Close to God dekat dengan Tuhan

276 Tabel 1: Tabel Atribut Pendidikan Karakter berdasar Jangkauan Sikap dan Perilaku Jangkauan sikap dan perilaku Atribut pendidikan karakter Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan Tuhan Close to God Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri Never Give Up Never Complain Eager Learner Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan keluarga Be Happy Never Complain Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyrakat dan bangsa Motivator Be Happy Sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar Motivator Never Complain Close to God Arti dari masing-masing atribut pendidikan karakter adalah :

i. Close to God dekat dengan Tuhan

Kandungan dari atribut pendidikan karakter ini adalah penguatan pada nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan mahasiswa, dengan mengingatkan kembali bahwa di bumi ini hanya Tuhan yang bisa membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Jika seorang pribadi dekat dengan pencipta-Nya, pasti dia akan menjalankan apa yang baik dan menghindari hal-hal yang memang harus di hindari, dengan demikian mahasiswa diharapkan mampu meneladani sifat-sifat dari Tuhan itu sendiri. ii. Eager Learner Pembelajar Tangguh Kandungan nilai kedua menyebutkan bahwa jadilah manusia yang senantiasa rendah hati be humble dan terus memiliki sifat pembelajar, karena di atas langit masih ada langit lagi. Sebagai mahasiswa calon pemimpin bangsa menyadari bahwa sebagai manusia mereka bukanlah mahluk yang sempurna. Sebagai perumpaan peserta di ajak mengingat dan menengok sejenak pada sebuah gelas. Ketika kita menuangkan air ke dalam gelas yang sudah terisi penuh dengan air, apa yang terjadi? air pasti akan tumpah, hal ini menggambarkan kesamaan dengan diri kita. Jika seseorang ingin untuk mendapatkan ilmu pengalaman baru dalam kehidupan, berusahalah untuk menjadi gelas kosong. Harapan yang lebih tinggi adalah janganlah merasa cukup hanya sekedar menjadi gelas namun jadilah gentong tempat menampung air yang lebih besar dari gelas. Jadilah sumber air bagi sesamamu. Mahasiswa di harapkan bertanya pada diri 277 masing-masing, sudahkah selama ini kita mengosongkan gelas bahkan berusaha untuk membesarkan?. iii. Never Give Up Pantang Menyerah Kandungan nilai berikutnya, yaitu nilai ke 3 memberikan penguatan pada diri mahasiswa untuk tidak mudah menyerah. Mahasiswa diberikan sebuah pertanyaan, pernahkah mendengar cerita penemu lampu? Thomas Alfa Edison, sang penemu lampu sebelum bisa menciptakan lampu Thomas Alfa Edison telah melewati 9.998 kegagalan sebelum akhirnya berhasil. Refleksi pada diri denga mencoba membayangkan jika ketika itu Thomas Alfa Edison menyerah di percobaan ke 9.997 maka bisa dibayangkan gelapnya dunia waktu malam hari saat ini dan saat-saat mendatang, belajar dari semangat inilah maka mahasiswa diharapkan selalu melakukan yang terbaik dan tidak mudah menyerah dengan keadaan. iv. Never Complain Pantang Mengeluh Sebagai pemimpin kita tidak boleh mengeluh dalam segala hal, inilah yang diajarkan pada semangat ke 4. Mengeluh bukanlah hal yang dapat menyelesaikan sebuah masalah, bisa jadi mengeluh malah membuat sebaliknya, membuat semakin keruh suasana. v. Motivator Sebagai calon pemimpin bangsa masa depan, mahasiswa harus mampu menjadi penyemangat atau motor penggerak bagi orang di sekitar kita, menjadi sumber energi bagi suatu organisasi, minimal dapat berguna bagi orang lain seperti halnya sebuah generator. Pada akhirnya semangat ke 5 ini memberikan pemicu kepada mahasiswa bahwa membuat orang lain menjadi senang berhasil karena kita, itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi diri sendiri, kepuasan yang tidak ternilai not valueable with money. Menghindari sifat egois, dan senantiasa mengingat bahwa sepandai-pandainya kita dan sekaya-kayanya kita akan tetapi jika itu hanya kita lakukan untuk diri kita sendiri maka akan sia sia belaka. Menurut kata hukum tabur tuai yang sering kita dengar, semakin banyak kita menabur maka semakin banyak kita menuai tergantung dari benih kita, benih yang jahat atau benih yang baik, maka jadilah motivator. vi. Be Happy Kandungan nilai yang terakhir dari semangat the winner menyebutkan bahwa hidup ini penuh dinamika, maka hendaknya mahasiswa selalu menghadapi dengan senyuman dan dengan bahagia, karena happy adalah obat yang paling mujarab untuk segala penyakit termasuk penyakit yang paling parah sakit hati dengan tersenyum dan menyenangkan 278 suasana hati akan timbul semangat dan energi yang baru untuk membuat dunia ini semakin indah. Mahasiswa diminta membayangkan, jika suatu ketika mereka memimpin sebuah rapat sambil marah, didukung dengan suasana sangat panas dan tegang, para peserta rapat pasti tidak nyaman, tidak enjoy dan hasil dari rapat tersebut tidak akan maksimal. Maka, jadikanlah hidup dengan senantiasa berbahagia. Penggolongan Tipe Kepribadian Di dalam dunia pendidikan, perbedaan tingkah laku maupun sifat, sangat nampak nyata terhadap insan-insan yang berperanan di dalamnya. Pengajar, mempunyai sejumlah perbedaan dengan pengajar yang lain, baik pada cara mengajar, cara berpikir, maupun cara menilai peserta didik. Antar peserta didik sendiri, jelas juga terlihat adanya perbedaan tersebut. Akan tetapi, dalam kondisi seperti itulah, proses belajar mengajar harus berlangsung. Demikian banyak perbedaan yang ada, namun antara pengajar dan peserta didik harus dapat menyatukan perbedaan yang ada, tanpa menghilangkan ciri mereka yang sesungguhnya, agar tercipta situasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar. Bagaimana penyatuan untuk mensukseskan proses belajar mengajar itu dapat terjadi? Salah satunya adalah dengan memahami perbedaan masing-masing individu, baik pengajar maupun peserta didik. Perbedaan tingkah laku ini oleh ahli psikologi sering disebut sebagai Kepribadian. Kepribadian diartikan sebagai penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. David Keirsey Keirsey, 1998, seorang professor dalam bidang psikologi dari California State University, menggolongkan kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu Guardian, Artisan, Rational dan Idealist. Penggolongan ini didasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya Extrovert atau Introvert, bagaimana seseorang mengambil informasi Sensing atau Intuitive, bagaimana seseorang membuat keputusan Thinking atau Feeling dan bagaimana gaya dasar hidupnya Judging atau Perceiving. Setiap tipe kepribadian memang mempunyai ciri umum yang harus dipahami oleh masing-masing pendidik, seperti tercantum pada tabel 2 di bawah ini: 279 280 Tabel 2: Tabel Ciri Umum Masing-masing Tipe Kepribadian Rational Idealist Guardian Artisan Knowledge seeking . Identity seeking. Security seeking. Sensation seeking. Mempunyai kemampuan tinggi dalam abstraksi, sehingga dapat digunakan untuk menganalisis situasi, menghubungkan antara satu hal dengan hal lain, dan dapat merencanakan dengan baik. Sangat mengutamakan masa depan, berfokus pada apa yang akan terjadi. Sangat bertanggung jawab, pekerja keras, taat, tepat jadwal, kaku, sulit berubah. Lebih mengutamakan hidup untuk hari ini, masa lalu sudah tidak relevan lagi dan masa depan tidak penting dan sangat cepat membuat keputusan tanpa berpikir panjang. Sebagai peserta didik : a. Tidak menyukai pembelajaran yang dimulai dari fakta, tapi materi yang memuat logika dan analisa. b. Menyukai pemecahan masalah dan logika berpikir. c. Model pembelajaran yang disukai adalah eksperimen, penemuan, pemecahan masalah. d. Lebih menggunakan waktu Sebagai peserta didik: a. Menyukai pelajaran tentang ide- ide dan nilai-nilai, serta masalah yang real sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah mereka. b. Suka menulis essay karena dapat mengekspresikan ide dan pemikiran mereka. c. Menyukai pembelajaran dengan tema apa yang akan terjadi. d. Tidak menyukai kompetisi, Sebagai peserta didik: a. Menyukai kelas dengan pembelajaran yang rutin berdasar prosedur yang ada, jadwal tidak berubah-ubah. b. Cocok dengan guru yang memberi penjelasan secara gamblang, tepat dan konkret. c. Materi harus disajikan berdasar kenyataan yang terjadi pada masa lalu dan perkiraan untuk masa Sebagai peserta didik: a. Lebih menyukai ilmu terapan. b. Selalu terlihat aktif di manapun. c. Kegiatan yang disukai adalah demonstrasi, presentasi, dan pengalaman belajar lain yang melibatkan aksi. d. Senang menceritakan hasil belajarnya kepada teman lain. e. Menyukai entertain. f. Dalam mengerjakan tugas, 281 Rational Idealist Guardian Artisan untuk membaca dan mencari informasi atau pengetahuan baru dibanding berbicara dengan orang lain. karena Idealist lebih suka berkompetisi dengan dirinya sendiri dibanding dengan orang lain. e. Lebih cocok di kelas kecil di mana antar peserta didik dan peserta didik dengan guru saling mengenal dengan baik. depan. d. Tidak menyukai gambar, tapi lebih suka pada cerita. e. Setiap tugas harus diketahui secara detail terutama pada keuntungan yang didapat dari tugas tersebut. harus diketahui keuntungan yang didapatnya, dan relevansinya terhadap materi yang ada pada saat itu. g. Menyukai kompetisi, dan kesempatan untuk bertanding. h. Mampu mengubah keadaan sekitar. 282 Dewiyani M. , 2010 telah melakukan penelitian dan menjumpai adanya perbedaan proses berpikir pada setiap tipe kepribadian. Dalam memahami masalah, sebagai langkah awal dalam menyelesaikan masalah, didapatkan bahwa tipe Rational melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil inti kalimat, kemudian disimbolkan, sementara itu, tipe Idealist melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan illustrasi berperan sebagai tokoh dalam masalah tersebut, tanpa disimbolkan, tipe Artisan ingin mengetahui pertanyaan terlebih dahulu, dan tipe Guardian melakukannya sesuai urutan kalimat pada soal, dengan mengambil makna kalimat, memberi tanda pada bagian yang penting. Dari salah satu langkah pemecahan masalah sudah dapat diketahui bahwa setiap kepribadian mempunyai profil proses berpikir yang berbeda. Perbedaan proses berpikir inilah yang akan digunakan untuk menanamkan atribut pendidikan karakter melalui metode inkulkasi. Metode Penanaman Pendidikan Karakter berbasis Penggolongan Tipe Kepribadian bagi Mahasiswa di Jurusan Sistem Informasi. Pendidikan karakter secara ideal harus dilaksanakan secara komprehensif, baik dari isi maupun metode. Dengan mengacu pada Darmiyati, 2010, maka diajukan metode penanaman pendidikan karakter berbasis penggolongan tipe kepribadian bagi mahasiswa di Jurusan Sistem Informasi, baik untuk materi di bidang ko kurikuler dan ekstrakurikuler, maupun materi di bidang kurikuler perkuliahan dengan menggunakan patokan pada aspek pertama dan kedua, yaitu komprehensif dalam isi dan metode, karena di dalam keduanyalah yang akan menjiwai dan mempengaruhi seluruh pembelajaran. Aspek yang lain menyesuaikan dengan aspek pertama dan kedua. Setiap model penanaman pendidikan karakter dijabarkan dengan penyesuaian untuk setiap tipe kepribadian, dan akan diterapkan pada materi bidang kokurikuler dan ekstrakurikuler, serta bidang kurikuler di dalam perkuliahan. • Bidang Ko Kurikuler dan Ekstra Kurikuler Beberapa pendapat mengatakan bahwa penanaman pendidikan karakter di alam di lapangan bebas akan lebih efektif dilakukan, karena alam akan memberikan pengalaman yang secara nyata dapat dirasakan secara langsung. 283 Segala bentuk kejadian yang dialami oleh peserta pelatihan di alam terbuka akan membekas dan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Agar sesuai dengan target, tentu saja diperlukan tahapan. Berkaitan dengan proses belajar yang efektif di alam terbuka. Ancok, 2002 menguraikan tahapan-tahapan dalam pelatihan yaitu a tahapan pembentukan pengalaman experience, b tahapan perenungan pengalaman reflect, c tahapan pembentukan konsep form concept dan d tahapan pengujian konsep test concept. Model pengembangan karakter akan dilakukan melalui pelatihan lapangan, sehingga konsep yang dikemukakan di atas juga digunakan dalam pelatihan ini. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang langsung dirasakannya setelah mempraktekkan dan mencoba permainan yang disiapkan. Dalam pelatihan lapangan inipun peserta diminta mengemukakan pengalaman dari kegiatan yang telah dilakukan, seorang instruktur pendamping akan memberikan umpan kepada peserta agar peserta dapat mengemukakan pengalaman terhadap hal yang dia rasakan dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Tahap pembentukan konsep didapatkan ketika peserta mengemukakan makna dari sebuah kegiatan yang terkandung dalam permainan kegiatan yang telah dilakukan. Tahapan ke empat yaitu pengujian konsep didapat dari kegiatan merenungkan hasil-hasil yang telah didapat dan dirasakan untuk kemudian dikaitkan dengan situasi lingkungan sekitar, baik lingkungan kampus maupun lingkungan di masyarakat luas. Aktifitas dalam pelatihan lapangan ini dilalui dengan beberapa model permainan dan refleksi umum berikut dengan nilai-nilai kehidupan yang terkandung didalamnya. Ada 4 permainan dan refleksi umum yang dapat dilakukan secara berkelompok dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3 : Aktifitas Permainan dan Refleksi Aktivitas Mekanisme Pelaksanaan Game 1: Menerobos ketidak mungkinan. Pada permainan menerobos ketidakmungkinan, peserta diharapkan mampu meresapi nilai-nilai kemampuan pribadi dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Permainan ini didesain agar peserta mampu melewati sebuah terowongan yang dibentuk dari tali dan konstruksi kawatbambu. Bagian bawah terowongan yang disiapkan 284 Aktivitas Mekanisme Pelaksanaan adalah tanah yang disiram dengan air. Fokus pada kegiatan ini adalah penguatan nilai: never give up, never complain, eager learner, motivator. Game 2: Target diatas rata-rata Kemudian permainan dilanjutkan dengan kepeloporan dimana setiap anggota regu harus memberikan kontribusi terhadap regunya berupa seluruh benda yang menempel di tubuhnya. Setiap regu harus berlomba- lomba untuk menyusun kontribusi tersebut menjadi regu yang paling banyak mendapatkan kontribusi dari setiap elemen regu. Fokus pada kegiatan ini adalah penguatan nilai: eager learner, motivator, never complain Game 3: Trust Permainan selanjutnya adalah waterfall yang didesain menggunakan konstruksi empat sisi dan setiap regu harus berlomba dengan berkoordinasi secara ketat dalam kepada seluruh elemen regu untuk menarik air yang diletakkan di dalam ember. Permainan ini membutuhkan komunikasi yang efektif dari masing-masing anggota regu mengingat apabila terdapat kesalahan dalam menarik ember maka air di dalam ember akan jatuh mengenai peserta yang ada di bawah ember tersebut. Fokus pada kegiatan ini adalah penguatan nilai: never complain, be happy, motivator Game 4: Leadership Permainan selanjutnya adalah kelapa kepala dimana setiap anggota regu harus membawa sebuah kelapa hanya dengan kepala mereka. Nilai yang terkandung disini adalah kerjasama tim dan kepemimpinan. Setiap anggota regu harus mampu bekerja sama dengan anggota yang lain agar bisa membawa kelapa sampai di tempat tujuan. Permainan ini didesain sedemikian rupa mengingat dalam semua organisasi memiliki visi dan setiap elemen organisasi itu harus bahu membahu untuk mewujudkan visi tersebut. Fokus pada kegiatan ini adalah penguatan nilai: eager learner, motivator, never give up, never complain Refleksi : menyong Kegiatan selanjutnya melakukan perjalanan menjelang fajar, dimana seluruh peserta melakukan tracking dengan medan yang cukup berat 285 Aktivitas Mekanisme Pelaksanaan song fajar namun di akhir perjalanan mereka akan mendapati pemandangan ufuk fajar di pegunungan yang sangat indah. Fokus pada kegiatan ini adalah penguatan nilai : close to god, never give up, never complain, be happy Kegiatan selanjutnya adalah refleksi umum yang dilakukan agar peserta dapat memaknai seluruh kegiatan dengan baik dan mampu menerapkan nilai-nilai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kekhususan model pengembangan karakter ini adalah pada setiap tahap dilakukan dengan penyesuaian berdasar tipe kepribadian, agar dapat lebih sesuai dengan proses berpikir setiap individu, sehingga diharapkan dapat diambil keputusan secara mandiri dalam memilih nilai yang ditanamkan. Secara ringkas, panduan kegiatan pada masing-masing tahapan untuk masing-masing tipe kepribadian adalah sebagai berikut : 286 287 Tabel 4 : Tabel Panduan Kegiatan pada Setiap Tipe Kepribadian Tahapan Rational Idealist Guardian Artisan Experience • Beri penjelasan singkat permainan yang akan dijalani, dengan penekanan kuat pada logika. • Beri permainan dengan banyak menggunakan pemecahan masalah dan logika berpikir. • Beri penjelasan singkat permainan yang akan dijalani, dengan penekanan kuat pada nilai yang akan didapatkan. • Beri permainan dengan tipe berkompetisi dengan diri sendiri. • Beri kelompok kecil. Beri penjelasan secara gamblang tentang tujuan pada masing-masing permainan, manfaat yang akan didapat, dan apa yang harus dikerjakan dari permainan tersebut. Beri permainan yang penuh dengan kompetisi, kesempatan untuk mengekspresikan diri, serta penuh dengan entertainment Reflect • Beri kesempatan bagi kelompok ini untuk berpikir secara detail dan mendalam. • Jangan paksakan untuk berdiskusi secara kelompok. • Bagikan kertas untuk menulis refleksi mereka. • Beri umpan dengan menceritakan tentang apa yang akan terjadi jika permainan dilaksanakan secara lebih sering. • Beri penjelasan yang gamblang dan konkret tentang apa yang harus direfkesikan dari permainan yang telah dijalani, serta kaitannya dengan masa lalu dan masa yang akan datang. • Kondisikan untuk melakukan refleksi • Dorong setiap anggota dalam kelompok ini, untuk mendemonstrasikan, mempresentasikan, bercerita satu dengan yang lain, agar menemukan refleksi dari permainan yang telah dilakukannya. 288 Tahapan Rational Idealist Guardian Artisan dengan bercerita bersama teman sekelompok. • Beri kompetisi untuk menghasilkan refleksi terbaik. Form concept Dengan menggunakan metode pemecahan masalah serta eksperimen, arahkan kelompok ini untuk dapat membentuk konsep dari setiap permainan yang ada, dan nilai karakter yang diharapkan dapat tertanam. • Pembentukan konsep bagi kelompok ini dapat dimulai dengan pengungkapan ide dan nilai dari masalah real yang dihadapi. • Gunakan kertas untuk menuliskan konsep yang mereka dapatkan. • Biarkan setiap anggota kelompok untuk menceritakan konsep yang didapatkan, dan beri penjelasan secara gamblang, tepat dan konkret agar terlihat dengan jelas pembentukan konsep dalam diri masing-masing anggota kelompok. • Ceritakan manfaat dari setiap karakter yang tertanam dalam anggota kelompok. • Jelaskan terlebih dahulu manfaat dari penguasaan konsep pada setiap permainan. • Beri kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk menyajikan temuan konsep nya. • Buat suasana yang kompetitif Test concept • Biarkan setiap anggota • Himpun semua ide yang • Beri penjelasan secara • Beri penjelasan secara 289 Tahapan Rational Idealist Guardian Artisan kelompok menemukan rencana mendatang yang merupakan penerapan dari konsep yang telah didapatnya, dengan memanfaatkan logika berpikir mereka yang sangat kuat. Jika masih memungkinkan, biarkan mereka menambahkan rencana tersebut dengan menggali informasi dari bacaaan, internet dan lain sebagainya. • Hasil dari setiap anggota pada kelompok tersebut, dapat digabungkan dan kemudian dirangkum. timbul dari setiap anggota kelompok ini, tambahkan dengan nilai yang didapat, hingga didapatkan suatu rumusan untuk rencana selanjutnya. • Setiap ide harus dihargai dan jangan dibandingkan agar tidak tercipta kompetisi, sebab setiap anggota kelompok ini telah berkompetisi dengan dirinya sendiri. gamblang terlebih dahulu tentang manfaat yang akan didapat dari penyusunan rencana mendatang. • Beri kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk mengungkapkan rencana mendatangnya, dan teman yang lain boleh menambahkan. • Beri penekanan pada setiap temuan yang dihasilkan. gamblang terlebih dahulu tentang manfaat yang akan didapat dari penyusunan rencana mendatang. • Buat suasana yang kompetitif. • Akan lebih baik jika setiap anggota kelompok diberi kesempatan memaparkan penemuannya dalam suasana yang penuh dengan entertain, hingga mereka akan dapat lebih maksimal dalam memunculkan ide ide mereka. 290 • Bidang Kurikuler Pada bidang kurikuler, sebelum memberikan isi pada mata kuliah tertentu, maka harus diselidiki terlebih dahulu, diantara atribut pendidikan karakter yang telah ditentukan, manakah yang sudah dimiliki oleh tipe kepribadian tertentu, dan manakah yang belum dimiliki. Tindakan ini bertujuan agar nantinya dapat dibuat model pembelajaran yang sesuai dan dapat menanamkan atribut pendidikan karakter yang masih lemah serta meningkatkan atribut pendidikan karakter yang sudah terbentuk. Untuk mendapatkan atribut pendidikan karakter yang akan ditingkatkan pada tipe kepribadian tertentu pada bidang kurikuler, maka digunakan penelitian dengan jenis kualitatif yang bersifat eksploratif. Penelitian jenis kualitatif dipilih karena penentuan profil berpikir mahasiswa dan penentuan nilai target pendidikan karakter berlatar alamiah dan instrumen utama penelitian ialah peneliti sendiri. Bersifat eksploratif, karena hendak ditelusuri nilai target pendidikan karakter mahasiswa. Langkah- langkah penelitian yang akan dilakukan adalah pemilihan subjek penelitian, menentukan instrumen bantú penelitian, membuat prosedur pengumpulan data dan melakukan analisis data. Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan fenomena dalam keadaan yang sesungguhnya natural setting. Fenomena yang dimaksud adalah situasi mahasiswa dengan tipe kepribadian tertentu dalam menampakkan atribut pendidikan karakter yang ada dalam dirinya, pada waktu mahasiswa tersebut diberikan soal pemecahan masalah. Situasi mahasiswa akan ditinjau dari penentuan nilai kepribadian yang telah ditetapkan untuk diamati. Data yang terbentuk bersifat kualitatif, yaitu berupa hasil deskripsi atribut pendidikan karakter mahasiswa menurut tipe kepribadian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan masalah kepada subjek penelitian yang telah digolongkan berdasar tipe kepribadian tertentu, kemudian diselesaikan secara bebas oleh subjek penelitian. Pada waktu memecahkan masalah yang diberikan, subjek penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang menekan, sehingga suasana alami yang diinginkan dapat tercapai. Peneliti merekam ungkapan verbal dari subjek penelitian, dan mencatat perilaku ekspresinya, termasuk hal-hal unik yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah matematika tersebut. Dari hasil rekaman video yang ada, diharapkan dapat dilihat nilai pendidikan karakter yang ada pada diri 291 mahasiswa tersebut. Apabila terdapat data yang kurang, maka harus dilakukan klarifikasi dengan mengadakan wawancara ulang. Untuk mendapatkan atribut pendidikan karakter yang harus dikembangkan pada masing-masing tipe kepribadian, maka instrumen penelitian utama adalah peneliti sendiri. Peneliti selain berperan sebagai pengelola penelitian, juga sebagai instrumen utama dalam mengumpulkan data yang tidak dapat digantikan dengan instrumen lainnya. Selain itu juga terdapat instrumen lembar tugas. Instrumen lembar tugas dalam penelitian ini adalah instrumen lembar tugas pemecahan masalah matematika, yang akan diberikan kepada masing-masing subjek. Dalam usaha untuk mendapatkan atribut pendidikan karakter, proses analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1 Mentranskrip data verbal yang terkumpul 2 Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari rekaman, hasil pekerjaan subjek, wawancara, maupun pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan 3 Mengadakan reduksi data dengan membuat abstraksi 4 Menyusun dalam satuan-satuan yang selanjutnya dikategorikan dengan membuat coding 5 Menganalisis nilai target pendidikan karakter 6 Menganalisis hal-hal yang menarik 7 Menarik Kesimpulan. Setelah kesimpulan tentang atribut pendidikan karakter didapatkan pada masing-masing tipe kepribadian, maka langkah selanjutnya adalah membuat model pembelajaran pada masing-masing mata kuliah, hingga nilai pendidikan karakter yang dituju dapat tertanam dalam masing-masing mahasiswa melalui materi di perkuliahan. Dengan demikian, melalui materi perkuliahan, selain mahasiswa mendapatkan materi secara hard skills, mereka juga terasah materi secara soft skills berupa nilai pendidikan karakter. Ini berarti, aspek pertama dan kedua, yaitu isi dan metode telah dilakukan secara komprehensif. 292

BAB III PENUTUP

Dari pembahasan yang telah dilakukan pada makalah kajian konseptual ini, dapat disimpulkan dan disarankan beberapa hal sebagai berikut : Simpulan i. Berdasar pemahaman profil proses berpikir dalam memecahkan masalah, dapat diketemukan bahwa masing-masing tipe kepribadian mempunyai atribut pendidikan karakter yang berbeda. Dari pengenalan akan atribut pendidikan karakter pada setiap tipe kepribadian, dapat diketahui atribut pendidikan karakter yang harus ditingkatkan pada masing-masing tipe kepribadian, dan juga diketemukan nilai yang harus dipertahankan karena telah dipandang baik. ii. Atribut pendidikan karakter yang akan diterapkan, dapat disesuaikan dengan kondisi pada tempat di mana metode ini akan dilakukan. iii. Permainan game yang akan dilakukan, juga dapat disesuaikan dengan atribut pendidikan karakter yang akan diterapkan. iv. Metode inkulkasi pendidikan karakter berbasis penggolongan tipe kepribadian ini diyakini dapat menghasilkan perbaikan pada karakter bangsa terutama pada generasi muda Indonesia. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka diharapkan pada saat ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-100, dunia pendidikan Indonesia dapat menyumbangkan generasi emas bagi bangsa Indonesia. 293 Saran i. Metode inkulkasi pendidikan karakter dapat dilanjutkan untuk diterapkan di mata kuliah yang lain dan di jenjang sekolah menengah maupun dasar, setelah kelas tersebut dibagi berdasar tipe kepribadian menurut David Keirsey. ii. Pembuatan model pembelajaran dan perangkat pembelajaran secara lengkap, merupakan kegiatan selanjutnya, demi sempurnanya pembelajaran ini. \ iii. Penyebaran diseminasi hasil penelitian kepada para pendidik, merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan melalui bentuk Lokakarya Metode Inkulkasi Pendidikan Karakter Berbasis Penggolongan Tipe Kepribadian. Lokakarya tersebut ditujukan utamanya kepada para pendidik dalam materi apapun di Perguruan Tinggi dan jenjang sekolah menengah maupun sekolah dasar, dengan target : 1. Peserta menyadari akan pentingnya atribut pendidikan karakter bagi peserta didiknya. 2. Peserta mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang model pembelajaran tersebut. 3. Peserta mampu merancang dan membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan Silabus yang bersesuaian dengan model pembelajaran yang dituju. 4. Peserta mempunyai pengalaman nyata menerapkan RPP dan silabusnya dalam simulasi pembelajaran. 5. Peserta mampu menggunakan dan mengevaluasi hasil untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. 294 DAFTAR PUSTAKA Ancok, D. 2002. Outbond Manajemen Training. Yogyakarta: Uli Press. Darmiyati. 2010. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif. Yogyakarta: UNY Press. Dewiyani, M. 2010. Profil Proses Berpikir Mahasiswa dalam Memecahkan Masalah Matematika berdasar Penggolongan Tipe Kepribadian dan Gender. Surabaya: Disertasi program S3 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Surabaya. Keirsey, D. 1998. Please Understand Me II : Temperament Character Intelligence. California: Promotheus Nemesis Book Company. Nuh, M. 2012, Mei 2. Sambutan Menteri Pendidikan Nasional Pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2012. Samani, M. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 295 METODE PEMBELAJARAN BERBASIS SOFT SKILL ; SUATU KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PENERAPAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK Diah Anugrah Sharasanti,SE.,Ak.,M.M Politeknik Ubaya Surabaya ABSTRAK Perkembangan dunia yang semakin modern yang dapat dilihat dari semakin majunya teknologi berdampak pada semua aspek di dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kemajuan teknologi secara otomatis melahirkan generasi baru era digital, dimana mereka cenderung lebih kritis dan berani terhadap setiap persoalan yang ada, karena kemudahan informasi yang bisa diakses. . Melihat fenomena tersebut, salah satu aspek yang berperan sangat penting adalah dunia pendidikan. Sebagai seorang pendidik, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memanfaatkan teknologi tersebut sebagai sarana pembelajaran yang efektif dan inovatif, namun tetap mengarahkan anak didik untuk menjadi seorang manusia yang berkarakter dan siap untuk berada di dunia nyata. Dengan kata lain, pembelajaran di era digital ini, tidak saja meliputi pembelajaran secara teknis hard skill, namun juga harus diimbangi dengan pembelajaran mengenai emosional, dan potensi diri soft skill. Makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang metode pembelajaran berdasarkan teori belajar humanistik yang dapat diaplikasikan kedalam proses pembelajaran soft skill, karena menurut teori ini, belajar adalah sebuah proses dalam mendapatkan informasi baru, sehingga tugas pendidik adalah membantu anak didik untuk mengembangkan kemampuan dan menggali potensi-potensi yang unik dalam diri mereka. Kata Kunci : Soft Skill, Teori Belajar Humanistik 296

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dunia yang semakin modern yang dapat dilihat dari semakin majunya teknologi berdampak pada semua aspek di dalam kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Kemajuan teknologi secara otomatis melahirkan generasi baru era digital, dimana mereka cenderung lebih kritis dan berani terhadap setiap persoalan yang ada, karena kemudahan informasi yang bisa diakses. . Melihat fenomena tersebut, salah satu aspek yang berperan sangat penting adalah dunia pendidikan. Sebagai seorang pendidik, mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memanfaatkan teknologi tersebut sebagai sarana pembelajaran yang efektif dan inovatif, namun tetap mengarahkan anak didik untuk menjadi seorang manusia yang berkarakter dan siap untuk berada di dunia nyata. Dengan kata lain, pembelajaran di era digital ini, tidak saja meliputi pembelajaran secara teknis hard skill, namun juga harus diimbangi dengan pembelajaran mengenai emosional, dan potensi diri soft skill. Hard skill bisa diperoleh dengan mempelajari suatu ilmu pengetahuan tertentu dengan cara membaca atau berlatih hingga menjadi ahli berdasarkan bidang keilmuan yang dipilih. Berbeda dengan hard skill yang berfokus pada kemampuan ketrampilan teknis, fokus dari soft skill adalah melatih atau menggali potensi yang sudah dimiliki oleh setiap individu sehingga kecerdasan emosinya dapat terbentuk. Menurut Anwar Holil 2009, atribut soft skill sebenarnya sudah dimiliki oleh setiap individu dalam jumlah yang berbeda-beda, dan dapat diubah tergantung dari keinginan individu yang bersangkutan untuk membentuk karakternya. Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter akan menanamkan kebiasaan habituation tentang hal yang baik, sehingga seorang individu akan paham domain kognitif tentang hal yang baik dan yang salah, mampu merasakan domain afektif hal yang baik, dan biasa untuk melakukannya domain perilaku. Beberapa penelitian tentang pentingnya pembelajaran soft skill menyebutkan bahwa keberhasilan seorang mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh hard skill saja, melainkan harus ditunjang dengan soft skill. Dengan kombinasi keduanya, seorang lulusan dari Perguruan Tinggi akan mempunyai keunggulan bersaing dalam dunia kerja karena mereka cenderung lebih kreatif, inovatif, serta dapat dengan mudah 297 beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Naniek 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Pendidikan Berbasis Karakter terhadap Pengembangan Soft Skill Mahasiswa Calon Teknisi Alat Berat menemukan bahwa terdapat pengaruh yang sangat kuat antara pendidikan berbasis karakter dengan pengembangan soft skill mahasiswa. Sistem pendidikan berkarakter menekankan pembentukan kebiasaan melalui penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan kemauan. Sedangkan soft skill mahasiswa meliputi proaktivitas, kebiasaan merujuk pada tujuan akhir, prioritas, solusi menang-menang, komunikasi empatik, sinergi, dan pembaharuan diri yang seimbang. Wardiman 1998 dalam Sri Palupi 2011 mengemukakan bahwa pembelajaran soft skill adalah bagian dari upaya pembentukan sikap profesional, karena akan mempengaruhi sikap kepedulian terhadap mutu, cepat, tepat, efisien, serta menghargai waktu dan reputasi. Uraian diatas menunjukkan bahwa pembelajaran tentang soft skill mutlak diperlukan sebagai kompetensi penunjang di sistem pendidikan tinggi. Namun, kenyataan di lapangan sistem pembelajaran ini belum dilaksanakan secara optimal, karena sistem pendidikan Indonesia masih cenderung berfokus pada domain kognitif saja yaitu berupa prestasi belajar. Sebagian besar masyarakat masih mempunyai anggapan bahwa nilai yang bagus merupakan satu-satunya indikator penentu keberhasilan seseorang. Menurut Sri Palupi 2011, kurikulum di Perguruan Tinggi yang berbasis soft skill hanya sekitar 10 sepuluh persen, dimana selebihnya adalah kurikulum berbasis hard skill. Sedangkan menurut penelitian, keberhasilan seseorang diukur dari 10 sepuluh persen financial, 20 duapuluh persen keahlian di bidangnya, 30 tigapuluh persen networking, dan 40 empatpuluh persen adalah soft skill I Wayan Simri Wicaksana,2011. Hal ini menunjukkan bahwa peran dari soft skill adalah paling penting didalam keberhasilan seseorang. Kurikulum berbasis soft skill harus dapat diintegrasikan ke dalam metode pembelajaran sehari-hari pada sistem pendidikan tinggi. sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk membentuk suatu karakter yang bersifat interpersonal dan intrapersonal, maka kurikulum yang dibuat harus berakar pada kemampuan untuk menggali potensi diri sendiri. Dalam hal ini, peran dari pendidik adalah mengarahkan mahasiswa untuk mengenali dengan baik potensi yang ada dalam diri, serta membantu mewujudkannya. 298 Makalah ini bertujuan untuk menyajikan paparan secara konseptual tentang metode pembelajaran berbasis soft skill dengan sudut pandang teori belajar humanistik, karena relevan dengan tujuan dari metode pembelajaran berbasis soft skill bahwa didalam kehidupan kejiwaan manusia terdapat potensi-potensi manusia yang khas dan istimewa yang perlu diselami eksplorasi atau diberdayakan, sehingga fokus utama dari teori ini adalah pengembangan aspek individu secara totalitas baik fisik, intelektual, emosional maupun sosial serta bagaimana seluruh aspek tersebut berinteraksi untuk mempengaruhi belajar siswa dalam memotivasi diri Maslow,2002 dalam Haryu Islamuddin,2012.

II. BUTIR PEMBAHASAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1 Pengertian teori belajar 2 Teori belajar humanistik dan penerapannya dalam pembelajaran 3 Pengertian soft skill dan penerapannya dalam pembelajaran 4 Metode pembelajaran berbasis soft skill sebagai implikasi dari teori belajar humanistik 5 Pengembangan metode pembelajaran berbasis soft skill

III. PEMBAHASAN

3.1. Pengertian Teori Belajar