672 jaminan bahwa MBS akann terus dikembangkan secara berkelanjutan dengan
atau tanpa intervensi pihak lain. Kesenjangan yang terjadi pada semua aspek itu karena berbagai faktor, baik
faktor internal SD yang bersangkutan maupun faktor eksternal. Faktor internal SD terutama faktor kepala sekolah yang dipandang baru berhasil mengimplementasikan
pilar 1 manajemen SD, tetapi belum berhasil menggerakkan guru untuk PAKEM dan Komite Sekolah untuk PSM. Hal ini juga tidak terlepas oleh faktor kualitas
pengawasan dari pengawas sekolah dalam mensupervisi Kepala Sekolah dan juga mensupervisi guru. Faktor internal yang penting dalam PAKEM adalah guru dan
siswa; dalam FGD diidentifikasi bahwa tidak setiap guru di SD profesional dalam arti memiliki kecerdasan yang tinggi dan juga memiliki komitmen yang tinggi untuk
implrementasi MBS pilar ke 2 yaitu PAKEM. Bahkan disadari juga adanya guru yang rendah aras kecerdasan maupun komitmennya. Sedangkan faktor siswa
diungkapkan bahwa banyak siswa tidak mandiri, kualitasnya biasa-biasa saja dalam potensi keunggulannya, jumlah pada setiap kelas jauh melebihi standar ada sd yang
menampung 51 anak dalam 1 kelas, sehingga sangat menyulitkan untuk pojok baca dan perpustakaan serta pajangan di kelas. Kesenjangan pada aspek PSM terjadi
karena sulitnya rekruitmen pengurus yang mampu dan mau serta memiliki waktu untuk SD.
Faktor eksternal yang berhasil muncul didalam FGD adalah kebijakan sekolah gratis yang melarang adanya partisipasi orang tua dalam penggalangan dana
untuk program pengembangan SD karena dana BOS begitu minimnya jika dibanding unit cost SD apalagi untuk program-program unggulan seperti yang ada dalam
standar MBS. Selain itu minimnya penghargaan terhadap kepala sekolah dan guru yang inovatif baik dari internal SD maupun dari supra sistem sekolah. MBS sudah
mati suri. Terkait dengan kesenjangan yang tersaji di atas rupanya juga sudah terjadi di
Amerika Serikat, yang mencatat adanya 6 enam kendala dalam implementasi MBS yaitu a daya tahan para pelaksana, b harapan-harapan yang tidak realistik, c
ketidak-memadainya dukungan dewan pendidikan dan komite sekolah, d ketidak sejalanan antara harapan Guru dengan kebijakan sekolah, e hambatan dalam
pengambilan keputusan, dan f kegagalan untuk fokus pada tujuan utama MBS.
2. Tidak-adanya Kesenjangan
673 Berdasarkan hasil analisis diperoleh tidak adanya kesenjangan dengan arti terdapat
kesesuaian implementasi MBS dengan Standar, dengan kata lain sebagai nilai positif dari keberhasilan implementasi MBS, terkait dengan:
a. Aspek Kinerja Sekolah Secara Umum: Manajemen sekolah dimana Data sekolah
terdokumen dengan tertib, lengkap dan rapi serta tersimpan dengan baik sehingga mudah dicari; Adanya pembagian tugas yang jelas diantara warga
sekolah; Proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban program sekolah dilaksanakan secara demokratis, transparan dan akuntabel.
b. Pengembangan budaya sekolah dimana terdapat: Harmoni ada keselarasan dan
koordinasi dalam hubungan pribadi maupun kedinasan, saling menghargai, men- dukung dan melengkapi, setia kawan, toleransi, empati, simpati antar warga
sekolah dan antara warga sekolah dengan masyarakat untuk mencapai tujuan pendidikan; Semangat dan Spirit Ada semangat dan spirit maju bersama dari
kepala sekolah, guru dan siswa serta stake holder lainnya melalui kreatifitas dan inovasi tiada henti, selalu mencari jawaban atas permasalahan dan target kinerja
yang telah ditetapkan yang tergambar jelas pada konsistensi pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah.
c. Aspek Pengembangan Peran Serta Masyarakat dimana: Telah terbentuk Komite
Sekolah sesuai dengan KepMendiknas. 0442002 No U tentang Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan; Ada upayaprogram untuk memanfaatkan potensi
masyarakat sekitar sekolah: tokoh masyarat, tokoh agama, DUDI demi peningkatan prestasi belajar siswa.
Penggunaan Analisis Kesenjangan sebagai Model Monev Program
Kesenjangan program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam program dengan penampilan aktual dari program tersebut. Standar
adalah: kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan dengan harapan hasil yang efektif. Penampilan adalah: sumber, prosedur, manajemen dan hasil nyata yang
tampak ketika program dilaksanakan. Pada tahap pembandingan program, yaitu tahap membandingkan hasil yang
telah dicapai dengan tujuan yang telah ditetapkan, telah dituliskan semua penemuan
674 kesenjangan untuk disajikan, agar para stake-holder terutama implementor dapat
memutuskan kelanjutan dari program MBS. Kunci dari monitoring dan evaluasi ini adalah membandingkan penampilan dengan standartujuan yang telah ditetapkan.
Model monitoring dan evaluasi Program MBS dengan menggunakan analisis kesenjangan ini dapat menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengukur
kualitas pelayanan program; juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah sebagai penyedia layanan. Analisis kesenjangan yang bertumpu pada
kondisi dan kenyataan di SDMI dan SMPMTs penyelenggara MBS tahun 20102011, dengan menggunakan Standar MBS ini teruji sebagai model monitoring
evaluasi yang cukup sederhana, memungkinkan untuk diterapkan dan digunakan secara luas karena mampu menghasilkan informasi yang lengkap dari berbagai
dimensi program MBS. Gap yaitu perbandingan standard dengan capaian program berguna untuk menentukan bila ada pertentangan.
Penggunaan informasi pertentangan selalu mengarah pada satu dari empat pilihan:
1. Dilanjutkan ke tahap berikutnya bila tidak ada pertentangan. 2. Jika terdapat pertentangan, kembali mengulang tahap yang ada setelah merubah
standar program. 3. Jika tahap 2 tidak bisa terpenuhi, kemudian mendaur ulang kembali ke langkah 1–
tahap definisi program, untuk menggambarkan kembali program tersebut, kemudian memulai evaluasi pertentangan lagi pada tahap 1.
4. Jika tahap 3 tidak bisa terpenuhi pilihannya adalah mengakhiri program. Perlu disadari bahwa ada dan tidaknya kesenjangan yang terjadi seperti
tersaji di atas, itu karena berbagai faktor, baik faktor internal sekolah yang ber- sangkutan maupun faktor eksternal; dan hal-hal itulah yang perlu mendapat perhatian
dalam menentukan kemungkinan lebih lanjut. Kemungkinannya ada empat: a. menghentikan program, b. mengganti atau merevisi, c. meneruskan atau, d.
memodifikasi misalnya salah satu adalah tujuannya. Berdasarkan temuan ini, yang paling pas adalah alternatif ke 4 yaitu memodifikasi.
Penutup
Berdasarkan analisis kesenjangan yang telah dilaksanakan tahun 20112012 diperoleh hasil monitoring dan evaluasi Implementasi MBS di Salatiga yang berupa
675 simpulan berdasarkan standar MBS, ternyata terdapat kesenjangan yang tinggi 78
tersebar di 5 aspek mulai dari aras 1 dekat, pada aspek kinerja sekolah secara umum sampai 5 sangat jauh, pada aspek guru dan pembelajaran. Kesenjangan itu
terjadi karena faktor internal sekolah yang bersangkutan maupun faktor eksternal. Khusus pada aspek guru dan pembelajaran ini diajukan saran perlu segera
diupayakan program pemberdayaan guru secara berkelanjutan. Model monitoring dan evaluasi program menggunakan analisis kesenjangan
ini menjadi salah satu alat ukur kualitas layananprogram dan kinerja penyedia layanan. Analisis yang bertumpu pada evaluasi diri dan observasi tentang gambaran
nyata sekolah penyelenggara MBS yang kemudian dibandingkan dengan Standar MBS teruji bahwa model ini cukup sederhana, memungkinkan untuk diterapkan dan
digunakan secara luas karena mampu menghasilkan informasi yang lengkap,valid dan cepat dari berbagai dimensi program.
REFERENSI
Abu-Duhou, I. 1999. Scholl-Based Management. United Nation Education Scientific and Cultural Organization, Paris: UNESCO.
Ali Rahmat. 2011. Kontroversi Pendidikan Profesi Guru. http:alirahmat.multiply.comjournal
item40?show_interstitial=1u=2Fjournal2Fitem Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
MPMBS. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, 2009. Indikator Pencapaian
Program Manajemen Berbasis Sekolah Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan sekolah Dasar
Direktorat TK SD. Manajemen Berbasis Sekolah. http:www.mbs-sd.org. Kubick Katheleen. 1988. School-Based Management: ERIC Digest Number EA 33. ERIC
Clearinghouse on Educational Management Eugene OR: http:www.gov databaseERIC-DIGESTindex
Mulyasa. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
676 Nurkholis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:. Grasindo
Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo Slamet PH. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 27.
httpwww.pdk.go.idjurnal27manajemen-berbasis-sekolah.htm Suciptoardi. 2011. Evaluasi Program Malcolm Provus – DEM DISCREPANCY EVALUA-
TION MODEL. http:suciptoardi.wordpress.com20110103evaluasi-program-
malcolm- provus- dem-discrepancy-evaluation-model
Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Rencana Strategis Pembangunan Nasional 2000- 2004. Jakarta.
Wohlsteeter Mohrman. 1996. School-Based Management: Strategies for Success, CPRE Finance Briefs. http: www.ed.govpubsCPREfb2sbm.html.
-0-
677
INDIKATOR PENCAPAIAN PROGRAM MBS SEKOLAH DASAR
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak Kanak dan sekolah Dasar, 2009
I Aspek Kinerja Sekolah Secara Umum 1. Manajemen Sekolah
a. Data sekolah terdokumen dengan tertib, lengkap dan rapi serta tersimpan
dengan baik sehingga mudah dicari b.
Ada pembagian tugas yang jelas diantara warga sekolah. c.
Proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggung jawaban program sekolah dilaksanakan secara demokratis, transparan dan akuntabel.
Tampilan Fisik Sekolah: a.
Halaman sekolah tertata baik bersih rapi teduh dan rindang b.
Gedung sekolah terawat dan tertata baik. c.
Sarana Pendidikan c ukup jumlahnya, terawat, termanfaatkan dan tersimpan dengan baik
2 . Pengembangan Budaya Sekolah
a. Harmoni
Ada keselarasan dan koordinasi dalam hubungan pribadi maupun kedinasan, saling menghargai, mendukung dan melengkapi, setia kawan, toleransi,
empati simpati antar warga sekolah dan antara warga sekolah dengan masyarakat untuk mencapai tujuan
b. Tata Tertib
Disepakati, ditetapkan dan dipatuhi bersama secara tertib dan disiplin sebagai alat peningkatan kinerja sekolah
c. Semangat dan Spirit
Ada sema ngat dan spirit maju bersama dari kepala sekolah guru dan siswa serta stake holder lainnya melalui kreatifitas dan inovasi tiada henti selalu
mencari jawaban atas permasalahan dan target kinerja yang telah ditetapkan yang tergambar jelas pada konsistensi pencapaian visi, misi dan tujuan
sekolah d.
Manajemen Kualitas Total
678 Dikembangkan budaya mutu pada setiap tahap dan aspek melalui budaya
belajar disiplin kerja sungguh sungguh bersih dan rapi.
II. Aspek Kepala sekolah dan Manajemen
1. Mempunyai visi dan misi yang jelas tentang masa depan sekolahnya dapat
menjabarkan dalam tujuan sekolah dan prioritas kegiatan dalam Rencana Kerja Sekolah RKS yang hasilnya terukur secara konkrit
2. Mampu memanfaatkan sumberdaya yang ada: manusia, sarana, dana, pikiran
gagasan; memanfaatkan potensi, kekuatan, peluang, kelemahan, dan tantangan yang ada sebagai dasar bertindak dalam menyusun program dan mengatasi
masalah yang ada 3.
Memahami secara mendasar hakekat dan implementasi MBS di sekolahnya serta mampu menjelaskan kepada warga sekolah dan stake holder lainnya serta
menjamin keberlangsungan MBS di sekolahnya secara mandiri dan berkelanjutan 4.
Memahami dan mampu melaksanakan pengelolaan keuangan sekolah secara transparan dan akuntabel serta menganut azas demokratis dalam mengelola
sekolahnya 5.
Memahami secara mendalam kebijakan Pemerintah yang sedang berlaku terutama delapan Standar Nasional Pendidikan serta kebijakan lain yang terkait
dengan SD 6.
Mengenal kekurangan dan kelebihan guru di sekolahnya serta mampu mengkoordinasikannya dalam satuan tugas yang solid dan dinamis
7. Mampu bekerjasama dan menjalin hubungan baik dengan stake holder sekolah
seperti komite sekolah masyarakat dan birokrasi di daerahnya 8.
Mampu memotivasi dan memfasilitasi guru guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan kurikulum, dalam proses pembelajaran serta memotivasi
guru untuk berprestasi dan memperbaiki kinerjanya 9.
Mampu mengevaluasi kinerja diri dan sekolah, self assesment mengidentifikasi kelemahan dan permasalahan serta menindaklanjuti dalam program konkrit pada
periode berikutnya, selalu ada perbaikan 10.
Mampu dan ada upaya untuk menjadi agen perubahan agent of change bagi sekolah dan masyarakat sekitarnya, menjadi teladan dan mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia.
679 11.
Mampu memanfaatkan teknologi informasi dalam peningkatan manajemen dan pembelajaran di sekolah.
III. Aspek Guru dan Pembelajaran
1. Menguasai kurikulum: struktur, konsep, dan materi ajar; mempunyai pola pikir
keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu 2.
Mengenal kekurangan dan kelebihan siswa di kelasnya serta mampu memberi semangat belajar dan motivasi berprestasi kepada siswanya
3. Mampu mengelola kelas dan melaksanakan pembalajaran yang memberi
peluang siswa untuk mengelaborasi bereksplorasi dan mengkonfirmasi materi ajar dengan baik
4. Mampu memfasilitasi komunikasi dua arah dengan siswa baik secara klasikal
maupun kelompok dalam pembelajaran 5.
Mampu memanfaatkan sarana media dan lingkungan sebagai sumber belajar dan mampu membuat alat peraga sederhana
6. Mempunyai produk berupa dokumen alat peraga sederhana -teacher made
apparatus serta media pembelajaran sebagai gagasan inovatif yang orisinil serta mampu menjelaskan dengan baik
7. Mampu memahami nilai nilai luhur budaya lokal, nusantara, dan universal serta
nilai moral spiritual 8.
Mampu berkoordinasi dengan teman sejawat dalam rangka peningkatan kinerja dan mutu pembelajaran
9. Mampu mengevaluasi kinerja diri self assesment mengidentifikasi kelemahan
dan permasalahan serta menindaklanjuti dalam program konkrit pada periode berikutnya; selalu ada perbaikan
10. Mempunyai visi ke depan tentang peningkatan mutu pendidikan khususnya
pembelajaran di sekolahnya yang didukung dengan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi terhadap kelasnya.
IV. Aspek Siswa dan Prestasi siswa
1. Minimal 80 persen dari siswa tiap kelas dapat mencapai Kriteria ketuntasan
Minimal KKM yang ditentukan sekolah 2.
Setiap siswa mempunyai produk hasil belajar
680 3.
Setiap siswa mempunyai prestasi unggulan, kelebihan dibanding siswa lain 4.
Mampu bekerja dalam tim team work untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas
5. Mampu menjelaskan materi pelajaran yang telah dikuasai baik secara lisan
maupun tulis dengan jelas dan lancar 6.
Mampu menyampaikan pendapat pribadinya tentang suatu masalah dengan jelas secara lisan atau tulis
7. Mampu memahami dan mematuhi aturan dan tata tertib sekolah yang ditetapkan
secara demokratis 8.
Berperilaku sopan santun dan hormat, menghargai terhadap: guru, orang tua dan warga sekolah lainnya; bukan takut dan menghindar
9. Memahami budaya lokal bahasa daerah dan seni daerahnya
10. Sehat jasmani dan rohani, berpenampilan bugar, bersih dan rapi serta
bersemangat menghadapi tantangan.
V. Aspek Pengembangan Peran Serta Masyarakat
1. Telah terbentuk Komite Sekolah sesuai dengan KepMendiknas. 044 2002 No
U tentang Komite Sekolah dan Dewan pendidikan 2.
Adanya kontribusi dan kepedulian komite sekolah dan masyarakat terhadap sekolah yang mengarah pada proses pembelajaran dan prestasi siswa baik
langsung maupun tidak langsung 3.
Ada dampak nyata dan terukur partisipasi masyarakat terhadap perkembangan prestasi siswa pada semua aspek pendidikan
4. Ada program pengembangan partisipasi masyarakat yang disusun bersama
antara kepala sekolah, guru dan komite sekolah 5.
Ada kontribusi sekolah terhadap masyarakat sekitar sekolah, pengabdian masyarakat
6. Ada upaya program untuk memanfaatkan potensi masyarakat sekitar sekolah:
tomas, toga, DUDI demi peningkatan prestasi belajar siswa 7.
Lebih dari 50 persen program yang dirancang bersama komite sekolah dan masyarakat dapat dicapai
8. Ada dokumen administrasi yang jelas yang terkait dengan bantuan yang berasal
dari masyarakat
681 9.
Komite Sekolah dan masyarakat memahami makna MBS dan menjamin bahwa MBS akann terus dikembangkan secara berkelanjutan dengan atau tanpa
intervensi pihak lain 10.
Ada laporan dan evaluasi terhadap hasil pengembangan program Partisipasi Masyarakat setiap tahun dan ada tindak lanjutnya.
-0-
682
PENINGKATAN KEPEKAAN TERHADAP MASALAH LINGKUNGAN DAN PENGAPLIKASIANYA UNTUK MENYUSUN RENCANA
PENELITIAN MELALUI PENERAPAN GROUP INVESTIGATION GI Lesson Study Dengan Mengambil Obyek Mata Kuliah Pengetahuan
Lingkungan Di Semester V
Nurwidodo Universitas Muhammadiyah Malang
e-mail: nurwidodo88yahoo.com
ABSTRAK
Matakuliah pengetahuan lingkungan membekali mahasiswa untuk dapat meningkatkan kepekaan terhadap masalah lingkungan dan memanfaatkannya untuk
menyusun rencana penelitian berbasis lingkungan. Permasalahan yang ditemukan dalam perkuliahan selama ini adalah kepekaan terhadap masalah lingkungan dan
kemampuan memanfaatkan untuk menyusun penelitian lingkungan yang masih rendah. Padahal kepekaan terhadap masalah lingkungan merupakan entrypoint untuk
menyusun rencana penelitian berbasis lingkungan. Tujuan dari penulisan makalah adalah mendeskripsikan hasil implementasi Group Investigation
dalam meningkatkan kepekaan terhadap masalah lingkungan dan mengaplikasikannya
untuk menyusun rencana penelitian pada mahasiswa prodi pendidikan biologi semester V.
Telah diterapkan Group Investigation pada matakuliah pengetahuan lingkungan pada semester ganjil tahun 20112012. Kegiatannya meliputi penentuan masalah dan
kelompok, perumusan cara menyelesaikan masalah, melakukan investigasi lapang, mengorganisasikan data dan menganalisis, mempresentasikan hasil dan evaluasi.
Kegiatan ini berlangsung dalam 4 empat siklus. Data tentang temuan aktivitas belajar mahasiswa setelah dianalisis menunjukkan
bahwa ada peningkatan kepekaan mahasiswa terhadap permasalahan lingkungan dan kemampuan menyusun rencana penelitian selama perkuliahan dari siklus ke siklus.
Dengan GI Mereka terkondisi untuk belajar dengan sunguh-sungguh dan
683 bertanggung jawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa GI dapat
meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah lingkungan dan GI dapat meningkatkan kemampuan menyusun rencana penelitian berbasis lingkungan.
Kata Kunci: Kepakaan, masalah lingkungan, rencana penelitian, Group Investigation
ABSTRACT
Environmental science course equips students to be able to increase the sensitivity to environmental issues and use them to formulate a research plan based environment.
Problems were found in the lecture during this extremely sensitive to environmental issues and the ability to use the research to develop an environment that is still low.
Though sensitivity to environmental issues is the entrypoint to piled plan-based research environment. The purpose of writing this paper is to describe the
implementation of the Group Investigation results in increased sensitivity to environmental issues and apply them to plan research on the biology of the prodi
student education semester V. It has been applied to Group Investigation on knowledge of the environment in the
course semester in 20112012. Its activities include the determination of the issues and groups, formulation of how to solve problems, conduct field investigations,
organize and analyze the data, present the results and evaluation. This activity takes place within 4 four cycles. In the determination of Plan
, the teacher makes the
lesson plan RPP personaly, than discussed together with the lecturers. In this activity students carry out the learning process DO and observed by several lecturers.
See on activities, do reflect on the learning that has been carried out led by a moderator.
Data on students learning activity findings after analysis showed that there is an increased sensitivity to the problems of the environment and student ability to piled
plan research for lectures from cycle to cycle. With GI They conditioned to learn sincerely and responsible. It can be concluded that the GI can increase student
sensitivity to environmental concerns and GI can improve the ability to plan-based research environment.
684 Keywords
Sensitivity, the environment problem, research plan, group Investigation
Pendahuluan
Ilmu pengetahuan lingkungan adalah ilmu yang membahas lingkungan sebagai komponen utama dari ekosistem, tempat kehidupan manusia berlangsung. Ilmu
lingkungan bersifat antroposentrik yang artinya mengkaji lingkungan dalam kepentingannya untuk kebutuhan hidup manusia. Lingkungan adalah segala sesuatu
yang berada di luar manusia sebagai subyek kajian. Lingkungan merupakan tempat hidup dimana manusia mengambil sumberdaya untuk memenuhi kebutuhannya,
namun lingkungan juga merupakan tempat sampah, dimana manusia membuang semua sisa sisa yang sudah tidak dipergunakannya. Lingkungan adalah sumberdaya
bagi kehidupan manusia. Sepanjang eksplorasi manusia terhadap lingkungannya berlangsung secara wajar,
maka lingkungan akan memberikan daya dukung secara baik, dan hubungan yang terjalin diantaranya akan berlangsung secara alamiah, apa adanya. Akan tetapi
karena manusia telah mengubah tingkat kebutuhan dasar menjadi keinginan tersier, maka eksplorasi manusia terhadap lingkungannya menjadi rakus dan tamak.
Lingkungan dikuras semaksimal mungkin untuk memenuhi keinginan manusia yang semakin bertambah jumlahnya. Mulai saat inilah, maka terjadi ketidak seimbangan
disekuilibrium hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Perubahan pola hubungan manusia dan lingkungannya inilah awal dari munculnya permasalahan
lingkungan dan berakibat pada terjadinya petaka bahaya lingkungan. Manusia dalam menjalankan kehidupannya tidak terlepas dari peran dan
berkonsekuensi pada permasalahan lingkungan. Kepekaan sensitivitas adalah kecepatan respon cepat tanggap seseorang terhadap segala sesuatu di
lingkungannya. Kepekaan terhadap masalah lingkungan merupakan kesadaran akan adanya permasalahan lingkungan yang muncul sebagai akibat dari terjadinya
ketidakseimbangan hubungan ekologis antara faktor biotik dan abiotik.
685 Permasalahan tersebut sangat beragam dan menarik perhatian untuk mendapatkan
pengkajian serta berpotensi sebagai masukan dalam menyusun penelitian. Kepekaan adalah derajat kesadaran dan tanggapan terhadap terjadinya perubahan lingkungan.
Sedangkan kepekaan terhadap permasalahan lingkungan adalah derajad susceptible terhadap terjadinya perubahan yang mengarah kepada kerusakan atau bahaya
lingkungan. Kepekaan terhadap masalah lingkungan dapat diidentifikasi melalui kemampuan mendeteksi terhadap berbagai masalah yang potensial ataupun yang
muncul di lingkungan. Jumlah masalah yang potensial atau yang telah muncul yang mampu disadari atau direspon menunjukkan derajad kepekaan seseorang terhadap
masalah lingkungan. Dalam lesson study ini, ada 2 aspek kepekaan siswa yang diamati yakni kesadaran dan tanggapan dalam skala kuantitas dan kualitas.
Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa kepekaan mahasiswa terhadap permasalahan lingkungan belum optimal. Sebagian besar mahasiswa belum
memiliki kesadaran terhadap potensi munculnya masalah lingkungan. Mereka baru memiliki kesadaran terhadap masalah yang telah muncul sebagai akibat telah
terjadinya berbagai perubahan yang mendahuluinya. Padahal untuk dapat menjadi peneliti harus memiliki kepekaan terhadap fenomena yang mungkin terjadi atau
bersifat potensi. Peningkatan kepekaan terhadap masalah lingkungan dimungkinkan terwujud dengan diterapkannya lesson study dalam perkuliahan ilmu pengetahuan
lingkungan yang dilaksanakan dengan metode group investigation. Matakuliah Pengetahuan Lingkungan adalah salah satu maka kuliah yang
mendukung pada pencapaian tujuan prodi biologi. Standar kompetensinya ialah menguasai pengetahuan lingkungan dan memiliki kepekaan terhadap permasalahan
lingkungan serta mengaplikasikan permasalahan lingkungan dalam peyusunan proposal penelitian berbasis pengetahuan lingkungan. Adapun kompetensi dasarnya
sebagai berikut 1. Mendiskripsikan konsep dasar ilmu pengetahuan lingkungan, 2. Menganalisis permasalahan lingkungan di Indonesia, 3. Mendeskripsikan Hukum
Lingkungan, 4. Konservasi Energi, 5, Menganilisis tentang populasi penduduk, 6. Menganilisis suksesi dan adaptasi, 7. Menganilisis karakteristik sumberdaya alam,
ketersediaan, pemanfaatan dan permasalahanya terhadap manusia, 8. Mengevaluasi pengendalian hama, 9. Menganalisis polusi dan dampaknya, 10. Menganalisis
pemanasan global.
686
Metode Penelitian
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah lingkungan dan implementasi permasalahan tersebut sebagai input
dalam menyusun proposal penelitian maka pembelajaran dilaksanakan dengan Lesson Study dengan tiga tahapan plan, do dan see. Ketiga tahapan tersebut
dilaksanakan dalam 4 empat kali siklus perkuliahan LS. Kepekaan mahasiswa dalam permasalahan lingkungan dan penerapan dalam penyusunan proposal
penelitian ini menjadi focus dalam pelaksanaan pembelajaran pengetahuan lingkungan yang dikelola melalui Lesson Study dengan metode pembelajaran Group
Investigation GI. Untuk mendapatkan bukti-bukti empirik terhadap focus kajian tersebut maka
subyek yang dikaji sebagai sumber data adalah dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan LS untuk matakuliah Pengetahuan Lingkungan. Dosen yang terlibat
adalah Drs. Nurwidodo, M.Kes., Dra. Lise Chamisijatin, MPd., Dra. Roimil Latifah, MSi., DR. Eko Susetyorini, MSi,. Dra. Elly Purwanti, MP., dan DR. Poncojari
Wahyono, M.Kes. Lesson study pada matakuliah Pengetahuan Lingkungan dirancang dalam 4 siklus atau putaran. Setiap putaran dilaksanakan dalam tiga
tahapan yaitu : 1 perencanaan plan dalam menyusun teaching plan dan teaching materials, 2 melakukan perkuliahan berdasarkan SAP yang telah disusun do dan
diobservasi oleh anggota tim Lesson Study dan observer lain, serta 3 melakukan diskusi refleksi berdasarkan hasil observasi see.
Pada tahapan plan, dilakukan pengkajian secara bersama sama terhadap
teaching plan dan teaching material yang telah direncanakan yang meliputi silabus matakuliah, materi yang akan diajarkan, dosen model yang akan berperan, lembar
kegiatan mahasiswa dan instrumen evaluasi yang diperlukan. Hasil pengkajian digunakan untuk perbaikan yang diperlukan terhadap rancangan pembelajaran yang
disusun.
Pada tahapan pelaksanaan do dosen model melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan rencana pembelajaran yang sudah mendapatkan pengkajian secara bersama dan perbaikan revisi sesuai dengan saran dan masukan. Sementara itu tim
matakuliah bertindak sebagai observer selain dosen model. Dalam melaksanakan observasi pelaksanaan pembelajaran, juga diundang dosen diluar kelompok
687 matakuliah Pengetahuan Lingkungan untuk ikut melakukan observasi pembelajaran.
Observasi didasarkan pada lembar observasi terstándar yang sudah disiapkan. Observasi ditujukan terhadap aktivitas belajar mahasiswa selama perkuliahan baik
yang positif maupun negatif. Untuk memperkuat hasil observasi juga dilakukan pendokumentasian melalui rekaman foto dan video audio-visual. Dokumentasi ini
dilakukan terhadap perilaku dan kejadian yang umum maupun khusus selama proses pembelajaran dan berharga sebagai bukti authentik kejadian selama pembelajaran
untuk memperkuat kegiatan refleksi.
Tahapan Refleksi see. Kegiatan refleksi dilakukan segera setelah
pembelajaran selesai. Kegiatan ini diikuti seluruh observer dan dosen model dan dipimpin oleh seorang moderator serta dibantu seorang sekretaris. Pada kegiatan ini
dilakukan diskusi terhadap peristiwa yang muncul dalam pembelajaran baik secara umum maupun khusus, positip maupun negatif namun bukan untuk memvonis dosen
model. Aktivitas belajar siswa yang menjadi perhatian utama. Langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah moderator memperkenalkan masing-masing
hadirin yang mengikuti kegiatan refleksi dengan perannya masing masing, kemudian dosen model diminta menyampaikan terlebih dahulu persepsinya terhadap
pembelajaran yang baru saja berlangsung. Berikutnya seluruh observer diminta menyampaikan hasil observasinya secara berurutan. Setelah semua observer
menyampaikan komentarnya, maka langkah berikutnya adalah dosen model diminta memberikan tanggapan atas komentar observer. Semangat yang dibangun adalah
untuk meningkatkan kinerja pembelajaran sebagaimana fokus masalah yang sudah direncanakan, bukan pada mencari kelemahan dosen model. Hasil refleksi ini
kemudian digunakan untuk input bagi penyusunan perencanaan pembelajaran berikutnya.
Teknik dan instrumentasi pengumpulan data. Data yang dikumpulkan
meliputi data tentang 1 kepekaan mahasiswa terhadap masalah lingkungan dan 2 pemanfaatan masalah untuk menyusun rencana peelitian. Untuk data tentang
kepekaan terhadap masalah, utamanya pada dua aspek yaitu jumlah masalah lingkungan yang disadari dan respon mahasiswa terhadap masalah tersebut.
Sedangkan data pemanfaatan masalah untuk menyusun proposal penelitian berbasis lingkungan maka data yang dikumpulkan meliputi 1. Kemampuan merumuskan
judul penelitian, 2. Kemampuan mendeskripsikan latar belakang, 3. Kemampuan
688 mendiskripsikan rumusan masalah, dan 4. Kemampuan meumuskan tujuan
penelitian. Dalam mendiskripsikan proses perkuliahan, teknik analisis data menggunakan
analisis isi hasil observasi pada kegiatan do dan see yang dilaksanakan. Pada analisis isi ini maka dilakukan pengumpulan informasi, reduksi, verifikasi dan kesimpulan
hasil. Untuk mendiskripsikan peningkatan kepekaan dan kemampuan memanfaatkan masalah untk menyusun rencana penelitian digunakana analisis data secara
deskriptif.
Hasil Dan Pembahasan
Deskripsi pelaksanaan plan, do dan see untuk setiap materi yang digunakan dalam open lesson
1. Perencanaan