Keberadaan “Pasren” Sebagai Organisasi Kesenian

commit to user 169 Klaten dahulu telah memiliki sistem perekono mian yang sangat kuat yang dapat menopang kehidupan budaya. Dalam kehidupan pabrik telah terjadi tata hubungan menejerial antara buru h dengan atasannya. Namun, di sis i lain juga terjadi hubungan sosial-budaya di luar pekerjaan sebagai bentuk hubungan kekeluargaan. Peninggalan bangunan candi dan situs purbakala menandakan, bahwa pada waktu itu di Klaten telah terjalin hubungan harmo nis antara rak yat dengan pemerintah raja. Kerjasama it u diwujudkan dalam bentuk kegotongroyongan di antara masyarakat, baik yang berprofesi sebaga i pendeta, pujangga, seniman, ahli teknik, tenaga kerja dan sebagainya, semua satu tujuan untuk mempersembahkan sesuatu yang berharga, berupa candi kepada rajanya. Di samp ing itu, pembangunan candi dapat memberdayakan lingkungan, sepert i pemanfaatan tanah, air, batu kali da n ba jr a lep a yang dio lah untuk menghadirkan sebuah karya besar tersebut. Di sisi lain, peningga lan-peninggalan mo numen dan makam tokoh-tokoh bersejarah, menunjukkan adanya pejuang -pejuang di Klaten pada waktu itu yang bersentuhan dengan masyarakat. Berkat tokoh -tokoh pendahulu itu sedik it -banyak telah memberikan ko ntribusi kema juan di Klaten sampai pada saat sekarang ini.

4.1.4 Keberadaan “Pasren” Sebagai Organisasi Kesenian

Berdasarkan data organisasi kesenian yang berada di Dinas Kebudayaan, Paiwisata, Pemuda dan Olah Raga Disbudparpora Kabupaten Klaten, secara commit to user 170 keseluruhan di Klaten sampai saat ini terdapat banyak sekali organisasi kesenian. Hasil penelitian, sedikitnya mencatat 409 organisasi kesenian di kabupaten Klaten. Organisasi kesenian itu terbagi atas kelompok seni musik tradisional kerawitan, musik klasik, cokean dan gejug lesung sebanyak 135 buah, seni musik religi laras madyo, musik islami, rebana, hadrah, sholawatan dan qosidahan sebanyak 94 buah, musik nasional organ tunggal, band, campur sari, orkes melayu, congdut, keroncong dan gadon sebanyak 91 buah, seni teater tradisional kethoprak, sandiwara, ludruk, dan wayang orang sejumlah 39 buah, pertunjukan rakyat jatilan, reog, kuda lumping dan srandul sejumlah 38 buah, seni tari tradisional tari topeng, tari Ramayana sejumlah 6 buah, seni wayang wayang kulit, wayang babad dan wayang tauhid hanya tercatat 4 buah dan seni rupa juga hanya tercatat tiga buah organisasi. Data di atas menunjukkan, bahwa keberadaan “Pasren” sebagai salah satu organisasi kesenian di kabupaten Klaten tidak dapat terlepas dari organisasi kesenian yang lain. Secara kuantitas, keberadaan “Pasren” relatif sangat kecil, tetapi berdasarkan data yang berada di sekretariat “Pasren”, organisasi kesenian ini memiliki sisi kualitas organisasi, terutama dibuktikan dengan banyaknya aktivitas yang telah dilakukan sejak berdiri hingga sekarang. Dengan demikian, memahami keberadaan suatu oraganisasi kesenian tidak hanya sekedar jumlah yang terdaftar di lembaga pemerintah saja, namun tetap harus mempertimbangkan sisi yang lain, yakni aktivitas dan kontribusi yang bisa disumbangkan di dalam masyarakat, khususnya di bidang kebudayaan. Apa artinya jumlah yang banyak, jika organisasi itu tidak ada aktivitasnya. commit to user 171 Menurut berbagai sumber, kecilnya jumlah organisasi seni rupa di Klaten dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain: 1 seni rupa itu sendiri dalam penciptaannya bersifat individualistis. Artinya, dalam berkarya seni rupa, misalnya seni lukis dapat dikerjakan oleh seorang diri tanpa bantuan orang lain. Pengaruh ini dapat berdampak pada sifat pelukis yang individualistis pula, maka kecenderungannya para pelukis itu sukar diajak atau diundang berorganisasi. Seperti yang disampaikan oleh Ibnu Wibowo, mantan ketua “Pasren” pertama, dikatakan: “…saya susah mengumpulkan kawan-kawan baca: anggota “Pasren” untuk mengadakan rapat, tetapi mereka lebih senang kalau langsung disuruh mengumpulkan lukisannya untuk dipamerkan” Wawancara: Kamis, 19 Januari 2012, 2 Sifat pelukis itu lebih senang melihat daripada berbicara. Artinya, konsentrasi indera mata seorang pelukis lebih dominan dalam pengamati atau memaknai objek daripada indera mulutnya. Oleh karena itu, seorang pelukis lebih banyak berkarya daripada diskusi, rapat-rapat dan sebagainya. Berbeda dengan penyanyi atau pemain teater sandiwara yang lebih dominan bicaranya dan 3 Pelukis cenderung tidak menyukai kumpul-kumpul yang sifatnya formal. Dengan demikian, pertumbuhan dan perkembangan organisasi seni rupa di Klaten tidak sebanyak organisasi kesenian yang lain. Walaupun secara kuantitas organisasi seni rupa di Klaten tidak banyak jumlahnya, namun di sisi yang lain “Pasren” dapat menunjukkan keberadaannya melalui olah karya lukisnya. Sebagai organisasi kesenian, “Pasren” telah diakui keberadaannya oleh Dewan Kesenian Klaten Wankesten. Sebagaimana Ketua Wankesten Harsono, Wawancara: Kamis, 26 Januari 2012, mengatakan: “…malah commit to user 172 justru “Pasren itu telah menjasai baca: berjasa pada Dewan Kesenian, karena telah menghidupkan kegiatan pada komite VII; seni rupa”. Di bawah perlindungan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Disbudparpora Kabupaten Klaten, setidak nya “Pasren” telah memberikan kontribusi dalam perkembangan dan pembangunan di bidang kebudayaan. Sebagai contoh, memprakarsai pendirian monumen dan patung Ki Nartosabdo dalang kondang sekaligus budayawan asli Klaten . Selain itu “Pasren” juga menyelenggarakan berbagai lomba melukis dalam event kedaerahan maupun nasional, seperti peringatan HUT Kabupaten Klaten, peringatan Hari Pendidikan Nasional, peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia dan sebagainya. Bahkan, atas inisiatif salah seorang anggota “Pasren” yang berprofesi sebagai anggota TNI Kodim 0723 Klaten, bernama Suwarto mengatakan, bahwa para anggota “Pasren” pernah mengadakan kegiatan melukis dinding mural bersama dalam rangka HUT Angkatan Perang 5 Oktober 2005 Kapten Suwarto, Wawancara: Selasa, 24 Januari 2012. Namun, sayangnya lukisan dinding itu saat ini sudah ditutup dengan cat tembok dan tidak ada didapatkan foto dokumen secara utuh lagi. Di mata para pejabat dan tokoh pelukis s enior, keberadaan “Pasren” mendapat sambutan baik dan apresiasi dengan baik. Hal ini dapat dibaca pada kata sambutan yang dituliskan di dalam katalog pameran yang diselenggarakan oleh “Pasren” dan beberapa dokumen di sekretariat “Pasren”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel IV.2 berikut ini. commit to user 173 Tabel IV.2 Daftar Nama Tokoh Apresiator Karya Lukis “Pasren” No Nama Tokoh Jabatan Profesi Asal Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Suhardjono Putut H. Pramono H. Kasidi Drs.H.Soemardjo, MM Mustika Putut H. Pramono Bonyong Munny Ardhi Mahyar Drs.I Gusti Nengah Nurata Ahmad Supono, PR Narsen Alfatara Arief Nurdiyanto Ipong Purnama Sidhi Yahya Yunanta, SH Egro Djarod S, SE Bupati KDH II Klaten Pelukis Senior Bupati KDH II Klaten Ka.Kandepdikbud Klaten Pelukis Senior Pelukis Senior Pelukis Senior Pelukis Senior Pelukis dan Dosen Seni Rupa STSI Surakarta Pelukis Senior Dosen Seni Rupa UNS Anggota MPR RI Pengamat Seni Direktur TB. Jendela Direktur Exsekutif Yayasan Ash-Shomad International Klaten Solo Klaten Klaten Jakarta Jakarta Surakarta Jogyakarta Surakarta Jogyakarta Surakarta Jakarta Jogyakarta Klaten Jakarta 1991 1994 1996 1996 1996 1996 1996 1996 1996 1996 2003 2003 2004 2005 2010 2012 Sumber: Dokumen dan Katalog Pameran “Pasren”, 1991-2012 Dari hasil pameran, tidak sedikit karya yang dikoleksi oleh orang-orang penting dan pecinta seni lukis. Dengan demikian, secara tidak langsung keberadaan “Pasren” dikenal di kalangan kolektor. Untuk mengetahui lebih jelas keberadaan hasil ka rya pelukis “Pasren” di tangan para kolektor, maka dapat dilihat tabel IV.3 berikut ini. commit to user 174 Tabel IV.3 Daftar Kolektor Karya Seni Lukis “Pasren” No. Nama Pelukis dan Karyanya Nama Kolektor dan Asalnya 1 2 3 4 5 Kensudi Kus Indra Jaya Adi Ansori, Mural Mosaik Jaka SP,  Pemandangan Alam, 2005  Pemandangan Alam di kaki Merapi, 2006  Pohon, 2006  Pemandangan Alam Tanah Toraja, 2006 Tamalia Alisjahbana, Jakarta Pratiwi, Surakarta  Rano Karno, Jakarta  Herman Felani, Jakarta  Sudwikatmono, Jakarta  Ibrahim Rissyad, Jakarta  Grafika Hotel, Gombong Brigjend. Kurdi Mustofa, Jakarta Ibu Ani Susilo Bambang Yudoyono, Jakarta Sunarno, Bupati Klaten H. Sujono, Bupati Pacitan Wardana, Dubes Indonesia Untuk Singapura Stanley Liew, Malaysia Sumber: Katalog Pameran “Pasren”, Januari 2008 Be rdasarkan tabel di atas, dapat diketahui keberadaan “Pasren” khususnya hasil karya lukisnya telah memasuki kalangan selebriti, rumah Bupati, istana Presiden RI, rumah Kedutaan RI dan bahkan sampai ke negeri Jiran Malaysia. Di si si lain, keberadaan “Pasren” secara tidak langsung juga telah dikenal masyarakat luas, berkat kemauannya untuk menggelar pameran di luar Klaten. Berdasarkan studi katalog pameran, dapat diketahui, bahwa “Pasren” pernah menyelenggarakan pameran di luar daerah Klaten, misalnya pameran di Galeri Cipta Taman Ismail Marjuki TIM Jakarta tahun 1994, di Taman Budaya Jateng di Surakarta tahun 2004, di Benteng Vredeburg Jogyakarta tahun 2005 dan lain-lain. commit to user 175

4.1.5 Sejarah Singkat dan Aktivitas Organisasi “Pasren”