commit to user
131
umum tentang kehidupan sosial-budaya Kabupaten Klaten tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut.
4.1.2.1 Kehidupan Pertanian
Petani di daerah Klaten tidaklah semuanya merupakan petani murni dalam arti, bahwa mereka mempunyai sawah dan alat pertanian yang modern. Petani di daerah
Klaten bermacam-macam, sesuai dengan keadaan subur atau kurang subur minus daerahnya masing-masing. Hal ini perlu dikemukakan sebagai bahan pemikiran pula,
karena sudah menjadi kenyataan, bahwa di kecamatan-kecamatan yang merupakan daerah subur, para petani tampak lebih maju jika dibandingkan dengan teman-
temannya dari daerah yang kurang subur tampak memprihatinkan. Para buruh tani didaerah-daerah subur, pada akhir panen selalu dapat menabung dari sebagian
pendapatannya selama memburuh. Bahkan, banyak buruh tani ini yang dapat sedikit demi sedikit dari tabungannya membeli sebidang sawah. Berbeda dengan teman-
teman petani di daerah minus tidak dapat berbuat demikian, karena kebanyakan dari hasil panennya berupa palawija. Ketika dijual dan kemudian dibelikan beras, maka
terdapatlah perbedaan yang menyolok. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka petani didaerah Klaten dibagi dalam beberapa macam golongan petani, berikut ini.
1 Petani
Kenceng kuli kenceng
, yaitu petani yang mempunyai pekarangan untuk perumahannya serta memiliki sawah. Jenis petani ini adalah
termasuk golongan petani sempurna, karena mereka selain memiliki pekarangan untuk tempat tinggal dan sawah, mereka juga termasuk petani yang memiliki
beberapa alat pertanian pula seperti
luku
dengan sapikerbaunya, cangkul, dan
commit to user
132
lain-lain. Apabila mereka tidak mempunyai ala-alat pertanian tersebut, biasanya mereka memburuhkan kepada orang lain atau dapat pula mereka menempuh
jalan menyewakan sawahnya kepada orang lain, tetapi sawahnya itu tetap dikerjakan oleh sipemilik sendiri atau orang lain dan nanti hasilnya dibagi
menurut perjanjian yang layak. Petani kenceng di Klaten banyak terdapat didaerah yang tanahnya subur, yang sampai saat ini semuanya hampir mencapai
kurang lebih 70.000 orang; 2 Petani Setengah
Kenceng kuli sepa ro
, yaitu petani yang hanya memiliki pekarangan saja. Baik pekarangan itu untuk rnendirikan rumahnya
maupun pekarangan untuk bercocok tanam palawija. Mereka tidak mempunyai sawah, tetapi mereka mempunyai alat-alat pertanian. Pekerjaan mereka adalah
memburuh pada petani pemilik sawah. Petani semacam ini di daerah Klaten kira- kira berjumlah kurang lebih 80.000 orang;
3 Petani G
undul
, yaitu petani yang tidak mempunyai pekarangan, tetapi mereka memiliki sebidang sawah. Sehingga untuk tempat tinggalnya, sering
petani dari golongan ini menumpang dipeka rangan orang lain atau menyewa tanah untuk mendirikan rumahnya. Petani gundul didaerah Klaten kurang lebih
berjumlah 10.000 orang; 4 Petani
Ngindung
, yaitu seorang petani yang tidak mempunyai pekarangan dan tidak mempunyai sawah. Petani ini mempunyai rumah yang
didirikan di atas pekarangan orang lain. Petani ini pekerjaannya berburuh kepada petani pemilik tanah, karena petani
ngindung
juga memiliki alit-alat pertanian. Di daerah Klaten, petani
ngindung
dapat dikatakan. banyak jumlahnya, yaitu
commit to user
133
hampir mencapai 50.000 orang; 5 Petani
Templek
, yaitu petani yang tidak punya apa-apa, baik pekarangan, sawah maupun rumah. Mereka menumpang atau
mondhok
di rumah orang lain. Mereka sudah mempunyai alat-alat ru mah tangga dan alat-alat
pertanian. Di Klaten, jumlah petani semacam ini tidak begitu banyak, hanya lebih kurang 10.000 orang;
6 Petani
Tlosor
, yaitu petani dari golongan yang sama sekali tidak mempunyai apa-apa. Mereka kebanyakan petani yang sudah berkeluarga dan
mondok ditempat orang lain. Petani
tlosor
ini biasanya hidup merantau ketika daerahnya sudah selesai tandur atau panen. Mereka pergi ke daerah lain untuk
mencari pekerjaan. Bahkan banyak yang berjual-beli di kota-kota. Apabila di daerahnya memasuki masa panen, mereka baru pulang. Petani macam ini di
daerah Klaten tidak banyak, hanya sekitar 700 orang.
4.1.2.2 Kehidupan Perkebunan