Konsep Pemaknaan Keperbedaan dalam Keragaman Karya Seni Lukis “Pasren”

commit to user 315 Dengan mengambil beberapa sampel karya seni lukis “Pasren” seperti pada tabel IV.4 di atas, kemudian diamati, diperbandingkan dan dianalisis kembali, maka setelah dilakukan penafsiran-penafsiran terhadap unsur-unsur perbedaannya, menunjukkan adanya hubungan konsep penciptaan antara karya lukis yang satu dengan yang lainnya. Hubungan konsep itu membentuk tiga titik yang saling berkaitan, baik secara horizontal maupun vertikal. Agar menjadi sebuah konsep temuan dalam penelitian ini, maka konsep hubungan titik itu dapat disebut dengan istilah trilogifiguratif .

4.3.4.1 Konsep

Trilogifiguratif Istilah trilogifiguratif terbentuk dari dua kata, yakni trilogi dan figuratif . Dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan Purwadarminta 2001: 1211 trilogi berarti tiga hal atau satuan yang bertaut dan saling bergantung. Kata „hal‟ berarti sesuatu yang terjadi, keadaan, peristiwa, perkara urusan sebab, tentang atau mengenai. Sementara kata figuratif Purwadarminta, 2001: 316 merupakan kata yang bersifat perlambang atau kiasan. Dengan demikian trilogifiguratif adalah tiga hal atau satuan yang saling bertautan dan saling bergantung satu sama lain yang menjadi lambang, maka dapat disebut juga “tiga satuan lambang” untuk mengkiaskan tiga hal atau satuan tersebut. Dalam konteks penafsiran hasil analisis dalam penelitian ini, kata „hal‟ atau „satuan‟ bisa dimaknai sebagai konsep pemikiran, ideologi, dan filosofis yang termanisfestasikan ke dalam wujud keberagaman karya seni lukis “Pasren”. Dengan menggunakan konsep trilogifiguratif ini selalu dapat ditemukan tiga titik hubungan yang saling berkaitan pada setiap karya seni lukis, baik yang bergaya commit to user 316 Realis, Naturalis, Kubistis maupun Abstrak sekalipun. Untuk menentukan di mana letak titik-titik itu berada, dibutuhkan kepekaan estetis pada setiap pengamatnya. Setelah dilakukan analisis terhadap beberapa karya seni lukis “Pasren” yang berbeda selalu ditemukan tiga titik hubungan tersebut yang terletak pada permukaan lukisan itu. Dari ketiga titik itu jika ditarik garis lurus tentu saja akan menghasilkan bentuk bidang segitiga tak beraturan dua dimensi yang di sebut konsep tiga titik trimandala . Namun, bentuk segitiga pada setiap karya lukis yang satu dengan yang lain selalu berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan bentuk segitiga yang terdapat di dalam setiap lukisan “Pasren” tersebut didasarkan pencarian atau analisis bebas. Tidak menutup kemungkinan dalam menentukan tiga titik pada sebuah lukisan oleh setiap orang pengamat berbeda-beda sesuai dengan kepekaan estetisnya masing- masing. Dengan demikian, hal itu menunjukkan adanya keperbedaan di dalam keragaman pada setiap karya seni lukis “Pasren” memiliki makna dinamis, karena hampir setiap karya menganut komposisi diagonal. Untuk lebih jelasnya seperti tampak pada gambar berikut ini. Gambar IV. Contoh Analisis Konsep Tiga Titik Trimandala pada Corak dan Gaya Seni l ukis “Pasren” commit to user 317 Trimandala atau bentuk bidang segitiga horizontal di atas, apabila setiap titik ditarik garis ke tengah akan membentuk titik poros. Dari titik poros yang terletak di tengah bidang segitiga tersebut apabila ditarik garis poros tegak lurus vertikal ke atas, maka akan menghasilkan satu titik lagi di atas. Apabila dari ketiga titik di bagian alas bawah masing-masing ditarik ke satu titik di atas tadi, maka bisa menghasilkan susunan tiga buah bidang segitiga ke atas yang disebut triloka . Berdasarkan rangkaian bidang-bidang segitiga horizontal dan vertikal tersebut dapat membentuk bangun geometri tiga dimensi berupa limas segitiga tak beraturan, seperti tampak pada gambar berikut ini. T • • B B • T A • • C •C a trimandala horizontal A • b Triloka vertikal Keterangan : A, B, C : titik- titik “hal” satuan pemikiran, ideologi dan filosofis T : titik puncak poros Tuhan : garis korelasi antar titik “hal” tampak mata : garis korelasi antar titik “hal” tidak tampak mata : garis poros korelasi antar titik “hal” tidak tampak mata Gambar IV.32 Proses Pembentukan Konsep Triloka commit to user 318 Pembentukan limas segitiga di atas merupakan hasil penafsiran struktur luar survace stucture dan sutruktur dalam deep structure . Struktur luar adalah relasi- relasi antar unsur yang dapat dibuat atau dibangun berdasarkan atas ciri-ciri luar atau ciri-ciri empiris dari relasi-relasi titik tersebut. Sementara struktur dalam adalah suatu susunan yang dibangun berdasarkan atas struktur luar yang telah berhasil dibuat Ahimsa-Putra, 2006: 60-61. Dengan demikian, limas segitiga itu terbentuk setelah menganalisis dan menafsirkan ciri-ciri luar, misalnya objek-objek atau unsur-unsur seni rupa yang terdapat pada setiap karya lukis “Pasren” kemudian mencari relasi- relasinya sehingga dapat membentuk limas tiga. Namun demikian, sesuai hakikat struktur luar, limas segitiga yang dibentuk di atas tidak akan memiliki makna apa-apa atau hanya sekedar bangun tanpa makna nirmana kalau tidak dilakukan pemaknaan di balik struktur luar limas segitiga tersebut. Oleh karena itu, apabila struktur limas segitiga dianggap sebuah lambang atau simbol, maka untuk mengetahui makna struktur dalamnya dibutuhkan teori tafsir.

4.3.4.2 Penafsiran Makna Konsep