Kehidupan Perdagangan Kehidupan Adat-Istiadat

commit to user 160 murid Taman Kanak-kanak TK sebanyak 30.036 siswa yang dididik oleh 2.812 orang guru TK. Untuk Tingkat Sekolah Dasar SD muridnya berjumlah 120.342 siswa dengan jumlah guru SD 8.783 orang. Sementara jumlah siswa SMP mencapai 51.490 orang dengan jumlah pengajar sejumlah 4.107 orang guru. Demikian juga jumlah murid SMA atau yang sederajat berjumlah 41.496 orang siswa dan jumlah pengajarya 3.547 orang guru.

4.1.2.6 Kehidupan Perdagangan

Klaten adalah daerah yang letaknya amat strategis. Klaten tepat di tengah- tengah antara Jogya dan Sala, sehingga dengan demikian semua kendaraan yang akan menuju ke Semarang dan Surabaya mesti melalui Klaten. Hal ini mengakibatkan masyarakat Klaten suka bardagang. Barang- barang dagangannya yang berupa produk industri kerajinan lokal sampai bisa diekspor ke luar negeri. Sementara, barang-barang yang dibutuhkan oleh masyarakat Klaten dengan mudah diimpor, karena jarak antara kota-kota besar amat berdekatan. Hubungan tranportasi sangat mudah, karena kendaraan angkutan amat banyak. Dengan adanya komunikasi dan transportasi yang sangat mudah ini, maka barang dagangan yang berasal dari Klaten mendapat pasaran di beberapa tempat. Di sisi lain, dengan mudahnya komunikasi dalam perdagangan di Klaten, maka membawa dampak pesentuhan budaya dengan berbagai daerah. Dari persentuhan budaya ini, juga dapat mempengaruhi perilaku kehidupan adat- istiadat sehari-hari. commit to user 161

4.1.2.7 Kehidupan Adat-Istiadat

Adati-istiadat di daerah Klaten boleh dikatakan hampir sama dengan adat- istiadat di daerah lainnya di Jawa Tengah. Namun, karena Klaten merupakan daerah yang dekat dengan kraton Surakarta dan Jogyakarta, maka adat kraton tadi terlihat dalam beberapa segi. Seiring perkembangan jaman yang ditandai dengan berbaurnya kedua pengaruh kraton itu, saat ini sukar dibedakan lagi mana yang lebih dahulu mempengaruhinya. Untuk melihat gambaran umum adat-istiadat di daerah Klaten, dapat dicontohkan berikut ini. Seperti di daerah lainnya di Jawa Tengah, adat-istiadat perkawinan di Klaten misalnya, adanya bentuk pertunangan sebelum dilangsungkan pernikahan. Sebelum pertunangan diawali dengan acara peminangan. Peminangan biasanya dilakukan oleh orang tua pemuda, ataupun wali lainnya. Didalam peminangan ini biasanya disaksikan oleh keluarga pihak perempuan dan beberapa sesepuh lainnya sebagai pihak yang menerima rembug . Sering pula di dalam peminangan itu oleh pihak keluarga pemuda menentukan saat petunangan maupun hari perkawinannya. Namun, apabila saat itu tidak ditentukan, maka barang tentu akan ditentukan di kemudian hari. Dampak dari peminangan adalah menciptakan kewajiban bagi kedua belah pihak; si gadis dan pemuda untuk mentaati suatu kewajiban positif di dalam persoalan sehari-harinya. Si gadis dan pemuda sudah mulai membatasi dirinya sendiri di dalam pergaulan bebas. Apabila hari perkawinan sudah dekat, keluarga atau orang tua pemuda menyerahkan baik uang atau pun barang-barang kepada keluarga perempuan. Uang yang diserahkan itu dimaksudkan sebagai biaya atau commit to user 162 tambahan biaya keperluan perkawinan. Sementara barang-barang yang khusus untuk calon penagantin putri adalah merupakan bnrang maskawin. Penyerahan uang dan barang-barang maskawin itu biasa disebut asok limah, walimah, srono, maskawin , atau asok tukon. Sesuai dengan perkawinan menurut hukum Islam, maka akad nikah terjadi antara pengantin laki-laki dan pengantin wanita. Setelah dilaksanakan akad nikah, maka barulah dilaksanakan pesta perkawinan. Pada waktu pesta perkawinan ini, upacara dimulai dengan saa t “temu” bertemu antara pengantin pria dan wanita. Pengantin pria datang dari tempat kediamannya atau pemondokannya dengan diiringi oleh sanak keluarga dan handai taulannya. Pada saat itu juga kedua pengantin saling lempar-melempar daun sirih. Kemudian pengantin puteri membasuh kaki pengantin pria yang habis untuk menginjak telur. Akhirnya, kedua pengantin duduk bersanding di pelaminan agar dapat disaksikan seluruh tamu dan undangan yang hadir. Contoh adat-istiadat yang berhubungan dengan keluarga baru sepasang pengantin adalah adat waris. Adat waris di Klaten menganut hukum warisan masyarakat bilateral Jawa. Berdasarkan hukum waris adat Jawa tradisional, maka pada dasarnya semua anak, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama. Hak sama itu mengandung hak untuk diperlakukan sama oleh orang tuanya di dalam proses meneruskan harta bendanya. Perbedaan agama tidak menjadi persoalan dan begitu pula siapa yang lahir lebih dahulu. Artinya, semua anak dengan haknya sama; tidak memandang laki-laki atau perempuan, lahir dahulu atau kemudian serta tak memandang agamanya mempunyai hak yang sama. atas harta peninggalan kedua orang tuanya. commit to user 163 Seperti kita ketahui, hukum pewarisan adat Jawa merupakan proses meneruskan dan memidahkan hak atas barang-barang harta keluarganya kepada anak-anaknya selagi masih hidup. Biasanya ketika seorang anak telah dewasa dan cakap bekerja, maka ayahnya memberi atau memindahkan hak sebidang tanah atau barang-barang lainnya yang merupakan milik pribadinya untuk menjadi dasar material bagi penghidupannya. Cara pemberian mutlak tersebut di atas bersifat suatu pewarisan atau pengalihan harta benda di dalam lingkungan keluarga, bukan suatu perjanjian jual-beli. Baik anak laki-laki maupun perempuan yang telah berkeluarga dan meninggalkan kedua orang tuanya, tidak akan mampengaruhi harta peninggalan yang belum dibagi-bagi itu, karena pada masa hidup orang tuanya telah mendapat bagian. Begitu juga harta peninggalan harta itu masih dipengunakan sebagai dasar nafkah ibu dan ndik-adiknya. Dengan adanya dasar pembagian harta warisan yang seimbang antara anak laki-laki den anak perempunn, maka hukum waris di daerah Klaten telah merintis tujuan dari Lumbaga Pembinaan Hukum Nasional dalam usaha-usaha ke arah homoginitas hukum - dalam kewarisan dan kekeluargaan menurut sistem parental.. Namun, pada kenyataannya masih banyak juga di daerah Klaten yang mem pergunakan sistem kekeluargaan yang patriakat, baik didalam hukum perkawinan maupun hukum warisnya. Hal ini mengakibatkan, bahwa kekuasaan orang laki-laki lebih besar daripada kekuasaan seorang wanita. Oleh karena itu, dapat digambarkan ,bahwa setelah perkawinan, isteri selalu mengikuti suami. Dalam hal ini mempunyai suatu akibat bahwa suami adalah kepala rumah tangga. Demikian juga hukum warisnya sering didengar istilah sepikul commit to user 164 segendongan . Maksudnya, bahwa anak laki-laki mewarisi barang-barang warisan sebesar dua bagian, sedang anak-anak perempuan mewaris satu bagian.

4.1.3 Peninggalan-peninggalan Kebudayaan