commit to user
82
kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan seorang pelukis. Hanya dengan tersedianya sarana dan fasilitas yang baiklah maka akan terwujud suatu karya
seni lukis yang baik, bernilai dan menarik. Oleh karena itu, dengan segala kemampuannya, maka seorang pelukis pada akhirnya akan menentukan sarana
apa yang akan dipakai untuk menyelenggarakan proses kreatifnya, ketetapan pilihan ini terjadi karena seluruh sistem mekanisme yang dimilikinya memang
mengarahkan begitu. Dengan demikian, perwujudan ide atau gagasan yang bersumber dari
kepekaan terhadap lingkunggannya dan mengolah bahan baku yang ditunjang oleh sarana yang memadai tersebut, maka akan menghasilkan sebuah karya seni
lukis memuaskan seorang pelukis dalam berkarya.
2.4.2.2 Proses Penciptaan Seni Lukis
Sebetulnya kata penciptaan perlu dibubuhi tanda kutip, menjadi proses “penciptaan”, karena pada hakikatnya mencipta bukanlah kemampuan manusia,
mencipta adalah kemampuan Tuhan yang telah menciptakan jagat raya beserta seluruh isinya. Sedangkan kemampuan manusia hanya terbatas pada meniru, baik
meniru alam maupun meniru “ciptaan” manusia lainnya yang sudah pernah ada sebelumnya. Seorang pelukis membuat sehuah lukisan, karena sebelum dia telah
ada pelukis lain dan karya lukisan lainnya. Dengan demikian, maka pengertian dari proses penciptaan yang dilakukan
seorang pelukis lebih menjurus pada usaha modifikasi dari sesuatu yang telah ada sebelumnya, dengan segala kemampuannya seorang pelukis berusaha
commit to user
83
menampilkan keunikakeunikan karya lukisnya dari apa yang sudah ada sehingga melahirkan suatu realitas baru yang kemudian diakui sebagai hasil ciptaannya.
Kemampuan seorang pelukis dalam „mencipta karya-karyanya ini telah membedakan manusia dengan binatang atau mesin. Begitu juga telah
menjadikannya sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi ini, kemampuan tersebut telah memungkinkan manusia untuk mengembangkan ke-
biasaan hidup, mampu saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan mampu menyimpan pengalaman atau pengetahuan untuk diwariskan pada
generasi berikutnya. Dengan kemampuannya itu, maka seorang pelukis adalah manusia sebagai makhluk yang berkebudayaan.
Pada dasarnya seorang pelukis sebagai manusia memiliki tiga kemampuan utarna, yaitu kemampuan fisik
,
kemampuan rasio dan kemampuan kreatif
Dharmawan, 1988: 128. Perimbangan antara ketiga kemampuan tersebut
berbeda-beda pada tiap manusia, karenanya tidak ada dua manusia yang persis sama. Dalam kemampuan fisik, manusia mungkin kalah dengan binatang karena
banyak binatang yang jauh lebih kuat dari manusia. Sedangkan dalam kemampuan rasio, manusia masih kalah oleh mesin pintar atau komputer. Tetapi
baik binatang maupun mesin tidak memiliki kemampuan kreatif, dan yang satu ini rnerupakan keunggulan manusia dan yang telah menyebahkan manusia
mampu untuk „mencipta‟. Hubungan antara ketiga kemampuan tersebut kemudian mern
bentuk Limas Citra Manusia” dalam proses „penciptaan‟ seperti terlihat berikut ini.
commit to user
84
:
Gambar II.1 Limas Citra Manusia
Dharmawan, 1988: 128 Dari limas tersebut kemampuan fisik, rasio dan kreatif merupakan
rusuk- ntsuk utama yang kemudian membentuk kemampuan perasaan, gerak dan
imajinasi sebagai rusuk alasnya. Sekarang bisa dilihat limas tersebut sebagai suatu kebulatan dimana heberadaan satu rusuk ditentukan oleh fungsi rusuk
lainnya. Jadi terbentuknya perasaan hukan hanya karena adanya kemampuan kreatif dan kemampuan fisik tapi juga karena adanya kemampuan imajinasi dan
kemampuan gerak. Terbentuknya kemampuan imajinasi hukan hanya karena adanya kemampuan kreatif dan kemarnpuan rasio, tetapi juga karena adanya
kemampuan perasaan dan kemampuan gerak, dan seterusnya. Puncak limas sebagai integrasi dari ketiga rusuk utamanya membentuk
Intuisi I. Titik-titik sudut alasnya adalah G
goodness
; baiknya tindak manusia sebagai integrasi kemampuan kreatif-perasaan-imajinasi; C
correctness
, betulnya tindak manusia sebagai integrasi kemampuan rasio-imajinasi-gerak; F
fitness,
serasinya tindak manusia sebagai integrasi kemampuan fisik-gerak--
commit to user
85
perasaan. Demikianlah integrasi keseimbangan dinamis dari “baiknya”
kreatif- perasaan-imajinasi,
“betulnya” rasio-imajinasi-gerak dan
“serasinya” fisik-
gerak-perasaan akan melebur dan meningkat ke dalam intuitifnya Intuisi, yang dikenal sebagai proses kreasi
atau sering juga disebut sebagai penghayatan. Seorang seniman atau pelukis dapat mencapai ketinggian mutu intuisi
apabila ketiga kemampuan utamanya dibina secara bersamaan, dan akan terjadi sebaliknya apabila pembinaan salah satu kemampuan itu dilalaikan. Kehilangan
kreativitas akan menurunkan kualitas intuisi hingga seniman atau pelukis hanya akan menjadi robot semata-mata, kehilangan rasio akan menurunkan kualitas
intuisi sehingga seniman atau pelukis hanya jadi pelamun-pelamun yang tak pernah memasuki dunia realita atau menghasilkan karya apa-apa, dan kehilangan
fisik berarti seniman atau pelukis itu telah mati. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan “penciptaan” sebuah
lukisan yang dilakukan seorang pelukis merupakan hasil perpaduan semua kemampuannya. Kemampuan kreatif memegang peranan yang dominan, dengan
demikian maka proses “penciptaan” tak lain yang disebut “proses kreatif”. Proses kreatif adalah rangkaian kegiatan yang selalu menyibukkan seorang
pencipta, seniman atau pelukis. Seorang seniman atau pelukis adalah orang yang selalu memiliki keinginan untuk membentuk dan selalu berada dalam kegiatan
kreatif. Rangkaian kegiatan dalam proses kreatif ini meliputi beberapa tahapan, yaitu periode persiapan, pengeraman, inspirasi dan pengolahan penyelesaian
Dharmawan, 1988: 129-130.
commit to user
86
Berdasarkan pendapat itu, maka dapat disimpulkan bahwa seorang seniman atau pelukis adalah manusia-manusia yang dapat memanfaatkan potensialitasnya
dengan sebaik-baiknya ke dalam bidang seni atau lukisan, adapun potensialitas manusia itu disebutkan sebagai
akal, rasa
dan
iman.
Melalui proses kreatif yang didasari oleh akal, rasa dan iman itu, maka lahirlah karya-karya seni lukis.
2.4.2.3 Struktur Karya Seni Lukis