahwa anak laki-laki mewarisi barang-barang warisan sebesar dua bagian, sedang anak-anak perempuan mewaris satu bagian.
4.1.3 Peninggalan-peninggalan Kebudayaan
Di daerah Klaten banyak peninggalan dari kebudayaan jaman purbakala. Peninggalan-peninggalan tersebut kebanyakan berupa candi. Bangunan candi-
candi itu terletak dan tersebar hampir di seluruh daerah di Kabupaten Klaten. Selain candi, banyak juga peninggalan-peninggalan yang berupa petilasan-
petilasan, misalnya bangunan-bangunan makam, situs-situs, museum, monumen dan lain-lain.
Klaten sebagai salah satu wilayah kebudayaan di Jawa Tengah, peninggalan-peninggalan kebudayaan kuno berada dalam pengawasan Dinas
Purbakala berkedudukan di dekat candi Prambanan. Semula Dinas Purbakala itu hanyalah terdiri dari beberapa orang saja dan mereka merasa bersatu, karena
mempunyai k gemaran yang sama yaitu mengumpulkan benda-benda kuno. Karena perkembangan sejarah, maka makin banyak dibutuhkan adanya benda-
benda dari jaman lampau, sehingga akhirnya kelompok orang-orang ini berusaha untuk lebih banyak mangumpulkan clan mencari peninggalan-peninggalan kuno
tersebut. Di samping pokerjaannya itu, mereka juga bertugas untuk menjaga kelestarian dari benda-benda kuno tersebut, baik dari kerusakan akibat bencana
alam maupun dari pencurian-pencurian oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, pada tahun 1901 para. ahli purbakala mendirikan
Tergeologist Vereneging
dengan tugas-tugas seperti tersebut di atas. Hal ini
commit to user
165
berlangsung sampai tahun 1914.
Tergeologist Vereneging
kemudian berganti nama menjadi Dinas Purbakala. Pada tahun 1964 nama Dinas Purbakala
berganti nama lagi menjadi Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional. Nama Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional pun akhirnya diganti lagi
dengan nama Direktorat Purbakala pada tahun 1969. Sebagai bentuk kegiatan kepurbakalaan, pada tahun 1940
Tergeologist Vereneging
memulai pekerjaannya. Dimulai dengan menggali batu-batu yang tertimbun dengan tanah. Tahun 1941, pekerjaannya ditingkatkan dengan
mengadakan pengelompokan-pengelompokan atau pengumpulan-pengump1an batu-batu yang sejenis. Pengelompokan ini dilakukan selama tujuh tahun dengan
ketelitian dan ketekunan. Setelah pengelompokan batu-batu yang sajenis selesai, barulah pada tahun 1948 diadakan merekonstruksi terhadap candi-candi. Untuk
membangun kembali candi-candi yang kebanyakan sudah tidak utuh lagi itu, maka pemerintah membebankan tugas yang berat itu kepada Van Ronda dan Ir..
Samingan. Tugas ini selesai dengan denah aslinya baru pada tahun 1961 dan mulai saat itu candi Plaosan dan candi Sewu dapat berbentuk seperti apa yang
terwujud seperti yang terlihat sekarang ini. Bangunan candi-candi di Klaten pada umumnya adalah candi-candi
peninggalan masa abad ke-8 pada masa kerajaan Mataram lama. Gambaran candi adalah identik dengan gambaran pemerintahan pada jaman itu. Jelas
digambarkan, bahwa adanya bangunan candi induk dimaksudkan sebagai pelukisan pemerintahan kerajaan pusat. Sementara candi-candi kecil di sekitar
candi induk menggambarkan pemerintah daerah yang berada dalam lingkungan
commit to user
166
pemerintah pusat. Sebagai tanda patuh kepada pemerintah pusat, maka pemerintah daerah mengirimkan batu yang bertuliskan nama raja muda yang
memerintah pemer intah daerah masing-masing. Setelah batu-batu itu terkumpul banyak, maka dibangunlah candi tersebut. Dengan demikian, dapat menepis
anggapan sarjana-sarjana asing yang menggambarkan, bahwa bangunan candi dibangun secara kerja paksa atau kerja rodi. Adanya candi-candi dan barang-
barang peninggalan kuno di Indonesia sangatlah menarik hati orang asing, terutama orang-orang asing yang mempunyai kegemaran mengumpulkan benda-
benda kuno. Kegiatan-kegiatan orang-orang asing kadang kala mempunyai efek yang kurang baik terhadap peninggalan-peninggalnn kuno, karena akhir-akhir ini
banyak terdapat pencurian-pencurian terhadap benda-benda kuno tersebut. Pemerintah dan Dinas Purbakala khususnya sangat prihatin terhadap
kejadian pencurian itu. Untuk mengurangi adanya pencurian-pencurian terhadap patung-patung di dalam candi, Dinas Purbakala berusaha membuat salinan dari
patung-patung dengan bahan gips dan semen, yang kemudm dijual secara bebas. Dapat dimengerti, bahwa orang-orang yang tidak memiliki kesadara rasa
kebangsaan mudah untuk dibujuk dengan keuntungan sesaat dan tidak berpikir kelestarian candi untuk pendidikan anak cucunya nanti. Dengan penadah-
penadah benda antik tertentu, rakyat mudah yang melakukan pencurian- pencurian patung-patung yang merupakan kekayaan nasional yang tak ternilai
itu. Padahal perbuatannya itu dari segi hukum merupakan perbuatan tindak pidana yang dapat dipenjara sesuai dengan
Monumenten Ordonnantie
nomor 238 tahun 1931.
commit to user
167
Bangunan candi-candi di daerah Klaten kebanyakan adalah peninggalan candi sebagai tempat pemujaan agama Hindu-Budha. Tempat ini sekarang
banyak dipergunakan oleh pemeluk agama Hindu untuk tempat merayakan hari raya Galungan. Candi-candi yang dimaksud adalah candi Plaosan, candi Sewu,
candi Prambanan, candi Bubrah yang terletak di Kecamatan Prambanan dan candi Merak di Kecamatan Karangnongko dan lain-lain.
Dengan adanya kepercayan roh leluhur, maka banyak peninggalan tempat- tempat di daerah Klaten yang dianggap sebagai tempat keramat oleh masyarakat.
Makam keramat itu misalnya, makam pujangga Jawa terkenal, Ronggowarsito di desa Palar, kecamtan Trucuk, makam Kyai Melati cikal-bakal Klaten, makam
Sunan Pandanaran di kecamatan Bayat, makam Ki Ageng Gribig di kecamatan Jatinom, makam
Juru Kuncen
di kecamatan Karangnongko dan lain-lain tempat yang dianggap keramat. Untuk memberikan gambaran peninggalan-peninggalan
kebudayaan purbakala dapat ditampilkan tabel IV.1 berikut ini.
Tabel IV.1 Peninggalan Kebudayaan Purbakala di Kabupaten Klaten
No Jenis Peninggalan
Lokasi
1 2
Museum a.
Pabrik Gula Gondang Winangoen
b.Pabrik Gula Ceper Baru c.
Pabrik Karung
Bangunan Candi a.
Candi Sewu b.Candi Plaosan
Lor
c. Candi Paosan
Kidul
d.Candi Lumbung e.
Candi Bubrah Jl.Raya Jogya-Solo, Ds.Plawikan, Kec.
Jogonalan Ds. Ceper, Kec. Ceper
Delanggu, Kec. Wonosari Dk.Bener, Ds. Bugisan, Kec. Prambanan
Dk. Plaosan, Ds. Bugisan. Kec. Prambanan Ds. Bugisan, Kec. Prambanan
Ds. Tlogo, Kec. Prambanan Ds. Tlogo, Kec. Prambanan
commit to user
168
3 4
5 f.
Candi Asu Gana g.Candi Sojiwan
h.Candi
Lor
Candirejo i.
Candi Merak j.
Candi Karangnongko
Situs a.
Ngemplak Seneng b.Situs Wonoboyo
c. Situs Padas
d.Situs Kaliworo e.
Situs Kunden
Monument a.
Monumen Joeang „45 b.Monument Nartosabdo
Bangunan Makam a.
Makam Syeh Kewel b.Makam P. Wuragil
c. Makam Ki Ageng Purwito
d.Makam Ki Ageng Pamecutan e.
Makam Syeh Joko f.
Makam Jayeng Resi g.Makam Panembahan Menang
Lasih h.Makam Ki Ageng Mintorogo
i. Makam Ki Ageng Gribig
j. Makam Kanjeng Ratu
Tejowati k.Makam Sunan Pandanaran
l. Makam Syeh Domba
m. Makam Panembahan Romo
n. Makam Ronggowarsito
o. Makam Panembahan
Agung Kajoran Dk. Bener, Ds. Bugisan, Kec. Prambanan
Dk. Sojiwan, Ds. Kebondalem, Kec. Prambanan
Dk. Candirejo, Ds. Bugisan, Kec. Prambanan
Dk. Candi, Ds.Kec. Karangnongko Ds. Ngemplak Seneng, Kec, Manisrenggo
Dk. Plosokuning, Ds. Wonoboyo, Kec. Jogonalan
Ds. Padas, Kec. Karanganom Ds. Sukorini, Kec. Manisrenggo
Dk. Kunden, Ds. Sumberrejo, Kec. Klaten Selatan
Sangkalputung, Kec. Klaten Utara Damaran, Kec. Klaten Selatan
Kec. Bayat, Klaten Kec. Bayat, Klaten
Delanggu, Kec. Wonosari Dk. Sentono, Ds. Ngawonggo, Kec. Ceper
Lemahireng, Kaligawe, Pedan Jeto, Gaden, Trucuk
Konang, Kebon, Kec. Bayat Ds. Sememen, Kec. Jatinom
Dk. Kauman, Kec. Jatinom Dk. Kauman, Ds. Sidoharjo, Kec.
Polanharjo Ds. Paseban, Kec. Bayat
Ds. Paseban, Kec. Bayat Dk. Kriyan, Ds. Jimbung, Kec. Kalikotes
Dk. Kedon, Ds. Palar, Kec. Trucuk Dk. Kauman, Ds. Jimbung, Kec. Kalikotes
Sumber: Disbudparpora Kab. Klaten, 2011
Berdasarkan tabel peninggalan hasil kebudayaan purbakala di atas memberikan gambaran umum, bahwa Klaten merupakan daerah kabupaten
yang telah memiliki sejarah panjang dalam perkembang an kebudayaan. Peninggalam museum pabrik gula dan karung menunjukkan, bahwa d i
commit to user
169
Klaten dahulu telah memiliki sistem perekono mian yang sangat kuat yang dapat menopang kehidupan budaya. Dalam kehidupan pabrik telah terjadi
tata hubungan menejerial antara buru h dengan atasannya. Namun, di sis i lain juga terjadi hubungan sosial-budaya di luar pekerjaan sebagai bentuk
hubungan kekeluargaan. Peninggalan bangunan candi dan situs purbakala menandakan, bahwa
pada waktu itu di Klaten telah terjalin hubungan harmo nis antara rak yat dengan pemerintah raja. Kerjasama it u diwujudkan dalam bentuk
kegotongroyongan di antara masyarakat, baik yang berprofesi sebaga i pendeta, pujangga, seniman, ahli teknik, tenaga kerja dan sebagainya,
semua satu tujuan untuk mempersembahkan sesuatu yang berharga, berupa candi kepada rajanya. Di samp ing itu, pembangunan candi dapat
memberdayakan lingkungan, sepert i pemanfaatan tanah, air, batu kali da n
ba jr a lep a
yang dio lah untuk menghadirkan sebuah karya besar tersebut. Di sisi lain, peningga lan-peninggalan mo numen dan makam tokoh-tokoh
bersejarah, menunjukkan adanya pejuang -pejuang di Klaten pada waktu itu yang bersentuhan dengan masyarakat. Berkat tokoh -tokoh pendahulu
itu sedik it -banyak telah memberikan ko ntribusi kema juan di Klaten sampai pada saat sekarang ini.
4.1.4 Keberadaan “Pasren” Sebagai Organisasi Kesenian