304
2. Teori Behaviour S – R Stimulus – Respons John B.Watson
Pada tahun 1919, pakar psikologi berkebangsaan Amerika, J.B.Watson dalam bukunya Psychology From The Standpoint Of A
Behaviorist, mengkritisi metode instrospektif dalam pakar psikologi yaitu metode yang hanya memusatkan pada perilaku
yang ada atau berasal dari nilai-nilai dalam diri pakar psikologi itu sendiri Fajar,2007.
Menurut teori ini, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati observable dan dapat diukur. Dengan kata lain walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang
tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan- perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu
tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati Asri,2012.
3. Teori Law Of Effect Edward Thorndike
Edward Lee Thorndike adalah pakar psikologi yang menjadi dosen di Universitas Columbia. Dalam bukunya Animal Intelligence
1911, menyatakan bahwa ia tidak menyetujui pada pendapat yang menyebutkan bahwa hewan memecahkan masalah dengan
nalurinya. Ia justru berpendapat bahwa hewan juga memiliki kecerdasan. Beberapa eksperimennya ditujukan untuk mendukung
gagasan tersebut, yang kemudian ternyata merupakan awal munculnya teori operant conditioning.
Menurut teori ini, prinsip yang dikembangkan disebut hukum efek karena adanya konsekuensi atau efek dari suatu perilaku.
Dari berbagai percobaan yang dilakukan, Thorndike berpendapat bahwa Rumini,1993 :
305 1.
Cara mengajar yang baik bukanlah mengharapkan siswa tahu apa yang telah diajarkan. Dengan ini guru harus tahu materi
apa yang harus diberikan, respon apa yang diharapkan dan kapan harus memberi hadiah atau membetulkan respon yang
salah. 2.
Tujuan pendidikan harus masih dalam batas kemampuan belajar peserta didik, dan harus terbagi dalam unit-unit
sedemikian rupa, sehingga guru dapat menerapkan menurut bermacam-macam situasi.
3. Supaya peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar
harus bertahap dari yang sederhana sampai yang kompleks. 4.
Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting karena perilaku peserta didik terutama ditentukan oleh external rewards dan
bukan intrinsic motivation. Yang lebih penting dari ini adalah adanya respon yang benar dari stimulus. Bila peserta didik
melakukan respon yang salah, harus segera diperbaiki, sebelum sempat diulang-ulang
5. Peserta didik yang sudah belajar dengan baik harus segera
diberi hadiah, dan bila belum baik maka harus segera diperbaiki.
6. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan
kehidupan dalam masyarakat sebanyak mungkin, sehingga dapat terjadi transfer dari kelas ke lingkungan di luar kelas.
7. Materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik harus
ada manfaatnya untuk kehidupan anak kelas setelah keluar dari sekolah
8. Dengan diberikannya pelajaran-pelajaran yang sulit, yang
melebihi kemampuan anak, tidak akan meningkatkan kemampuan penalarannya.
306
4. Teori Operant Conditioning B.F.Skinner