Sekitar Organisasi “Pasren” Gambaran Umum Kehidupan Sosial-Budaya Masyarakat Klaten .1 Profil Kabupaten Klaten

commit to user 183 organisasi ini berupaya menjalin silaturohim dan membantu permasalahan yang dihadapi anggota organisasi. Secara eksternal, organisasi ini memberikan sumbangan pemikiran, bertindak sebagai pemrakarsa, dan pelaksana berbagai aktivitas berkesenian di Kabupaten Klaten. Gambar IV.6 Patung Ki Nartosabdo Alm. Dalang Kondang Sebagai Simbol Figur Budaya Klaten Sumber: BPS Kab. Klaten, 2011

4.1.6 Sekitar Organisasi “Pasren”

Beberapa temuan umum sekitar “Pasren” merupakan organisasi-organisasi seni rupa. Berdasarkan data-data yang didapatkan di lapangan, ada sebagian organisasi yang terkait dengan “Pasren”dan ada pula yang tidak terkait. Adapun organisasi seni rupa yang dimaksud antara lain: 1 Ketika mendatangi sekretariat “Pasren” di Jalan commit to user 184 Cemara No. 14 Klaten, di depan atas pintu terpampang tulisan komisariat wilayah “Sanggar Bambu” Jogyakarta. Menurut Ansori Ketua “Pasren”, bahwa tidak ada hubungan secara langsung antara Sanggar Bambu dengan “Pasren”, namun sebagian pengurus Sanggar Bambu tidak jarang datang ke sekretariat “Pasren” untuk berdialog membicarakan perkembangan seni rupa atau senu lukis. Begitu juga, sebagian anggota “Pasren” ada yang ikut tergabung dalam keanggotaan Sanggar Bambu. Hal itu sesuai pengakuan Ansori, bahwa di samping menjabat ketua “Pasren”, sekaligus ditunjuk sebagai koodinator Sanggar Bambu untuk wilayah Klaten dalam menyampaikan segala informasi kegiatan, termasuk keikutsertaan anggota “Pasren” atau pelukis Klaten yang lain mengikuti pameran yang diselenggarakan Sanggar Bambu. 2 Berdasarkan temuan di Kantor Disbuparpora Kabupaten Klaten tahun 2011, ditemukan dua organisasi seni rupa. Pertama, yakni satu tahun sebelum berdirinya “Pasren”, tepatnya tahun 1990 telah berdiri organisasi seni lukis bernama “Nusa Barong” yang beralamat di Desa Jambu Kulon, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Setelah diadakan pendalaman data, ternyata organisasi seni lukis itu diketuai oleh Yanto KS yang tidak lain adalah salah satu tokoh pendiri “Pasren”. Kedua, adalah Kelompok “Alim” Atas limapuluh yang beralamat di Kelurahan Tonggalan, Kecamatan Klaten Tengah. Organisasi ini beranggotakan para pelukis yang memiliki umur di atas 50 tahun yang sampai saat ini masih diketuai oleh M. Ismail. Secara organisatoris antara “Pasren” dengan “Alim” tidak ada hubungan langsung, hanya anggota “Alim” sekaligus sebagai anggota “Pasren” di kalangan pelukis tua. Kerjasama kedua organisasi ini adalah dalam bentuk kegiatan pameran maupun commit to user 185 penyelenggaraan lomba-lomba lukis, misalnya terutama dalam kepanitiaan sangat erat sekali. Hal ini terlihat pada katalog-katalog pameran, yang diselenggarakan oleh “Pasren” selalu tercantum nama-nama anggota “Alim” sebagai penasihat atau sesepuh. Temuan berikutnya adalah 3 “Pasermanis” Paguyuban Seni Rupawan Manisrenggo. Menurut Ansori, “Pasermanis” adalah organisasi seni rupa yang merupakan anak cabang dari “Pasren” dan dikelola oleh Umarsidi dan Sutrasno. Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk menghimpun perupa atau pelukis yang berdomisili di Kecamatan Manisrenggo Klaten. Kegiatannya adalah berupaya mengembangkan kesenirupaan dan sekaligus sebagai penghubung informasi kegiatan yang di selenggarakan “Pasren”. 4 Di tempat yang lain, tepatnya di Kampung Belang Wetan, Kecamatan Klaten Utara terdapat sebuah galeri seni Wayang Beber yang didirikan dan diketuai oleh M.Ng. Musyafik Prasetya. Beliau adalah seorang pelukis dan dalang wayang beber kontemporer. Organisasi ini tidak ada hubungan langsung dengan “Pasren”, namun ketuanya termasuk sebagai anggota “Pasren” di kalangan senior. Kegiatannya adalah membuat dan menyelenggarakan pergelaran wayang beber, baik bersamaan dengan pameran seni lukis “Pasren” maupun diundang secara khusus. Dengan demikian galeri seni wayang beber ini dapat memperkaya kegiatan “Pasren” dan secara tidak langsung sekaligus untuk menambah ters ebarnya keberadaan “Pasren” di kalangan luas. Temuan ke 5 adalah “Pasren Junior”. Secara organisatoris, “Pasren Junior” ini mendapat pembinaan langsung dari “Pasren” demi meningkatkan kreativitas lukis anak dan pelajar di kabupaten Klaten. Di samping itu , “Pasren Junior” didirikan commit to user 186 bertujuan untuk menggali potensi dan minat anak untuk meggemari seni lukis sebagai bentuk ungkapan gagasan anak. Artinya, seni lukis dapat dijadikan bentuk kompensasi positif agar anak dan pelajar tidak tergelincir pada perbuatan-perbuatan tercela. Penjaringan anggota yang dilakukan “Pasren” adalah dengan menyelenggarakan lomba lukis anak dan pelajar. Dari banyak karya hasil lomba itu kemudian dipamerkan dan ditentukan pemenangnya. Setelah diadakan presentasi tentang pentingnya anak berkarya seni lukis kepada orang tua anak, maka pada saat itu juga para peserta lomba disodori blanko pendaftaran bagi yang berminat. Menurut Ansori, sampai saat ini anak- anak yang tergabung dalam “Pasren Junior” tercatat lebih dari 30 anak yang terdir i dari anak pelukis anggota “Pasren” dan anak-anak pelajar pada umumnya. Di samping mendapat bimbingan dari pihak “Pasren”, ada sebagian anak anggota “Pasren Junior” sebenarnya juga mendapatkan bimbingan dari pihak-pihak lain. Sebagaimana yang diakui oleh salah satu anggota “Pasren Junior” bernama Miftakhul Jannah 16 tahun, mengatakan: “Saya sebenarnya sebelum ikut bergabung ke dalam “Pasren”, saya telah mengikuti les seni lukis di Global Art satu kali dalam seminggu dan di Suket Art di bawah asuhan pak Andi” Miftakhul Jannah, Wawancara: Sabtu, 28 Januari 2012. Terlepas siapa yang memberikan bimbingan pada anak- anak anggota “Pasren Junior” tersebut, setidaknya organisasi kecil ini dapat dijadikan upaya penggenerasian keberadaan “Pasren” di masa yang akan datang. 6 Merupakan temuan yang paling unik, yaitu Ibnu Wibowo yang pada uraian sebelumnya disebut sebagai salah satu tokoh pendiri “Pasren”, ternyata dia juga commit to user 187 mnekuni sebagai kolektor benda-benda antik kuno disamping juga masih aktif melukis. Benda-benda antik yang dikoleksinya cukup banyak dan beragam. Saking banyaknya, untuk masuk rumah kediamannya di jalan Veteran depan SPBU Pertamina, cukup susah dengan merunduk-runduk, karena mulai dari depan rumah sampai ke bagian belakang tertutup oleh benda-benda koleksinya. Kebanyakan benda koleksinya berupa perangkat instalasi rumah tradisional dan funiture , misalnya gebyog , rono penyekat ruangan, meja, kursi, almari, buffet dan lain-lain. Di samping itu, terdapat pula benda-benda antik lainnya, seperti lampu tradisioal, lampu kuno hias, keramik kuno, alat-alat rumah tangga kuno, dan sebagainya. Benda-benda koleksinya itu, diperolehnya dengan cara mendatangi ke pelosok- pelosok desa apabila ada informasi ada di desa itu. Di samping itu, tidak jarang ada yang diantarkan oleh pemiliknya sendiri. Berdasarkan pengakuan pemiliknya; Ibnu Wibowo Wawancara: Kamis, 19 Januari 2012 mengatakan, bahwa tujuan mengoleksi benda-benda antik itu sudah menjadi hobby sejak masih di sekolah dasar, kemudian berlanjut sampai sekarang ini. Tidak menutup kemungkinan benda-benda koleksinya itu dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Dari hasil penjualan itu, sebagian untuk menghidupi keluarganya dan sebagian lagi untuk membeli peralatan lukis. Diakuinya pula, bahwa ketika mendatangi pelosok-pelosok desa untuk berburu benda-benda antik tersebut, di balik itu dia dapat sekaligus mengamati suasana kehidupan sosial-budaya pedesaan yang nantinya dapat dijadikan sebagian dari objek lukisannya. commit to user 188

4.2 Aspek Keberagaman Karya S eni Lukis “Pasren”

Seperti telah diuraikan di atas, diferensiasi sosial-budaya yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat Klaten ternyata sangat mempengaruhi konsep penciptaan karya seni lukis “Pasren”. Berdasarkan pemilihan objek, warna, dan teknik yang ditampilkannya menunjukkan penampakan latar belakang ideologi, pemikiran dan filosofis pelukisnya. Dengan demikian, latar belakang keberagaman sosial-budaya yang didukung oleh ideologi, pemikiran dan filosofis pelukisnya sangat mewarnai keberagaman cor ak dan gaya seni lukis “Pasren”. Tampaknya corak dan gaya membentuk keberagaman simbol yang termanifestasikan melalui objek-objek karya seni lukis “Pasren”. Berdasarkan pengamatan dan penelitian terhadap karya-karya seni lukis “Pasren” ditemukan keunikan-keunikan yang melekat pada setiap karya pelukis “Pasren”.

4.2.1 Keberagaman Objek Lukisan Karya Pelukis “Pasren”

Dengan mengamati karya-karya seni lukis yang diciptakan para pelukis anggota “Pasren” menunjukkan bentuk objek yang beranekaragam. Keberagaman bentuk objek itu terdapat unsur kesamaan, kemiripan, dan perbedaan yang menjadi tanda atau simbol ungkapan perasaan para pelukis “Pasren” masing-masing. Sebagian besar kesamaan bentuk adalah objek pemandangan alam. Misalnya, lukisan naturalisme hasil karya Joko SP 47 th yang berjudul “Pemadangan Alam di Kaki Merbabu ” 2005 memberikan tanda keindahan alam dan sebagai simbol kecintaannya terhadap alam semesta ciptaan Allah. Lukisan karya Umarsidi 39 th