commit to user
318
Pembentukan limas segitiga di atas merupakan hasil penafsiran struktur luar
survace stucture
dan sutruktur dalam
deep structure
. Struktur luar adalah relasi- relasi antar unsur yang dapat dibuat atau dibangun berdasarkan atas ciri-ciri luar atau
ciri-ciri empiris dari relasi-relasi titik tersebut. Sementara struktur dalam adalah suatu susunan yang dibangun berdasarkan atas struktur luar yang telah berhasil dibuat
Ahimsa-Putra, 2006: 60-61. Dengan demikian, limas segitiga itu terbentuk setelah menganalisis dan menafsirkan ciri-ciri luar, misalnya objek-objek atau unsur-unsur
seni rupa yang terdapat pada setiap karya lukis “Pasren” kemudian mencari relasi- relasinya sehingga dapat membentuk limas tiga.
Namun demikian, sesuai hakikat struktur luar, limas segitiga yang dibentuk di atas tidak akan memiliki makna apa-apa atau hanya sekedar bangun tanpa makna
nirmana
kalau tidak dilakukan pemaknaan di balik struktur luar limas segitiga tersebut. Oleh karena itu, apabila struktur limas segitiga dianggap sebuah lambang
atau simbol, maka untuk mengetahui makna struktur dalamnya dibutuhkan teori tafsir.
4.3.4.2 Penafsiran Makna Konsep
Trilogifiguratif
Sebelum menyampaikan makna
trilogifiguratif
lebih mendalam mengenai keberagaman karya seni lukis “Pasren” baik dari sisi makna ma‟
rifat
, makna kehidupan dan makna sosial budaya, terlebih dahulu menempatkan limas segitiga
seperti pada gambar IV.32 di atas merupakan konsep
trilogifiguratif
yang berupa bidang segitiga dua dimensi horizontal dan tiga dimensi vertikal sebagai lambang
atau simbol
trihitakarana.
commit to user
319
Menurut I Wayan Pasek 46 th; seorang pemandu wisata budaya di Denpasar Bali, istilah
trihitakarana
berasal dari kata
tri
yang berarti tiga dan
hita
artinya hubungan dan
karana
berarti keselarasan atau keharmonisan. Jadi
trihitakarana
berarti tiga hubungan keselarasan atau keharmonisan. Dijelaskannya, bahwa yang dimaksud tiga hubungan keselarasan adalah hubungan manusia dengan manusia,
manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan Tuhan. Penerapan
trihitakarana
akan terwujud ketika manusia bisa menjalin hubungan dengan baik dengan sesamanya, baik dalam konteks agama maupun social-budaya. Dengan kata lain,
dapat mewujudkan toleransi yang mencegah adanya konflik horizontal atau vertikal. Perwujudan hubungan keharmonisan dengan alam semesta ketika manusia dapat
menjaga kelestarian alam, yakni tidak mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebih-lebihan misalnya menebang hutan secara liar yang bisa menyebabkan
kekurangan kandungan air yang tersimpan. Sumber air tanah dan bahaya banjir. Melakukan penebangan liar yang berlebihan yang dapat menyebabkan bencana alam,
tanah longsor, keluarnya gas beracun, lumpur Lapindo dan lain-lain. Demikian juga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan dapat terwujud melalui rasa
kesadaran, bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan mempunyai kewajiban beribadah kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
I Wayan Pasek, Wawancara: Kamis, 5 Juli 2012.
Dengan demikian, secara garis besar bentuk bidang segitiga bagian alas limas merupakan simbol kehidupan masyarakat, yakni hubungan secara horizontal
mendatar atau kesejajaran
habluminannas
dan hubungannya dengan alam atau makhluk lain
ma‟rifatullah. Sementara bidang-bidang segitiga vertikal ke atas
commit to user
320
yang disatukan oleh garis poros merupakan simbol hubungan antara manusia dengan Tuhan
habluminallah
. Berdasarkan uraian tersebut, untuk lebih memperjelas alur penafsiran makna konsep
trilogifiguratif
, maka dapat dibuat bagan berikut ini.
Gambar IV.33 Bagan Alur Penafsiran Makna
Trilogifiguratif
Berdasarkan bagan penafsiran makna konsep
trilogifiguratif
itu, maka dapat ditafsirkan sebuah korelasi antara tiga makna terhadap keragaman karya seni lukis
“Pasren”, yakni makna ma‟rifat, makna kehidupan, dan makna sosial-budaya dengan latar belakang konsep penciptaan seni lukis “Pasren” yang terdiri dari tiga hal, yakni
latar belakang pemikiran, ideologi dan filosofi yang berpusat pada
dzat Ghoib
Allah. Untuk memperjelas pemahaman penafsiran itu, dapat ditampilkan melalui tabel berikut ini.
Konsep
Trilogifiguratif
Tiga Satuan Lambang
Trimandala
Dua Dimensi
Triloka
Tiga Dimensi
Trihitakarana
Tiga Hubungan Keselarasan
Manusia Manusia
Habluminannas
Manusia Alam
Ma‟rifatullah Manusia
Tuhan
Habluminallah
commit to user
321
Tabel IV.5 Korelasi Makna dalam Konsep
Trilogifiguratif
Zat yang Ghoib Allah SWT
Makna Perbedan
Hal Satuan
Ma’rifat Kehidupan
Sosial-Budaya
Pemikiran Ide gagasan
Seni Ilmu
Ekonomi Berkarya
Ekspresi Belajar
Penelitian, kerja keras
Kemanfaatan Apresiasi
Manfaat ilmiah Kekayaan, strata sosial-
ekonomi
Ideologi KeagamaanReligi
Budaya Ekonomi
Kekuasaan Upacara ritual
Adat-istiadat Sistem dagang
Sistem pemerintahan
Toleransi kepedulian Kemasyarakatankearifan
local
local genius
Kerakyatan Kesejahteraan rakyat
Filosofis Lahir
Penciptaan Brahma
Hakikat
Pracoyo
Cipta Hidup
Pemeliharaan Wisnu
Syariat
Mituhu
Karsa Mati
Perusak siswa
Tareat
Eling
Rasa
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa semua hal atau satuan mengenai latar belakang pemikiran, ideologi, dan filosofis dapat dimaknai menurut
makna ma‟rifat, makna kehidupan dan makna sosial-budaya. Sebagai contoh, sebuah
pemikiran manusia yang masih berbentuk ide, gagasan, seni, ilmu, maupun ekonomi senantiasa dapat dimakani secara
ma‟rifat. Dengan ide atau gagasan yang didasarkan pada makna
ma‟rifat, seorang manusia atau seniman ketika akan menciptakan sebuah karya seni senantiasa berkarya atau mengekspresikan perikehidupannya sebagai
wujud rasa kekaguman atau kecintaannya terhadap keindahan alam semesta ciptaan Tuhan. Disamping itu, mulai dari proses penciptaan sampai menjadi sebuah lukisan
commit to user
322
juga berorientasi pada kepentingan apresiasi pengamatnya agar mendapatkan kemanfaatan berupa nilai-nilai sosial budaya.
Apabila dia seorang ilmuan, maka dalam hidupnya akan senantiasa melakukan pembelajaran atau penelitian sesuai dengan kaidah keilmuan dengan jujur dan tidak
melakukan pencurian tulisan orang lain plagiat dan objek penelitian pun diorientasikan pada kepeduliannya terhadap pelestarian lingkungan alam dan hasil
penelitiannya juga bernilai guna bagi kehidupan sosial-budaya di masyarakat. Demikian juga pemikiran seorang ahli ekonomi atau seorang pengusaha di dalam
aktivitas perdagangan, dia akan bekerja keras juga didasarkan atas kepedulian terhadap sumber daya manusia SDM dan kelestarian sumber daya alam SDA.
Dari segi kepedulian terhadap SDM, seorang ekonom atau pengusaha pemodal besar dalam mendesain dan melakukan kegiatan ekonominya atau usahanya, dia akan
berorientasi pada pemberdayaan tenaga kerja secara manusiawi, yakni tidak memonopoli ekonomi pengusaha kecil dan menempatkan buruh-buruhnya sebagai
mitrakerja, bukan sekedar tenaga kerja yang dapat diperas tenaganya, tanpa memikirkan peningkatan kesejahteraan dan hal lain yang menjadi hak-haknya.
Sementara dari segi kepedulian lingkungan, seorang pengusaha senantiasa turut serta ikut melestarikan SDA, misalnya tidak mengeksploitasi secara besar-besaran hasil
tambang, hutan, lahan pertanian, yang dapat berdampak pada kerusakan alam. Dengan demikian akan terciptanya keselarasan hubungan sosial-budaya dalam
kehidupan masyarakat, sehingga dapat menekan munculnya strata ekonomi yang tidak seimbang atau kesenjangan ekonomi antara kelas atas yang dikuasai oleh
commit to user
323
golongan kapitalis dan ekonomi kelas bawah yang mayoritas mendera golongan buruh atau rakyat kecil.
Penafsiran selanjutnya adalah perihal ideologi. Sebagaimana sebuah pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka ideologi juga memiliki tiga makna simbolis.
Berdasarkan tabel diatas, ideologi secara ma‟rifat dapat melahirkan beberapa
pemaknaan simbolis, seperti ma‟rifat keagamaan religi, budaya, ekonomi dan
kekuasaan. Ideologi keagamaan religi secara ma‟rifat seseorang dalam
kehidupannya akan senantiasa melakukan sistem keagamaan yang dianutnya, misalnya seorang penganut Hindu, mereka akan melakukan serangkaian acara ritual
berupa seperangkat sesajen pada suatu tempat atau pura diringi membaca mantra- mantra sebagai wujud syukur dan penghormatan kepada para Dewa atas penciptaan
atau pemeliharaan alam semesta dan terhindarnya dari mara bahaya I Wayan Pasek, Wawancara: Kamis, 5 Juli 2012.
Sementara bagi umat Katholik, untuk mensyukuri atas keselamatan manusia dan alam semesta mereka melakukan upacara
misa
yang dipimpin oleh seorang pastur sebagai wujud penghormatan dan pemujaannya kepada Yesus Krtistus yang
dianggapnya sebagai juru selamat dunia Lestariningsih, Wawancara: Sabtu, 16 Juni 2012. Berbeda dengan umat Hindu, Buddha, Katholik dan lain-lain, penganut
Agama Islam dalam mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah SWT berupa kesejahteraan yang berasal dari alam semesta, senantiasa melakukan ibadah sesuai
syariat seperti yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW yang berdasarkan kitab suci Al-Quran yakni berupa lima rukun Islam, yakni mengucapkan dua kalimat
syahadat,
ashadualaa illahaa illallah waashadu anna muhammadar rasulullah
,
commit to user
324
melaksanakan sholat lima waktu sehari-semalam, menunaikan zakat, menahan lapar puasa Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Masing-masing
rukun Islam itu diatur menurut syariat dan semuanya harus senantiasa terimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari perbedaan syariat atau cara dalam menjalankan peribadatan setiap umat beragama dalam pemaknaan ideologi keagamaan religi, semua agama
akan berpengaruh dalam kehidupan sosial-budaya di masyarakat, baik dari segi toleransi antar umat beragama dan kepeduliaan sosial untuk saling membantu dalam
hal perikemanusiaan. Nilai-nilai keagamaan yang dijamin oleh adanya rasa iman kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas tercipta dan pemeliharaan semesta alam akan
membentuk ideologi budaya, ekonomi dan kekuasaan yang berbasis makrifat agamanya pula. Ideologi budaya, secara
ma‟rifat memiliki makna perwujudan dari perilaku manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan berupa adat istiadat suatu
masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, setiap adat-istiadat suatu masyarakat tertentu akan bersentuhan antara agama dan budaya manusia, tinggal kadar persentuhannya yang
berbeda tingkatannya. Adat-istiadat yang berbasis budaya sehingga nilai agama tidak begitu kentara atau melebur menjadi budaya seperti budaya kraton Solo dan Jogja.
Ada pula ada istiadat yang berbasis agama, maka yang tampak adalah budaya bernuansa agama seperti budaya Melayu, Mingkabau Sumatra Barat, budaya
Betawi dan lain-lain. Namun demikian, baik adat-istiadat yang berbasis budaya mapun agama akan memberikan ciri khasnya masing-masing dan menjadi tata nilai
kebaikan dan menjadi panutan masyarakat itu dalam melangsungkan kehidupannya.
commit to user
325
Sehingga bisa menjadi kebanggaan masyarakat setempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Kebaikan inilah yang biasa disebut dengan kearifan local
local genius
. Berdasarkan nilai-nilai kebaikan dari kearifan lokal, tentunya dapat pula
melahirkan sistem ekonomi atau perdagangan yang berbasis pada SDA ditempat tertentu. Misalnya perdangan kopra yang dimiliki oleh masyarakat di Sulawesi akan
berdampak ketersediaan kebutuhan minyak kelapa pada masyarakat lain di Indonesia. Rumah makan Padang di Sumatra barat bisa memberikan pengaruh pada
perkembangan perdagangan kuliner yang bercirikan kedaerahan di Indonesia dan sebagainya.
Dengan demikian secara ma‟rifat dalam kehidupan ekonomi masyarakat akan
mengikuti sistem perdagangan yang telah menjadi kesepakatan bersama antara pedagang karena secara tidak langsung para pedagang memiliki rasa keimanan
berdasarkan agamanya masing-masing yang mengedepankan kejujuran. Artinya, sistem ekonomi yang berideologi
ma‟rifat akan berlangsung dengan kebersamaan yang saling menguntungkan antara pemilik modal besar dengan pedagang kecil.
Dengan kata lain, ekonomi sistem ma‟rifat merupakan basis ekonomi kerakyatan
dengan kekuatan ekonomi kerakyatan semacam itu secara tidak langsung dapat menekan tumbuhnya sistem ekonomi kapitalis yang hanya menguntungkan pada
segelintir pemilik modal besar saja. Oleh karena itu, untuk mewujudkan sistem ekonimi kerakyatan yang berideologi
ma‟rifat dibutuhkan sistem pemerintahan yang dikelola oleh pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuasaan yang didasarkan pada
ma‟rifat pula. Seorang pemimpin yang memiliki ideologi kema‟rifatan dalam sistem pemerintahannya akan menjalankan amanah yang diberikan oleh rakyatnya. Artinya,
commit to user
326
seorang pemimpin yang berideologi ma‟rifat di dalam alam pikirannya senantiasa
ingin mensejahterakan kehidupan seluruh rakyatnya secara merata dan berimbang. Untuk mensejahterakan rakyatnya tersebut, maka dalam mengimplementasikan
perikehidupan bagi rakyatnya akan membuat suatu keputusan-keputusan yang diberlakukan senantiasa memberikan kesempatan pada rakyatnya untuk melakukan
kegiatan ekonomi, sosial dan budaya secara wajar dan menjamin keamanannya. Dengan jaminan keamanan tersebut, seorang pemimpin atau pemerintah justru akan
menerima dukungan
timbal-balik dari
rakyatnya untuk
memperkuat kepemimpinannya. Dalam arti lain, rakyat akan merasa nyaman dengan keputusan-
keputusan pemerintah dalam menjalankan kehidupannya sendiri dan bersama dengan sesamanya yang dilandasi filosifi kegotong royongan.
Secara filosofi ma‟rifat, manusia pada kodratnya memiliki proses kehidupan,
yakni lahir, hidup dan mati. Ketiga proses kehidupan itu bisa dimaknai dengan dua pengertian, pertama sebagai proses kehadiran di dunia, yakni lahir sebagai bayi,
tumbuh sehat sehingga dapat menjalani proses perjalanan hidup sampai akhirnya mati meninggalkan kehidupannya di dunia. Pengertian kedua adalah sebagai proses
kehadiran sebuah karya manusia, misalnya sebuah karya lukis akan lahir dari pemikiran dan ideologi seorang seniman. Lukisan itu akan “hidup” ketika diamati
dengan berbagai penafsiran setiap orang yang melihatnya. Pada akhirnya, lukisan itu menjadi tidak berarti apa-
apa, “mati” seiring dengan ditinggalkannya oleh pengamatnya dan ditinggal mati oleh pelukisnya.
Menurut keyakinan agama Hindu, dewa Brahma memiliki kekuasaan mencipta. Penciptaan yang dimaksud dapat berlangsung terus menerus selama kehidupan
commit to user
327
manusia masih berlangsung. Ketika seorang bayi diasuh dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya, pada saat itulah dewa Wisnu
menitis
kekuasaan-Nya pada kedua orang tua bayi itu menjadi “pemelihara”. Namun, ketika orang tua tidak dapat menjalankan
tugasnya sebagai “pemelihara” anak-anaknya, maka pada saat itulah dewa Siwa menguasai diri mereka yang cenderung mencelakakan atau bahkan ada yang
membunuh anaknya sendiri. Contoh sifat “Kesiwaan” yang lain adalah berupa kasus- kasus kejahatan yang dilakukan sebagian manusia seperti, penganiayaan, perkosaan,
pembunuhan dan lain-lain yang semua itu merupakan nafsu angkara murka. Dwi Lestari, Wawancara: Kamis, 7 Juni 2012 dengan demikian agar kehidupan di dunia
ini menjadi baik dan bermakna, maka perlu adanya hubungan harmonis antara cipta, rasa, dan karsa manusia dalam berkehendak dan berkarya.
Sementara dalam keyakinan agama Islam memaknai filosofis lahir, hidup, dan mati sebagai tataran perjalanan hidup menuju pada sang pencipta Allah SWT melalui
tiga jalan ke ma‟rifatan, yakni
hakikat, sya riat dan tariqat
. Dalam bahasa Arab,
hakikat
artinya kebenaran atau kenyataan asal Rummi , 2007: 57 dalam konteks makna
ma‟rifat, seorang manusia lahir di dunia pada hakikatnya sebuah kenyataan asal yang sebenar-benarnya dari Allah SWT tidak diragukan lagi. Kemudian seorang
manusia yang lahir tersebut akan senantiasa mencari sebuah kebenaran hakiki, sebagai konsekuensi lahirnya sebuah kebenaran-Nya. Maka,
hakikat
dapat dikatakan sebagai tujuan akhir dari dalam menempuh kehidupan setelah melalui proses
kelahiran; apa itu hidup, untuk apa hidup dan bagaimana hidup. Dengan begitu manusia terlahir didunia akan senantiasa melakukan amalan kehidupan sesuai
sya riat
agama Islam. Kata
sya riat
secara leteral Arab berarti jalan ke mata air. Istilah itu
commit to user
328
digunakan dalam al-Quran untuk menyebut keseluruhan ajaran agama Islam yang diwahyukan kepada rasulullah Muhammad SAW. Dalam istilah lain adalah
fiqh
yang berupa amalan kehidupan misalnya
wudlu
, mandi,
sholat
, puasa, zakat, hukum waris, perkawinan,
muamalat
dan sebagainya Rummi, 2007: 48. Berdasarkan amalan kehidupan itu dapat menjadi jalan pada terjalinnya
hubungan harmonis, baik secara vertikal kepada Tuhan sebagai penguasa alam semesta dan secara horizontal hubungannya dengan sesama manusia dan dengan
alam. Jalan menuju keharmonisan hubungan tersebut dalam tafsir Islam disebut
tariqat
atau tareat. Istilah
tariqat
berasal dari kata
thoriqoh
yang artinya jalan, metode atau cara Rummi. 2007: 53. Dalam lingkup
tasa wuf
,
tariqat
artinya jalan yang harus ditempuh oleh setiap calon sufi untuk mencapai tujuannya, yakni tempat
terdekat disisi Allah SWT. Sementara dalam kalangan muslim pada umumnya
tariqat
dimaknai sebagai suatu jalan menuju ke ma‟
rifat
an yang senantiasa mengaitkan setiap apa yang dilihatnya, setiap objek alam di jagat raya ini sebagai
wujud Tuhan. Dengan demikian, filosofi ke ma‟
rifat
an sebagaimana telah diuraikan di awal tidak ada pemisahan antara
syariat, tariat
dan
hakikat.
Kebersatuan ketiganya ini akan membawa pada kesempurnaan hidup manusia. Sementara
kesempurnaan hidup manusia dapat membawa dampak keharmonisan kehidupan beragama, berbudaya dan bermasyarakat. Dalam filosofi jawa disebut
trisila
seperti tercermin pada sikap hidup orang Jawa. Dalam serat
Sasongko Jati
tulisan R.T Hardjo Prakoso dan Tri Hardono Sumodihardjo,
trisila
merupakan pokok-pokok yang harus dilaksanakan setiap hari oleh semua umat manusia dan merupakan tiga
hal yang harus dituju oleh cipta, rasa dan karsa manusia di dalam menyembah Tuhan,
commit to user
329
yakni
pracoyo
percaya
mituhu
setia dan
eling
sadar. Kata
pracoyo
atau percaya ialah percaya terhadap
sukma sejati
atau utusan-Nya yang disebut
guru sejati
.
Mituhu
ialah setia dan selalu melaksanakan segala perintah-Nya yang disamapaikan melalui utusan-Nya. Akhirnya
eling
atau sadar ialah selalu berbakti kepada Tuhan yang
Mahatunggal
. Menurut ajaran Sunarto ini, Tuhan
Mahatunggal
adalah kesatuan dari tiga sifat yaitu
sukma ka welas
atau Allah Ta‟ala,
sukma sejati
atau untusan-Nya, dan
ruh suci
atau jiwa manusia sejati, ketiganya disebut
tripurusa.
commit to user
330
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian atau pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka dapat disimpulkan, bahwa perwujudan keperbedaan dalam keragaman karya seni lukis
“Pasren” yang dilatarbelakangi oleh diferensiasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Kabupaten Klaten memiliki makna tertentu. Diferensiasi sosial-budaya yang
melingkupi kehidupan para pelukis “Pasren” di Klaten tersebut dapat berpengaruh
dalam konsep berkarya yang melahirkan keragaman corak dan gaya hasil karya seni lukis. Corak dan gaya karya seni lukis tersebut dapat menjadi simbol komunikasi
budaya dan bahasa rupa antara pelukis dan pengamatnya. Terbukti eksistensi “Pasren” telah diakui oleh pemerintah daerah setempat sebagai organisasi kesenian
yang memiliki karakter kesenirupaan yang potensial. Setelah dilakukan analisis terhadap sejumlah hasil karya seni lukis “Pasren”
dapat diketahui adanya perbedaan-perbedaan proses dan teknik berkarya yang menyebabkan terjadinya keperbedaan corak dan gaya yang masing-masing memiliki
nilai estetis, struktur dan makna yang berbeda pula. Walaupun terjadi keperbedaan corak dan gaya, namun berdasarkan hasil pemaknaan terhadap karya seni lukis
“Pasren” menunjukkan terdapat keterkaitan dan kesamaan makna antara karya seni lukis yang satu dengan karya seni lukis yang lain.