Menyiapkan Mempresentasikan prosiding seminar dikti

777 b. Mahasiswa membuat lembar kerja lapangan berdasarkan diskusi kelompok

B. Proses

Skill Biodiversit y Trainings Pembekalan keterampilan proses biodiversitas a. Dosen membekali mahasiswa tentang 1. Cara menentukan key person dalam investigasi 2. Cara melakukan wawancara 3. Cara pengambilan sampel lapangan 4. Cara membuat laporan 5. Cara presentasi lisan yang baik 6. Cara membuat bahan presentasi yang baik b. Mahasiswa latihan dan praktek c.

C. Pembelaja

r-an di lapangan 1. Melaksanakan investigasi atau penelitian a. Mahasiswa mencari informasi tentang topik yang dipelajari kepada key person yang sesuai dan selanjutnya melakukan pengamatan. b. Mahasiswa menganalisis data yang diperoleh, dan membuat kesimpulan. c. Tiap anggota kelompok berkontribusi aktif dalam mencari dan menganalisis data serta membuat kesimpulan yang dilakukan kelompoknya Tahap Pembelajara n Sub-Tahap Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran d. Mahasiswa saling bertukar pendapat, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan yang muncul dalam investigasi.

2. Menyiapkan

laporan akhir a. Tiap anggota kelompok menentukan pesan-pesan esesnsial dari hasil 778 investigasi di lapangan b. Dengan berdiskusi kelompok, mahasiswa merencanakan subtansi yang akan dilaporkan, c. Mahasiswa membuat laporan tertulis sesuai dengan kaidah laporan ilmiah.

3. Mempresentasikan

Laporan akhir dan evaluasi a. Mahasiswa dalam kelompok membuat presentasi hasil investigasinya b. Presentasi dibuat dalam berbagai macam bentuk yang menarik dan dapat dipahami. c. Dalam mempresantikan hasil investigasi harus dapat melibatkan mahasiswa yang lain secara aktif d. Mahasiswa lain dalam kelas mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas. e. Tiap mahasiswa saling memberikan umpan balik mengenai topik yang telah diinvestigasi, tugas wawancara dan pengambilan data di lapangan yang telah dikerjakan, dan mengenai kefektifan pengalaman-pengalaman lapangan. Evaluasi Model Pembelajaran Kemampuan mengidentifikasi topik Model pembelajaran yang dikembangkan dimulai dengan pembelajaran aktif dikelas. Mahasiswa mengidentifikasi topik – topik tentang konservasi bioiversitas dalam kaitannya dengan kearifan lokal masyarakat Banten. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai sumber, seperti internet, buku, literature lain, nara sumber, tokoh adat dan lain sebagainya. Untuk 779 dapat mengidentifikasi topik kearifan lokal yang berkaitan dengan konservasi biodiveritas, mahasiswa dibekali konsep tentang biodiveritas, konservasi dan kearifan lokal melalui diskusi di kelas. Konsep Biodiversitas atau yang dikenal dengan keanekaragaman hayati menurut WWF adalah kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, genetik yang dikandungnya dan ekosistem yang dibangun menjadi lingkungan hidup. Jadi keanekaragaman hayati dapat dilihat dari tiga tingkatan, yaitu tingkat spesies, genetik, dan ekosistem. Keanekaragaman spesies berhubungan dengan semua spesies di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak, seperti tumbuhan, jamur, dan hewan. Keanekaragaman genetik berhubungan dengan variasi genetik dalam satu spesies, baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografis, maupun di antara individu- individu dalam satu populasi. Keanekaragaman ekosistem berhubungan dengan komunitas biologi yang berbeda-beda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik Indrawan et.al, 2008. Makna konservasi menurut Supriatna 2004, mencakup tiga prinsip, yaitu pendekatan save, study dan use. Tiga prinsip tersebut bersifat holistik, yaitu pendekatan menyeluruh yang diharapkan dapat melindungi spesies dengan tidak meninggalkan aspek manfaat. Lebih lanjut Rifai 2004 menekankan bahwa pendekatan dalam upaya konservasi adalah dengan mengedepankan pemanfaatan secara lestari. Sedangkan kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya Sartini, 2004. Bentuk kearifan lokal ini dapat berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat, hukum adat dan aturan-aturan khusus lainnya Sirtha, 2004. Hasil kemampuan mengidentifkasi topik tentang konservasi biodiversitas dalam kaitannya dengan kearifan lokal masyarakat Banten, dapat dilihat pada Gambar 2. 780 Gambar 2. Persentase Kemampuan Mahasiswa dalam Mengidentifikasi Topik tentang Konservasi Biodiversitas dalam Kaitannya Dengan Kearifan Lokal Banten Gambar 2 menunjukkan bahwa setengah lebih 58 mahasiswa mampu mengidentifikasi topik konservasi biodiversitas dalam kaitannya dengan kearifan lokal masyarakat Banten. Topik yang dikemukakan sebagian besar berhubungan dengan komunitas adat-adat yang ada di wilayah Banten, seperti komunitas adat masyarakat Baduy, Kasepuhan Banten Kidul, dan komunitas adat di Taman Nasional Ujung Kulon. Namun masih ada setengah kurang 42 mahasiswa yang belum mampu mengidentifkasi topik konservasi biodiversitas dalam kaitannya dengan kearifan lokal masyarakat Banten. Topik yang tidak sesuai mengungkapkan tentang pemanfaatan rumput laut, budidaya anggrek, pemanfaatan sawah, dan topik-topik lain yang tidak spesifik. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan mahasiswa dalam mencari literature. Yustina 2012 berpendapat bahwa dalam menghimpun berbagai informasi, hal yang sangat penting adalah keterampilan mahasiswa dalam ilmu teknologi IT seperti keterampilan melacak informasi melalui internet. Menurut Selpeter, 2008 dalam Yustina, 2012 keterampilan mengidentifikasi masalah, merumuskan dan menyelesaikan masalah sangat berkaitan dengan keterampilan mahasiswa dalam menguasai informasi dan teknologi. Oleh sebab itu perlu perbaikan pada tahapan pembelajaran ini, yaitu memotivasi mahasiswa dalam menggali kearifan lokal yang terdapat disekitarnya melalui penguasaan teknologi informasi. Lemahnya kemampuan menggali informasi melalui wawancara dengan tokoh masyarakat atau sesepuh adat, merupakan penyebab lain belum mampunya mahasiswa mengidentifkasi topik konservasi biodiversitas dalam kaitannya dengan kearifan lokal masyarakat Banten. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu dibekali teknik melakukan wawancara dan cara menentukan key person dalam mencari informasi. Kemampuan merencanakan investigasi Tahapan pembelajaran selanjutnya adalah mengelompokkan mahasiswa berdasarkan kesamaan topik investigasi. Mereka berkelompok 3-4 orang untuk berdiskusi topik yang akan diinvestigasi. Mereka berdiskusi untuk merencanakan mengenai 1. Apa yang akan dipelajari? 2. Bagaimana cara mempelajarinya? 3. Siapa yang melakukannya? pembagian tugas 4. Untuk tujuan dan kepentingan apa mereka mempelajari dan menginvestigasi topik ini? Selanjutnya mereka membuat lembar kerja lapangan berdasarkan diskusi kelompok. 781 Berdasarkan kesamaan topik terdapat 10 kelompok, dengan 10 topik yang akan diinvestigasi di lapangan. Kesepuluh kelompok bersepakat bahwa topik yang akan diinvestigasi berkaitan dengan komunitas adat Kasepuhan Banten Kidul, yang terletak di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Topik-topik yang akan diinvestigasi dapat dikelompokkan menjadi 3 sesuai dengan konsep biodiversitas, yaitu satu judul pada konsep konservasi genetik, tujuh judul pada konsep keanekaragaman jenis dan dua judul pada konsep keanekaragaman ekosistem, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Topik- Topik Investigasi Lapangan Hasil Diskusi Kelompok No Konsep Judul Investigasi 1 Konservasi genetik 1 Konservasi keanekaragaman jenis padi lokal di Cisungsang, Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul 2 Konservasi Jenis 1 Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai obat tradisional di masyarakat Kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak 2 Pemanfaatan bambu dan rotan sebagai bahan kerajinan di masyarakat Kasepuhan Banten Kidul 3 Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan dalam proses upacara-upacara adat pada masyarakat Kasepuhan Banten Kidul 4 Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai bumbu dapur dalam masakan pada masyarakat Kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak No Konsep Judul Investigasi 5 Pemanfaatan dan persepsi masyarakat kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak tentang hewan-hewan di sekitarnya 6 Pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan sebagai sayuran dan lalapan masyarakat Kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak 7 Pemanfaatan tumbuhan selain padi sebagai bahan pangan di masyarakat kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak 3 Konservasi Ekosistem 1 Kearifan Lokal Masyarakat Kasepuhan Banten Kidul di Desa Cisungsang, Lebak dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan 782 2 Pola pergiliran tanaman pada lahan di masyarakat Kasepuhan Banten Kidul, di Desa Cisungsang Lebak Tahap selanjutnya, mahasiswa membuat lebar kerja secara kelompok sebagai panduan dalam pengambilan data pada saat kuliah lapangan. Lembar kerja berisi pertanyaan- pertanyaan tentang konsep biodiversitas, ancaman biodiversitas dan cara konservasinya. Indikator lainnya untuk penilaian kemampuan membuat lembar kerja adalah komponen judul, tujuan investigasi, adanya lembar jawaban untuk pertanyaan yang diajukan serta lembar identifikasi keanekagaraman yang didapat dari lapangan. Lembar kerja juga mencerminkan adanya pembagian tugas antar anggota kelompok. Kemampuan membuat lembar kerja dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kemampuan mahasiswa dalam membuat lembar kerja dalam . Gambar 3 memperlihatkan bahwa lembar kerja yang dibuat mahasiswa masih terdapat kelemahan pada kemampuan membuat pertanyaan tentang ancaman biodiversitas. Indrawan et al, 2008 menyatakan bahwa perlunya konservasi karena adanya ancaman terhadap kelestarian biodiversitas. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan pada tahap pembelajaran ini 783 dengan memberikan isu-isu yang berkaitan dengan ancaman terhadap biodiveritas. Aspek lainnya yang masih terdapat kelemahan adalah pada format lembar kerja yang tidak menyediakan lembar identifikasi biodiversitas yang akan ditemui di lapangan. Flora dan fauna yang dijumpai di lapangan tidak semuanya langsung dikenal oleh mahasiswa, oleh sebab itu diperlukan lembar untuk mencatat ciri-ciri flora dan fauna yang dijumpainya. Menurut Majid 2007 lembar kerja yang baik dapat digunakan sebagai panduan melakukan kerja ilmiah. Sebagian besar lembar kerja yang dibuat mahasiswa belum mencerminkan pembagian tugas dalam pengambilan data di lapangan. Bekerja dalam kelompok merupakan keterampilan yang dituntut di dunia kerja pada era sekarang. Pembagian tugas dalam kelompok sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan tanggung jawab, kemampuan sosial dan mempercepat tugas di lapangan karena terbatasnya waktu Sharan, 2009. Oleh sebab itu diperlukan perbaikan pada tahap pembelajaran ini dengan meningkatkan kerjasama dan pembagian tugas yang jelas dan adil. Kemampuan komunikasi tulisan laporan investigasi Tahap berikutnya dalam model yang dikembangkan adalah membuat laporan penelitian berdasarkan hasil dari investigasi lapangan. Komunikasi dalam sains merupakan pengorganisasian dan penyampaian informasi secara efisien. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu keterampilan proses yang harus dimiliki dalam suatu kegiatan ilmiah. Komunikasi tidak sekedar menyampaikan buah pikiran, tetapi harus mampu memilah-milah informasi yang akan dikemukakan secara efisien. Indikator untuk menilai kemampuan komunikasi tulisan adalah format laporan, latar belakang melakukan investigasi, tujuan investigasi, pertanyaan investigasi, metode investigasi, hasil invesitgasi, pembahasan, simpulan, daftar pustaka dan lampiran hasil investigasi. Kemampuan komunikasi tulisan dapat dilihat pada Gambar 4. 784 Gambar 4. Kemampuan Mahasiswa dalam Komunikasi Tulisan Membuat Laporan Penelitian Gambar 4 memperlihatkan hasil bahwa sebagian besar indikator dalam kemampuan berkomunikasi tulisan sudah baik dengan rata-rata 80. Sebagian besar laporan sudah dibuat dalam format yang lengkap, sistematis dan menggunakan bahasa yang lugas. Dalam latar belakang, sebagian besar mahasiswa telah mengungkapkan adanya permasalahan, alasan dan pemecahan sementara berdasarkan literature masalah yang akan diinvestigasi. Tujuan investigasi sebagian besar telah mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicapai diketahui, dipahami. Pertanyaan tersebut berisi rambu-rambu tentang informasi yang ingin diketahui dengan bentuk kalimat tanya yang efektif. Sebagian besar mahasiswa juga telah mampu menyusun kegiatan pengamatan secara sistematis dengan langkah-langkah pengamatan yang jelas. Penyampaian hasil penelitian sebagian besar telah berisi informasi yang diperoleh masing-masing anggota kelompok dengan menyusunnya secara sistematis dan komunikatif. Hasil penelitian ditampilkan dalam grafiktabel dan telah dianalisis serta disentesis untuk menjawab pertanyaan penelitian. Simpulan yang dibuat sebagian besar telah menginferensi dari hasil pengamatan. 785 Kelemahan komunikasi tulisan yang dibuat oleh mahasiswa adalah masih sedikit rujukan yang berasal dari jurnal-jurnal ilmiah. Rujukan atau referensi merupakan landasan bagi pengembangan dan pengkajian ilmu selanjutnya. Rujukan yang disarankan berasal dari karya ilmiah scientific paper, karena karya ilmiah merupakan laporan tertulis yang dipublikasikan yang memamaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau tim yang memenuhi kaedah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan Firman, 2004. Kelemahan lainnya adalah dalam membuat laporan penelitian sebagian besar tidak melampirkan hasil kerja investigasi individu. Melampirkan kerja individu merupakan tindakan menjunjung kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran dan tanggung jawab merupakan pengembangan karakter dalam pembelajaran sains. Laporan yang dibuat secara kelompok harus berdasarkan kerja individu dalam kelompok. Oleh sebab itu sangat penting melampirkan kerja individu. Kemampuan komunikasi lisan presentasi Setelah mahasiswa mampu membuat komunikasi tulisan atau laporan penelitian, tahap selanjutnya pada model yang dikembangkan adalah kemampuan komunikasi lisan dengan mempresentasikan laporan penelitian hasil investigasi lapangan. Kemampuan komunikasi lisan merupakan keterampilan proses sains yang penting dalam literasi biodiversitas. Kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam rangka konservasi biodiversitas membutuhkan kemampuan komunikasi lisan Indrawan et.al, 2008. Indikator untuk menilai kemampuan komunikasi lisan adalah penyampaian presentasi, penjelasan data hasil pengamatan secara ilmiah, penguasaan materi, penyajian data hasil pengamatan yang komunikatif, cara menjawab pertanyaan teman dengan alasan logis dan ilmiah, kemampuan menyimpulkan hasil kegiatan, kemampuan menghargai pendapat teman, dan kemampuan kerjasama dengan teman kelompok. Kemampuan komunikasi lisan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi lisan mahasiswa rata-rata baik 82,96. Sebagian besar mahasiswa telah dapat menyampaikan presentasinya dengan lengkap, sistematis dan bahasanya lugas. Mereka sebagian besar mampu menjelaskan data hasil pengamatan secara limiah, sistematis, ringkas dan lengkap. Mereka juga menguasai materi, serta dapat menyajikan hasil pengamatan secara lancar, menggunakan bahasa baku dan komunikatif. Dalam menjawab pertanyaan sebagian besar mahasiswa menjawab dengan 786 benar, memberi alasan yang diserati bukti dan tidak emosi. Mahasiswa juga sebagian besar mampu menghargai pendapat teman. Pada akhir presentasi, mahasiswa mampu menyimpulkan hasil kegitan dengan tepat dan sesuai tujuan. Mereka juga mampu berbagi tugas dan berpartisipasi aktif dalam presentasi. Gambar 5. Kemampuan Mahasiswa dalam Komunikasi Lisan Mahasiswa mampu dengan baik mengkomunikasikan hasil investigasinya sebab pada model pembelajaran yang dikembangkan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk berdiskusi mempersiapkan presentasi. Setiap anggota kelompok berperan aktif mempersiapkan presentasi dengan pembagian tugas yang jelas dan adil. Kemampuan berkolaborasi Model pembelajaran yang dikembangkan juga membekali kemampuan berkolaborasi. Kemampuan berkolaborasi diukur dengan peer asesmen. Indikator yang dipakai untuk mengukur kemampuan kolaborasi adalah partisipasi, kepemimpinan, sikap, umpan balik, kerjasama dan manajeman waktu. Kemampuan kolaborasi dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 menunjukkan bahwa kemampuan berkolaborasi mahasiswa dalam model yang dikembangkan rata-rata baik 81,5. Sebagian besar a nggota kelompok selalu berpartisipasi penuh 787 dalam kegiatan kelompok dan selalu hadir dalam diskusi kelompok. Sebagian besar anggota kelompok menunjukkan sikap kepemimpinan yang baik. Mereka dengan efektif mengarahkan agar kelompok tetap fokus pada materi, memberi semangat dan kesempatan pada setiap anggota untuk berpartisipasi, mengajukan solusi untuk masalah yang dihadapi, dan memiliki sikap yang positif. Antar anggota kelompok mendengarkan dengan baik ide dan saran dari anggota yang lain, saling memberikan umpan balik yang detail dan konstruktif, sesuai dengan topik. Sebagian besar anggota kelompok memperlakukan anggota yang lain dengan hormat dan membagi beban kerja dengan adil, dan sebagian besar anggota kelompok menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Gambar 6. Kemampuan Berkolaborasi Mahasiswa. Menurut Sarwanto 2009, kerjasama merupakan kemampuan menyampaikan dan memahami dengan baik gagasan dan pesan yang disampaikan secara verbal dan kemampuan dalam menyikapi dan menghadapi kritik, saran dan pendapat orang lain yang berbeda dengan baik dan sopan. Kemampuan bekerja dalam kelompok merupakan salah satu keterampilan abad 21yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai bekal untuk bekerja Herawati, 2011. 788 Penguasaan Konten Biodiversitas Tahap pembelajaran selanjutnya adalah mengevaluasi penguasaan konten biodiversitas. Konten biodiversitas merujuk pada pengetahuan tentang prinsip dan proses ekologi yang berhubungan dengan biodiversitas, pengetahuan tentang permasalahan dan isu-isu yang berhubungan dengan biodiversitas dan pengetahuan tentang strategi dan aksi penyelamatan biodiversitas. Hasil penguasaan konten biodiversitas dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 6. Kemampuan Penguasaan Konten Biodiversitas dalam Gambar 6 menunjukkan bahwa sebagian besar 53 mahasiswa telah menguasai konten konservasi biodiversitas dengan nilai B 66-79, dan bahkan 7 mendapatkan nilai A 80-100. Namun 37 mahasiswa mendapatkan nilai C 56-65 dan bahkan masih ada 3 yang mendapatkan nilai D 45-55. Perlu adanya perbaikan tahap pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan konten biodiversitas, dengan memperbanyak diskusi di kelas dengan isu-isu dan permasalahan konservasi biodiversitas lokal. Simpulan Pembelajaran konservasi biodiversitas berdasarkan kajian beberapa pakar seharusnya dilaksanakan dengan strategi mengajar yang melibatkan mahasiswa secara aktif dengan materi pembelajaran yang dikenal oleh mahasiswa, sehingga pembelajaran tersebut dapat meningkatkan lieterasi biodiversitas. Oleh sebab itu dikembangkan model yang sesuai dengan kondisi di Indonesia yaitu model pembelajaran konservasi biodiversitas berbasis kearifan 789 lokal untuk meningkatkan literasi biodiversitas bagi calon guru biologi. Model yang dikembangkan adalah memadukan pembelajaran aktif di kelas dengan pembelajaran di lapangan. Untuk meningkatkan kemampuan pengambilan data di lapangan diperlukan pembekalan keterampilan proses yang berkaitan dengan konservasi biodiversitas. Indonesia mempunyai banyak kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai materi pembelajaran konservasi biodiversitas. Sehingga dengan model yang dikembangkan mahasiswa calon guru dapat mencari dan memanfaatkan kearifan lokal setempat untuk materi pembelajaran, jika mereka menjadi guru kelak. Model yang dikembangkan masih terdapat beberapa kelemahan, antara lain pada proses pencarian topik, kemampuan membuat lembar kerja dan kemampuan penguasaan konten. Oleh sebab itu masih diperlukan perbaikan-perbaikan guna tercapainya tujuan pembelajaran yaitu literasi biodiversitas. Saran Pembelajaran konservasi biodiversitas di Indonesia masih menekankan pada penguasaan konsep biodiversitas, sehingga menyebabkan kesadaran dan pemahaman terhadap makna biodiversitas masih rendah. Seharusnya pembelajaran konservasi biodiversitas diarahkan untuk membekali mahasiswa tentang literasi biodiversitas. Pembelajaran konservasi biodiversitas untuk sekolah menengah di Indonesia telah masuk dalam pembelajaran biologi. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006, telah menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk keanekaragaman hayati yang diajarkan pada Kelas X, Semester 2, sebagai berikut Tabel 3 : Tabel 3. Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD Pembelajaran Konservasi Biodiversitas Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Standar Kompetensi SK Kompetensi Dasar KD Memahami manfaat keanekaragaman hayati 1. Mendiskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, ekosistem melalui kegiatan pengamatan. 2. Mengkomunikasikan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam Berdasarkan SK dan KD tersebut dapat diintrepretasikan bahwa metode yang digunakan dalam mengajarkan biodiversitas harus melibatkan siswa secara aktif, karena 790 tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran adalah siswa mampu mendiskripsikan konsep, mengamati dan mengkomunikasikan biodiversitas dan konservasinya. Oleh sebab itu perlu dikembangkan model pembelajaran konservasi biodiversitas calon guru di universitas yang bersifat aktif, sehingga nantinya calon guru tersebut akan mengajarkan biodiversitas kepada siswa dengan metode aktif juga. Daftar Pustaka Dikmenli, M. 2010. “Biology Student Teachers Conceptual Frameworks Regarding Biodiversity”. Education 130, 3, 479 – 489. Djulia, E. 2005. Peran Budaya Lokal dalam Pembentukan Sains: Studi Naturalistik Sains Siswa Kelompok Budaya Sunda tentang Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan dalam Konteks Sekolah dan Lingkungan Pertanian. Disertasi Doktor pada PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan. Firman, H. 2004. Menulis Karya Ilmiah. Bandung:UPI Fischer, A. Young, J.C. 2007. “Understanding Mental Constructs of Biodiversity: Implications for Biodiversity Management and Conservation”. Biological Conservation. 136, 271 – 282 Gall, M.D., Gall, J.P Borg, W.R. 2003. Educational Research An Introduction. Boston: Pearson Education Inc. Glasson, G.E. et al. 2010. “Sustainablility Science Education in Africa: Negotiating Indigenous Ways of Living with Nature in the Thitrd Space”. International Journal of Science Education. 32, 1, 125 – 141. Hagenbuch, B. et al. 2009. “Evaluating a Multi-Component Assessment Framework for Biodiversity”. Education Teaching Issues and Experiments in Ecology. 6, 1-18. Helldén, G. dan Helldén, S. 2008. “Students’ Early Experiences of Biodiversity and Education for a Sustainable Future”. Nordina, 4, 2, 123-130. Indrawan, M., Primack, R.B. dan Supriatna, J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor. Leksono, S.M. Rustaman, N. 2012. “Pengembangan Literasi Biodiversitas sebagai Tujuan Pembelajaran Biologi Konservasi bagi Calon Guru Biologi”. Prosiding Seminar Nasional dan Rapat Tahunan BKS-PTN B, Bidang Ilmu MIPA, Fakultas MIPA UNIMED, 196 -201. 791 Leksono, S.M. et al. 2012. “Sikap Mahasiswa terhadap Scientific Field Trips pada Perkuliahan Biologi Konservasi Berbasis Kearifan Lokal” Prosiding Seminar Nasional Penerapan Ilmu MIPA, Fakultas MIPA UNY Yogyakarta. Leksono, S.M. et al. 2012. “ Kemampuan Profesionalisme Guru Biologi Dalam Kemahami Dan Merancang Model Pembelajaran Konservasi Biodiversitas Di Sma Studi Kasus Di KabKota Serang, Propinsi Banten” Laporan Penelitian Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standart Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Menzel, S. Bogeholz, S. 2009. “The Loss of Biodiversity as a Challenge for Sustainable Development: How Do Pupils in Chile and Germany Perceive Resource Dilemmas?”. Research Scicence Education. 39, 429 – 447. Okur, E. et al. 2011. “The Common Methods Used in Biodiversity Education By Primary School Teachers Çanakkale, Turkey”. Journal of Theory and Practice in Education, Sarwanto. 2009. Penilaian Afektif.

7, 1, 142-159.