Pemaknaan Seni Lukis dan Faktor Pengaruhnya

commit to user 102 dengan menggunakan satu model kajian saja. Kondisi-kondisi seperti itulah yang menuntut adanya upaya menggabungkan berbagai model atau metode, baik yang kuantitatif, kualitatif maupun artitstik. Jadi, pengkajian seni lukis tidak sebatas kajian historis saja, semiotis saja atau estetis saja, melainkan pengkajian seni lukis dapat dilakukan dengan pendekatan multidisiplin umtuk mendapatkan hasil kajian yang komprehensip, lebih luas dan bermakna. Model kajian multidisiplin dalam seni lukis umumnya telah lazim dipergunakan. Konsekuensinya juga menuntut penggunaan interdisiplin, multiteori, dan penggunaan multimetode. Meskipun beresiko cenderung tidak fokus pada topik bahasan dan bersifat generik, namun model ini banyak kalangan menilai paling bermakna, karena dapat memaparkan fenomena seni lukis atas beberapa fenomena yang lebih dinamis dan kaya.

2.4.3.2 Pemaknaan Seni Lukis dan Faktor Pengaruhnya

Memaknai sebuah karya seni lukis tidak bisa dipisahkan dengan pelukisnya. Pelukis sebagai seorang makhluk individu juga merupakan makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial-budaya. Dengan demikian, maka faktor lingkungan sosial-budaya merupakan salah satu faktor yang banyak mempengaruhi berjalannya proses kreatif seninya. Dharmawan 1988: 130 mengatakan, bahwa keadaan lingkungan sosial-budaya itu dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis, yakni lingkungan luar ekstrenal , lingkungan dalam internal dan lingkungan dalam-hakiki intrinsic internal environment . commit to user 103 Lingkungan luar , adalah sesuatu yang berada di luar lingkungan sosia l budaya seniman atau pelukis, dan merupakan jangkauan sehari-hari baginya. Pengaruh lingkungan luar ini sangat dit e nt uka n o le h pr ibad i se nima n at au pe lu k is it u se nd ir i serta cara kerja dan bagaimana mobilitas dari pekerjaannya. Berkaitan dengan pengaruh lingkungan luar tersebut, maka dapat dianalogikan, bahwa seorang pilot pesawat terbang yang sehari-hari biasa bepergian jauh dan me liha t beraneka ragam suku bangsa dan akt ivit as sosia l-buda yanya, namun belum tentu dia menerima pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan seorang pengajar geografi atau antropologi budaya. Pengajar geografi atau antropologi budaya bisa jad i dia menekuni lingkungan-lingkungan luar itu hanya dar i tulisan-tulisan at au alat aud io -visua l s a ja. Berbed a lag i seo rang penga jar se ni. Mu ngk in sa ja pe ng ha yat an s ang pengajar seni terhadap apa yang ditekuninya itu lebih mendalam dan hidup. Berdasarkan an alogi itu, maka seorang seniman atau pelukis memiliki keterkaitan lebih mendalam dengan lingkungan sosial-budaya masyarakatnya, karena seorang pelukis disamping dia secara langsung bersentuhan dengan lingkungan sosial-budaya masyarakatnya, dia juga menghayatinya sebagai inspirasi untuk kemudian diekspresikannya sebagai objek lukisannya. Lingkungan dalam , adalah lingkungan sosial-budaya sekitar yang di dalam- nya seorang seniman atau pelukis hidup sehari-hari, bahkan sebenarnya dia itu lahir dari padanya, dibesarkan dan dikembangkan. Dia mengambil berbagai manfaat dari lingkungan sosial-budayanya, sehingga bagi lingkungan tersebut commit to user 104 dia merupakan satu mata rantai dalam untaian eko logis dan siste m kebudayaan yang sebagai individu kreat if dapat sangat ber arti baginya Dharmawan, 1988: 131. Besar kecilnya pengaruh lingkungan dalam pun sangat di tentukan oleh sifat dan sikap batin seorang seniman atau pelukis. Bilamana bat in t idak setuju dengan satu aspek atau bagian dari lingkungan dalam yang terdekat sekalipun, maka pengaruhnya akan lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh yang datang dari lingkungan luar walaupun secara fisik jaraknya sangat jauh, tetapi batin senant iasa tetap menghayatinya. Namun, pada umumnya seorang seniman atau pelukis akan merupakan pencerm inan dari lingkungan sosial-budaya dan semangat waktu untuk menggelutinya. Lingkungan da la m- hak ik i , ia la h lingkunga n bat in ya ng paling dalam yang berada di dalam pikiran dan diri seorang seniman. Lingkungan batin ini merupakan tempat lahimya berbagai ungkapan yang semurni-murninya dan akhir dari se mua a lternat if hasil pencerapan dari pengaruh lingkunag luar dan dala m. Pada lingkungan batin ini, seorang seniman atau pelukis bisa mencapai setinggi-tingginya prestasi pendalaman terhadap pengalamannya. Setinggi-tingginya prestasi seorang seniman atau pelukis adalah ketika dia memiliki kemampuan untuk beriman pada Tuhan dan ber ada dalam wawasan religius dalam aktivitas kehidupannya. Dengan demikian, suatu usaha peninjauan tentang karya-karya seorang seniman atau pelukis tidaklah dapat dilepaskan dari tinjauan tentang pribadinya, latar belakang seninya, serta lingkungan sosial-budayanya, karena dengan commit to user 105 sendirinya hasil karya seni itu merupakan suatu pernyataan yang utuh dan menyeluruh dari seniman atau pelukis yang bersangkutan. Apalagi dengan corak dan gaya yang menjadi aliran dalam lukisannya senantiasa dipengaruhi pengalaman dan penghayatan batin seorang seniman atau pelukis terhadap lingkungan sosial-budayanya begitu erat bertautan dengan karya seninya. Pertautan antara lingkungan sosial-budaya dengan karya seorang pelukis tersebut akan melahirkan identitas individu. Identitas dapat digambarkan sebagai gejala yang timbul karena adanya interaksi antara pribadi seorang pelukis dengan lingkungannya. Identitas akan lahir setelah karyanya selesai diciptakan dan karya-karya itulah yang dapat dideteksi gejala-gejalanya setelah waktu panjang tetap bertahan dan akan kembali lahir secara alami, sehingga akhimya diyakini sebagai karya memilki ciri khas atau identitas. Pada akhirnya identitas ini secara akumulatif akan menjadi “penanda” atau simbol bagi pelukisnya yang ingin dikirimkan agar menarik untuk dimaknai oleh pengamatnya. Artinya, di samping pengetahuan mengenai teori-teori seni yang dimiliki oleh pengamat seni, dengan memperhatikan faktor-faktor pengaruh di atas akan sangat membantu dalam memaknai tanda atau simbol yang terdapat pada sebuah karya seni lukis. commit to user 106 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Pendekatan 3.1.1 Jenis Penelitian Sesuai dengan hakikatnya, penelitian kajian budaya bersifat terbuka. Artinya, cara-cara pemecahannya sebagaimana terkandung dalam rancangan penelitian, seperti bab, subbab, teori, metode, dan teknik, termasuk judul, dimungkinkan bisa berubah setiap saat, sesuai dengan pengungkapan data di lapangan. Namun, komponennya seperti tujuan dan permasalahannya tetap relatif stabil Ratna, 2010: 23. Perubahan itu, justru menunjukkan kualitas penelitian, karena menunjukkan, bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian di lapangan, sehingga pengungkapan datalah yang menentukan proses penyelesaian suatu penelitian bukan sebaliknya. Oleh karena itu, penelitian tentang makna simbolis diferensiasi karya seni lukis “Pasren” ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Denzim dan Lincoln menyatakan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Sedangkan Bogdan dan Taylor menambahkan, bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Moleong, 2007: 4-5. Dengan demikian, penelitian kualitatif bukanlah penelitian yang menggunakan prosedur analisis statistik atau cara