Follow Up prosiding seminar dikti

668 pelayanan informal adalah standar pelayanan tidak tertulis dan diasumsikan telah dimengerti oleh seluruh stake holder. 3. Penyebaran kuesioner atau wawancara terfokus Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analysis yang akan dilakukan. Pertanyaan kuesioner dan wawancara mencakup aspek dan dimensi yang akan diukur. Dimensi pelayanan misalnya adalah dimensi: fisik, dimensi keterlibatan, dimensi ketepatan, dimensi keterjaminan, dan dimensi empati. Untuk memudahkan pengukuran secara kuantitatif, maka setiap dimensi yang dinilai diberi skala atau skor. Hasil kuestionair yang menarik perlu dibahas melalui wawancara atau diskusi kelompok terfokus guna memperoleh data lebih lengkap sekaligus memvalidasinya. 4. Analisis Data Dengan menggunakan statistik deskriptif dapat diketahui: rata-rata skor untuk setiap pasangan faktor yang sedang dikalkulasi kesenjangannya. Selain itu juga untuk perhitungan kesenjangan untuk masing-masing dimensi.

5. Follow Up

Dengan berdasarkan hasil analisis tersebut, kita dapat mengetahui kinerja pelayanan yang diberikannya. Selanjutnya lembaga yang bersangkutan dapat menyusun kebijakan yang diperlukan untuk menutupi kesenjangan tersebut. Pengembangan model procedural guna melakukan analisis kesenjangan dalam studi ini dilakukan kegiatan seperti berikut ini. 1. Identifikasi komponen programlpelayanan yang akan dianalisis Program MBS yang akan dianalisis sesuai Indikator Pencapaian Program Manajemen Berbasis Sekolah SD Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan sekolah Dasar, 2009 terdiri dari 5 komponen yaitu: aspek kinerja sekolah secara umum 1. manajemen sekolah dan 2 . pengembangan budaya sekolah, aspek kepala sekolah dan manajemen, aspek guru dan pembelajaran, aspek siswa dan prestasi siswa, serta aspek pengembangan peran serta masyarakat. 2. Penentuan standar pelayanan Dalam studi ini menggunakan standar formal yaitu Indikator Pencapaian Program Manajemen Berbasis Sekolah SD yang ditetapkan Direktorat 669 Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan sekolah Dasar tahun 2009 yang rinciannya adalah sebagai berikut. I. Aspek Kinerja Sekolah Secara Umum yang terdiri dari 2 sub: 1. Manajemen Sekolah: 6 3 + 3 indikator 2 . Pengembangan Budaya Sekolah: 4 i n d i k a t o r II. Aspek Kepala sekolah dan Manajemen: 11 indikator III. Aspek Guru dan Pembelajaran: 10 indikator IV. Aspek Siswa dan Prestasi siswa: 10 indikator V. Aspek Pengembangan Peran Serta Masyarakat: 10 indikator. 3. Penyebaran kuesioner atau wawancara terfokus Isi kuesioner dan wawancara disesuaikan dengan desain gap analysis yang akan dilakukan. Pertanyaan kuesioner dan wawancara mencakup aspek dan dimensi yang akan diukur. Dimensi pelayanan misalnya adalah dimensi: fisik, dimensi keterlibatan, dimensi ketepatan, dimensi keterjaminan, dan dimensi empati. Untuk memudahkan pengukuran secara kuantitatif, maka setiap dimensi yang dinilai diberi skala atau skor. Pengisian kuestionair dilakukan pada sesi sebelum istirahat, sholat dan makan siang Selama peserta melakukan istirahat, dilakukan analisis hasil kuestioner secara cepat. Berdasarkan hasil kuestionaer, dipilih pokok-pokok yang menarik untuk dibahas dalam diskusi kelompok terfokus. Peserta diskusi terfokus FGD adalah guru dan kepala sekolah serta komite sekolah SD pelaksana MBS dari 16 SD, pengawas sekolah yag bersangkutan, Ka UPTD, serta Dewan Pendidikan yang semuanya berjumlah 24 orang. 4. Analisis Data Dengan menggunakan statistik deskriptif dapat diketahui: rata-rata skor untuk setiap pasangan faktor yang sedang dikalkulasi kesenjangannya. Selain itu juga untuk perhitungan kesenjangan untuk masing-masing dimensi beserta alasan penjelasan berdasarkan hasil kuestionair yang dipertajam melalui FGD.

5. Follow Up