commit to user
76
suatu karya seni lukis, yang bahkan sampai menyentuh roh dari karya tersebut
diperlukan suatu kajian hemeneutika, seperti yang disarankan Friederich August
Wolf dalam Poepoprodjo, 2004: 21, bahwa untuk mendapatkan pemaknaan mendalam tentang arti sebuah simbol, perlu diciptakan komunikasi sesempurna
mungkin melalui teori hermeneutika. Disebutnya, hermeneutika sebagai ilmu tentang aturan-aturan untuk mengenali makna
die Bedeutung
tanda-tanda. Sementara tujuan hermeneutika adalah “menangkap pikiran-pikiran seseorang yang tertulis atau
tergambar, bahkan yang diucapkan sebagaimana orang tersebut menghendaki untuk ditangkapnya. Dengan ini, Wolf merancangkan hermeneutika yang praktis, faktual,
dan bersifat regional untuk semua objek sejarah, hukum, teologi, karya sastra, seni dan sebagainya mempunyai aturannya sendiri. Ini artinya seperti yang diisyaratkan
dalam analisisnya Ludwig Wittgenstein yang ditulis oleh Thomas Mc Carthy, bahwa imajinasi harus berasal dari pengalaman dan memorinya sendiri tentang bagaimana
cara ekspresi digunakan secara aktual Habermas, 2008: 221-222.
2.4.1 Proses Simbolik
Kata simbol berasal dari bahasa Yunani,
symbolos
yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia
karya W.J.S. Poerwadarminta 1982: 710 disebutkan, bahwa simbol atau lambang adalah semacam tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang
menyatakan sesuatu hal, atau mengandung maksud tertentu. Herusatoto 2000: 10, mengatakan, bahwa “simbol adalah tanda buatan yang bukan berwujud kata-kata
untuk mewakili sesuatu dalam bidang logika saja, karena dalam kebudayaan simbol
commit to user
77
dapat berupa kata-kata dan sesuatu hal atau keadaan yang merupakan media pemahaman terhadap objek
”. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol,
yang berekuivalensi dengan pendapat Sausser tentang tanda Budiman, 2004: 33. Kreativitas manusia sepanjang sejarah meliputi banyak kegiatan, di antaranya
dalam organisasi sosial dan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan proses simbolis. Penelitian ini akan memusatkan perhatian pada proses simbolis, yaitu pada
realitas yang lain daripada pengalaman sehari-hari. Proses simbolis meliputi bidang- bidang agama, filsafat, seni, ilmu, sejarah, mitos dan bahasa Kuntowijoyo, 2006: 3.
Sedemikian luasnya bentuk-bentuk simbolis, sehingga perlu membatasi pada beberapa hal yang terjangkau dalam bahasan sosiologi dan antropologi kesenian.
Proses simbolis pada dasarnya adalah untuk mencari hubungan antara simbol dan masyarakat sebagai penyangga kebudayaan. Mannheim dalam Kuntowijoyo,
2006: 3 mencoba mencari hubungan antara suatu kelompok kepentingan tertentu dalam masyarakat dan pikiran serta modus berpikir yang mendasari sosiologi
pengetahuannya. Dengan berbagai variasinya, pembicaraan mengenai hubungan antara masyarakat dan sistem nilai, pikiran, dan simbol, pada awalnya didorong oleh
pikiran Marx mengenai struktur
structure
dan superstruktur
superstructure
yang masih berpengaruh secara kuat, baik di kalangan ilmuwan Marxis maupun non-
Marxis. Misalnya, pembahasan mengenai novel sejarah atau karya seni lukis dapat meneliti interaksi antara perkembangan ekonomi, sosial dan budaya dengan
pandangan dan bentuk artistik yang dilahirkannya. Dengan mencari basis sosial dari pemisahan dan penyatuan
genre,
timbul dan tenggelamnya elemen-elemen baru
commit to user
78
dalam proses interaksi yang pelik. Abell 1977: 113-114 menyiratkan pendapatnya, bahwa proses simbolis itu merupakan mata rantai yang menghubungkan antara
kondisi ekonomi dan superstruktur budaya itu ialah psikologi. Kesadaran psikologi merupakan kompleksitas kejiwaan yang terlibat dalam pembentukan imajinasi.
Dengan demikian, proses simbolis itu bersifat psikologis. Artinya, proses simbolis merupakan derajat otonomi kejiwaan dan ketergantungan produk-produk spiritual
berbeda-beda tergantung kodratnya, sehingga terjadi suatu keterhubungan antara
struktur
dan
superstruktur
di dalam diri seseorang.
2.4.2 Seni Lukis Sebagai Ungkapan Simbolis