Kriya Keberagaman Seni Rupa

commit to user 44 desain grafis atau desain komunikasi visual diskomvis, desain produk idustri, dan desain tekstil.

2.2.3.3 Kriya

Craft Secara etimologis kata “kriya” berasal dari bahasa Sansekerta kra , kemudian dilafalkan menjadi kriya, yang berarti ketekunan, kerajinan, kepiawaian atau keahlian. Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh Poerwodarminto 2001: 601, kata kriya artinya karya; pekerjaan tangan. Sementara dalam bahasa Inggris kata kriya disamakan dengan craft yang artinya keahlian atau keprigelan Echols dan Shadily, 2007: 153. Dengan demikian, istilah “kriya” merupakan kata khas Indonesia yang berarti hasil karya pekerjaan tangan yang membutuhkan keahlian atau ketekunan dalam proses pembuatannya. Kriya adalah cabang seni rupa berwujud dua atau tiga dimensi, baik yang memiliki guna praktis maupun guna hias, yang dapat dibuat dengan aneka bahan Sachari, 2004: 12. Namun, sulit untuk mengetahui letak cabang yang mana dalam pohon ilmu seni rupa saat ini. Bahari 2008: 86 mengatakan, bahwa seni kriya terletak pada „daerah abu-abu‟ antara seni murni dan seni terapan. Kriya tak hanya mengolah bahan-bahan yang kerap dipakai dalam seni patung dan seni keramik, tetapi juga banyak menggunakan bahan-bahan lainnya, Misalnya, tekstil, benang, pewter , kulit, bambu, perak, emas, pandan, mendong , dan sebagainya. Dalam hal tertentu, seni kriya dapat pula memiliki fungsi praktis, seperti halnya kursi berukir rumit, pintu berukir, perhiasan emas dengan berbagai ragam hias, atau kain batik tulis dengan motif hiasan tertentu. Pembagian jenis seni kriya commit to user 45 biasanya berdasarkan bahan dan teknik pembuatannya. Misalnya, kriya kayu dengan teknik pahat atau ukir, kriya logam dengan teknik wudulan dan tuang atau cor , kriya bambu menggunakan teknik ukir dan anyam, kriya rotan dengan teknik ikat atau anyam, kriya tekstil dengan teknik tenun, batik dan sablon, kriya kulit menggunakan teknik pahat atau anyam, dan lain-lain Bahari, 2008: 87. Besar kecil manfaatnya seni kriya sangat tergantung pada cara dan bagaimana kita menerapkan „benda pakai‟, baik yang dituangkan sebagai pemercantik ruang- ruang tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup Toekio M, 2000: 11. Cara membuat ukiran tidak dapat terlepas dari enam langkah desain, seperti yang disampaikan oleh Syafei dan Tjetjep Rohedi, 1987 dalam Rais dan Suherman, 2000: 63, antara lain 1 merumuskan perkiraan masalah. Kegiatan awal ini menggagas benda apa yang akan dibuat dan berfungsi untuk apa. 2 Mengenal, menghimpun dan mengelompokkan masalah awal, 3 Proses kreatif; merupakan penemuan kriyawan kemungkinan-kemungkinan penciptaan, termasuk produk baru atau memodifikasi bentuk yang sudah ada, 4 Pemilihan kemungkinan yang tepat; berupa gambar-gambar desain sebelum sebelum diterapkan pada bahan yang diukir, 5 Pra- desain; merupakan langkah pemilihan pemberian gambar tertentu untuk bagian- bagian suatu alat atau perabot jadi, agar mendapatkan keutuhan suatu bentuk desain, dan 6 Desain terpilih; merupakan perwujudan bentuk awal dari gambar desain setelah melaui proses pembuatan. Dengan demikian, kriya memerlukan penanganan tersendiri daripada cabang seni rupa yang lain, yakni harus tetap mempertimbangkan ketekunan kerja dan pemanfaatannya. Berkaitan dengan cara pendesainan sebuah karya kriya, misalnya karya ukir memerlukan langkah-langkah kerja yang harus commit to user 46 diikuti agar menghasilkan karya ukir yang bernilai guna dan tetap indah dipandang mata. 2.3 Keberagaman Seni Lukis dan Hubungannya dalam Sosial-Budaya 2.3.1 Wujud Keberagaman Seni Lukis