201
3. Olah Busana
Busana pranatacara menyesuaikan jenis upacara pengantin, busana adat Jawa gaya Yogyakarta atau Surakarta.Kesesuaian antara busana adat pengantin dengan pranatacara
merupakan pakem yang “tidak bisa” untuk ditinggalkan. Perhatikan perbedaan keduanya. Busana di bawah ini salah satu dari jenis busana adat Jawa, masih ada busana yang lain
seperti beskap Yogyakarta, sikepan Sala.
Surjan Yogyakarta Mangkunegaran Sala
4. Unggah-Ungguh atau Stratifikasi Bahasa Jawa
Walaupun unggah-ungguh atau stratififikasi bahasa Jawa bertingkat-tingkat, namun unggah- ungguh yang digunakan paling dominan adalah krama alus bahasa Jawa tingkat tinggi untuk
menghormati orang lain. Hal ini wajar karena dalam upacara pengantin pranatacara memang menempatkan dirinya lebih rendah daripada pengantin, pemangku hajat, dan para
tamu. Pranatacaraharus menghormati orang lain. Dalam budaya Jawa nuansa menghormati orang lain sangat kental.Dengan bahasa Jawa krama, pranatacara meninggikan orang dengan
tidak merendahkanya karena pranatacara perannya sangat penting dalam upacara pengantin. Orang lain pun menghormati pranatacara. Maka terjadilah saling menghormati hingga
terjadi harmoni dalam komunikasi.
5. Menguasai Upacara Adat Pengantin Gaya Yogyakarta dan Surakarta
Kraton adalah pusat kebudayaan Pringgawidagda, 2006. Oleh karena itu upacara pengantin Jawa berkiblat pada dua kraton di Jawa, yakni Kraton Yogyakarta dan Kraton Surakarta
sehingga dikenal dengan pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta Sala. Secara garis besar
202 upacara pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta tidak berbeda. Namun subacaranya
berbeda. Secara umum upacara pengantin Jawa terdiri dari 1 upacara siraman, 2 midodareni, 3 upacara panggih, 4 upacara pawiwahan, dan 5 upacara boyong
pengantenngundhuh mantu. Masing-masing upacara tersebut memiliki acara yang berbeda antara pengantin gaya Yogyakarta dan Surakarta.Pranatacara harus menguasai kedua
upacara adat tersebut agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Kesalahan penempatan dapat mengakibatkan keluar dari pakemnya pakem kraton.
6. Menguasai Panyandra
Panyandra adalah mendeskripsikan suatu barang, orang, atau peristiwa dengan bahasa yang indah. Berdasarkan pendapat Wahab 1991 rerorika panyandra merupakan perpaduan model
Anglo-Saxon wicara berputar-putarbulet-bulet, model Kaplan tidak langsung, dan model Franco-Italian berbunga-bunga. Panyandra merupakan kompetensi tingkat tinggi bagi
pranatacara karena semua unsur keterampilan wicara berkolaborasi di dalam panyandra.Panyandra sangat berirama, susastra atau indah, dan kompleks Suwarna, 2009b.
Penelitian Suwarna 2001 keterampilan panyandar merupakan keterampilan paling sulit dikuasi oleh mahasiswa dalam perkuliahan Ekspres Lisan. Perkuliahan Ekspresi Lisan
memang difokuskan pada upacara pengantin Jawa. Apabila pembelajar pranatacara mengusai panyandra hampir dapat dipastikan dia dapat melaksanakan tugas lain secara
komprehensif dan bagus. Panatacara profesional wajib mengusai panyandra. Sekali lagi hukumnya wajib.
Berbagaikompetensi yang mendukung panyandra 1 berbagai olah suara, 2 olah bahasa susastra, 3 menguasi tata upacara pengantin, 4 suluk, pathetan, ada-ada, dsb., 5
tembang, 6 gending, 7 tembang gending, 8 makna upacara pengantin, 9 makna upacara pengantin, 10 makna peralatan upacara pengantin, 11 mengusai kosakata kawi.
Semua keterampilan itu dipadukan dalam satu tuturan yang disebut panyandra.Di bawah ini contoh panyandra.
Juru ampil sekar kembar mayang kalpataru jayadaru jumangkah tumuju papanira pengantin kakung. Sekar kembar mayang kalpataru jayadaru dulur papat lima pancer,
kakang kawah adhi ari-ari, rah, sungsum, tal puser kinarya pancer. Warara sakembaran sigra marepegi jumenengira risang pengantin kakung. Kinepyok
pamidhangane pengantin kakung mawi sekar kembar mayang, kentar ing sukreta, kalis ing sambekala.
203 ‘Pembawa kembar mayang yang disebut kalpataru jayadaru melangkah menuju tempat
mempelai pria berdiri. Kembar mayang sebagai lambang kesaudara empat, yang kelima sebagai pusatnya. Kawah, ari-ari, darah, sungsum, dan tali pusat sebagai induknya.
Gadis kembar mendekati mempelai pria. Bunga kembar mayang disentuhkan di bahu kanan dengan bunga kembar mayang, hilang semua halangan, terhapus semua
rintangan.’
7. Melantunkan Tembang