350 Tabel 16.
Pelaporan Evaluasi Proses Tutorial Tatap Muka
No Aspek Yang Diamati
Bukti Deskripsi Singkat Hasil Pengamatan
Hal Yang Perlu Diperbaiki
A. Kehadiran tutor dan mahasiswa
1. Persentase kehadiran tutor
dan mahasiswa. a.
Tutor hadir 100 b.
Mahasiswa hadir 97 -
B. Proses tutorial
2. Apakah tutor membantu
mahasiswa dalam memahami bahan ajar ?
Semua tutor membantu mahasiswa dalam memahami
bahan ajar. -
3. Metode apakah yang
dominan digunakan oleh tutor ?
Sebagian besar tutor 13 orang menggunakan
ceramah sebagai motode utama dalam tutorial.
Tutor perlu menggunakan
metode yang lebih bervariasi.
4. Apakah metoda yang
digunakan tutor dapat mendorong student active
learning ? Metode ceramah yang dipilih
tutor kurang dapat mengaktifkan mahasiswa
dalam belajar. Sebagian besar mahasiswa cenderung
pasif. Tutor perlu
menggunakan metode tutorial yang
dapat melibatkan secara aktif
mahasiswa saat mempelajari materi
bahan ajar. 5.
Apakah tutorial mendorong terjadinya interaksi antara
tutor, mahasiswa, dan sumber belajar ?
Interaksi dalam proses tutorial lebih banyak berjalan
searah dari tutor ke mahasiswa.
351
No Aspek Yang Diamati
Bukti Deskripsi Singkat Hasil Pengamatan
Hal Yang Perlu Diperbaiki
A. Kehadiran tutor dan mahasiswa
6. Apakah tutor melatih
mahasiswa mengembangkan proses berfikir tinggi ?
Proses berfikir tinggi belum banyak dilatihkan karena
tutor lebih banyak menjelaskan materi.
Tutor perlu melatih proses berfikir tinggi.
7. Apakah dalam tutorial tutor
memberi penguatan dan umpan balik ?
Tutor sudak memberi penguatan dan umpan balik
pada saat mahasiswa mengerjakan tugas yang
diberikan tutor. -
C. Hal-hal menarik yang muncul selama proses tutorial
8. 1.
Ditemukan 1 tutor yang mengaitkan antara materi yang dibahas dalam tutorial dengan permasalahan-permasalahan riil di sekolah sehingga mahasiswa sangat
antusias. 2.
Ditemukan 1 tutor yang menggunakan diskusi kelompok dengan baik sehingga mahasiswa antusias.
3. Sebagian besar mahasiswa masih belum membaca modul dari rumah, mereka
menghendaki tutor menjelaskan materi seperti memberi kuliah.
d. Evaluasi hasil program tutorial tatap muka.
Untuk mengevaluasi kepuasan mahasiswa dan kemandirian mahasiswa dalam belajar, evaluator membagikan dua buah kuesioner untuk diisi
mahasiswa. Kuesioner tersebut adalah kuesioner kepuasan mahasiswa dan kemandirian mahasiswa dalam belajar. Tidak ada saran dari mahasiswa
sehubungan dengan keterbacaan kedua kuesioner. Hasil kuesioner selanjutnya di olah oleh evaluator dan dituangkan dalam format pelaporan
evaluasi hasil tutorial. Evaluator tidak menemui hambatan dalam mengolah data hasil kuesioner. Pada tabel 17 berikut ini disampaikan pelaporan
evaluasi hasil program tutorial tatap muka.
352 Tabel 17.
Pelaporan Evaluasi Hasil Program Tutorial Tatap Muka
NO HASIL
PROGRAM YANG
DIEVALUASI STANDAR
HASIL EVALUASI
1. Kepuasan
mahasiswa terhadap layanan
tutorial tatap muka
Kepuasan mahasiswa terhadap layanan tutorial tatap muka
tinggi, dengan skor kepuasan diri minimal 52.
Kriteria tingkat kepuasan: Skor 16-28: rendah
Skor 29-51: sedang Skor 52-64: tinggi
Kepuasan mahasiswa: a.
Tinggi=134 orang 32,21
b. Sedang=382 orang
67,79. c.
Rendah= 0.
2. Kemandirian
mahasiswa dalam belajar
Kemandirian mahasiswa dalam belajar tinggi, skor minimal 40.
Kriteria kemandirian mahasiswa dalam belajar:
Skor 12-20: rendah Skor 21-39: sedang
Skor 40-48: tinggi Kemandirian mahasiswa
dalam belajar: a.
Tinggi=79orang 18,99
b. Sedang=334 orang
80,29 c.
Rendah=3 0,72 3.
Penguasaan materi bahan ajar
Nilai mata kuliah yang diikuti tutorialnya minimal C.
Nilai mata kuliah: a.
A=99 orang 23,80 b.
B=240 orang 57,70
c. C=76 orang 18,27
d. D=1 orang 0,03
e. Evaluasi efektivitas program tutorial tatap muka.
Data evaluasi hasil tutorial tabel 17 untuk selanjutnya digunakan untuk menentukan efektivitas program tutorial tatap muka. Evaluator tidak
menemui kesulitan untuk mengisi format laporan efektivitas program
353 evaluasi. Tabel 18 berikut ini menunjukkan hasil evaluasi efektivitas program
tutorial tatap muka. Jika hasil progam tutorial tatap muka dibandingkan dengan tujuan
yang ingin dicapai tabel 18 maka dapat dinyatakan bahwa kepuasan mahasiswa terhadap layanan program tutorial tatap muka dan kemandirian
mahasiswa dalam belajar merupakan dua aspek dari hasil program tutorial tatap muka yang dapat dinyatakan belum efektif karena belum dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi bahan ajar merupakan aspek dari hasil program tutorial
tatap muka yang dapat dinyatakan efektif. Setelah mengetahui hasil efektivitas program maka tugas evaluator
selanjutnya menganalisis penyebab ketidakefektivan aspek program dengan melacak kelemahan pelaksanaan atau perencanaan dari respons mahasiswa
terhadap instrumen yang diisi.
Tabel 18. Pelaporan Efektivitas Program Tutorial Tatap Muka
NO. KOMPONEN
HASIL TUTORIAL
HASIL EVALUASI TUJUAN YANG
INGIN DICAPAI EFEKTIFI
TAS
1. Kepuasan
mahasiswa terhadap layanan
program tutorial yang
diselenggarakan UPBJJ-UT
Kepuasan mahasiswa: a.
Tinggi=134 orang 32,21
b. Sedang=382 orang
67,79. c.
Rendah= 0. Kepuasan
mahasiswa terhadap layanan program
tutorial tatap muka tinggi skor: 52 –
64.
Belum efektif.
2. Kemandirian
mahasiswa dalam belajar
Kemandirian mahasiswa dalam belajar:
a. Tinggi=79orang 18,99
b. Sedang=334 orang
80,29 Kemandirian
mahasiswa dalam belajar tinggi skor
minimal 40. Belum
efektif.
354
NO. KOMPONEN
HASIL TUTORIAL
HASIL EVALUASI TUJUAN YANG
INGIN DICAPAI EFEKTIFI
TAS
c. Rendah=3 0,72
3. Penguasaan
materi tutorial. Nilai mata kuliah yang diikuti
tutorial tatap mukanya: a.
A=99 orang 23,80 b.
B=240 orang 57,70 c.
C=76 orang 18,27 d.
D=1 orang 0,03 Nilai mata kuliah
yang diikuti tutorialnya minimal
C. Efektif.
Pembahasan
Program tutorial tatap muka UT dapat dipandang sebagai program layanan bantuan belajar dan program pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa, meningkatkan kemandirian mahasiswa melalui pembelajaran aktif. Berdasarkan karakteristik program tutorial tatap muka
UT maka model evaluasi program pelatihan Kirkpatrick Kirkpatrick 2006: 3 dan model evaluasi program pembelajaran Alkin Fitzpatrick, Sanders, Worthen,
2004: 92 merupakan model yang dapat dianggap cocok untuk mengembangkan model evaluasi tutorial tatap muka UT yang tepat dan komprehensif. Pemilihan
model evaluasi Kirkpatrick dan model evaluasi Alkin sebagai model dasar dalam mengembangkan model evaluasi program tutorial tatap muka didasarkan pada
adanya beberapa kesamaan antara bentuk program pelatihan Kirkpatrick dan program pembelajaran Alkin dengan program tutorial tatap muka. Sebagai program
layanan bantuan belajar maka program tutorial tatap muka harus berorientasi pada kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Gerson 1993: 3 menyatakan bahwa
program layanan harus berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasi program layanan maka kepuasan pelanggan merupakan salah satu aspek yang perlu
dievaluasi. Pemilihan model evaluasi Alkin didasarkan pada adanya kesamaan kedua program sebagai program pembelajaran. Model Alkin dipilih karena model evaluasi
Alkin merupakan model yang dirancang untuk mengevaluasi program pembelajaran secara komprehensif dengan menekankan evaluasi pada: system assessment,
program planning, program implementation, program improvement, dan program
355 certification. Berdasarkan kedua model evaluasi program tersebut maka model
evaluasi program tutorial tatap muka UT yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model evaluasi yang dirancang mampu mengevaluasi aspek-aspek: 1
asesmen kebutuhan program, 2 perencanaan program tutorial, 3 proses tutorial, 4 hasil proses tutorial, dan 5 efektivitas program. Model hasil pengembangan tampak
pada bagan 1. Berdasarkan bagan 1, karakteristik model evaluasi Kirkpatrick tampak pada evaluasi kepuasan mahasiswa evaluasi level 1 dan evaluasi
kemandirian mahasiswa dalam belajar serta evaluasi penguasaan materi bahan ajar evaluasi level 2. Evaluasi level 3 evaluasi behavior dan evaluasi level 4 evaluasi
impact yang dilakukan setelah peserta kembali ke tempat bekerja tidak dilakukan karena memakan waktu lama. Sedangkan model evaluasi Alkin tampak pada
asesmen kebutuhan program, evaluasi perencanaan program, evaluasi pelaksanaan program, evaluasi hasil program kemandirian mahasiswa dan penguasaan materi,
dan evaluasi efektivitas program. Penilaian model yang dilakukan oleh para ahli dan praktisi pendidikan jarak
jauh tabel 1 menunjukkan bahwa model evaluasi hasil pengembangan merupakan model yang cocok digunakan untuk mengevaluasi program tutorial tatap muka
karena model ini dinilai komprehensif, tepat, praktis, dan mudah digunakan. Pedoman penyelenggaraan evaluasi juga dinilai baik oleh para ahli dan praktisi
tabel 2 karena isi pedoman jelas, bahasa yang digunakan komunikatif, tingkat keterbacaannya tinggi, dan mudah digunakan.
Uji keterbacaan terhadap instrumen dan format pelaporan tabel 3 dilakukan oleh para ahli, praktisi, dan mahasiswa dengan fokus pada aspek: kejelasan petunjuk,
bahasa yang digunakan, keterbacaan, isi instrumen, dan kemudahan penggunaan. Dari keseluruhan aspek yang dinilai, para penilai memberi nilai rata-rata terendah
3,1 dan rata-rata tertinggi 3,8 dari skor maksimal 4. Dengan demikian instrumen dan format pelaporan dinilai mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi. Berdasarkan
hasil uji keterbacaan dapat disimpulkan bahwa model dan perangkat model mempunyai tingkat keterbacaan yang baik. Berbagai masukan dan saran yang
diperoleh selama uji keterbacaan langsung digunakan untuk memperbaiki model dan perangkat model. Uji keterbacaan instrumen memegang peranan penting untuk
memperoleh hasil pengukuran yang valid. Instrumen yang baik adalah instrumen yang susunan kalimatnya dapat dipahami dengan baik oleh responden. Forgan
356 Mangrum II 1981: 8-10 menyatakan bahwa uji keterbacaan dapat digunakan untuk
menentukan sejauh mana tes buatan guru dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Keterbacaan bertujuan untuk mengukur tingkat kesulitan kata dalam suatu bacaan
Vacca Vacca,1986: 47. Uji validitas isi dan validitas konstruk dilakukan terhadap model dan
perangkat model untuk memperoleh model dan perangkat model yang valid. Uji validitas isi dilakukan terhadap instrumen-instrumen yang dalam pengembangannya
tidak dilakukan berdasar konstruk teori seperti pedoman wawancara, pedoman pengamatan, format evaluai, format pelaporan dan sejenisnya. Uji validitas isi
dilakukan dengan cara mendiskusikan produk dengan para ahli evaluasi dan ahli pendidikan jarak jauh melalui berbagai forum seperti diskusi langsung antara peneliti
dengan para ahli, diskusi melalui media email, dan diskusi dalam forum FGD. Saran dan masukan dari para ahli langsung digunakan untuk memperbaiki instrumen. Hasil
diskusi dengan para ahli menyimpulkan bahwa model evaluasi program tutorial tatap muka UT mempunyai validitas isi yang dapat dipertanggungjawabkan. Uji validitas
konstruk dilakukan untuk instrumen-instrumen yang dikembangkan berdasar konstruk teori. Ada tiga instrumen yang diuji validitas konstruknya yaitu: Persepsi
mahasiswa terhadap pengelolaan program tutorial tatap muka, 2 Kepuasan mahasiswa terhadap layanan program tutorial tatap muka, dan 3 Kemandirian
mahasiswa dalam belajar. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan analisis faktor. Uji validitas konstruk dan uji reliabilitas dari ketiga instrumen tersebut
dilakukan sebanyak tiga kali yaitu setelah uji coba tahap 1, 2, dan 3. Hasil uji validitas konstruk tabel 4, 5, 6 dan uji reliabilitas tabel 7 menunjukkan bahwa
dalam uji coba tahap 1, 2, dan 3 ketiga instrumen tersebut tetap dapat menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel.
Dalam menetapkan standar reliabilitas instrumen ada ahli lain yang menetapkan standar yang lebih tinggi dari standar yang ditetapkan Hair 2010: 93
misalnya Kaplan Saccuzzo 1982: 106 menetapkan standar reliabilitas instrumen minimal 0,7. Seandainya standar Kaplan ini yang digunakan sebagai standar
penentuan reliabilitas maka ketiga instrumen yang diuji dalam penelitian ini masih memenuhi syarat sebagai alat ukur yang dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
reliabel.
357 Hasil uji coba penggunaan model dan perangkat model untuk mengevaluasi
program tutorial yang dilakukan pada uji coba tahap 2 dan 3 tabel 8-18 menunjukkan bahwa perangkat model dapat digunakan dengan baik untuk
mengevaluasi aspek-aspek program tutorial tatap muka mulai dari need assessment sampai dengan efektivitas program. Beberapa masukan dan saran diberikan oleh
evaluator dan para ahli khususnya pada saat uji coba tahap 2. Masukan dan saran langsung digunakan untuk memperbaiki instrument sehingga pada saat uji coba
tahap 3 kelemahan yang ada pada instrumen dapat diatasi.
Kesimpulan dan Saran. 1.
Model evaluasi program tutorial tatap muka UT yang dikembangkan dari model evaluasi Kirkpatrick dan model evaluasi Alkin merupakan model evaluasi cocok
untuk mengevaluasi program tutorial tatap muka UT karena sesuai dengan karakteristik dan tujuan program tutorial tatap muka UT. Model ini didisain dan
dikembangkan untuk mengevaluasi kegiatan: 1 need assessment, 2 perencanaan program tutorial, 3 proses tutorial, 4 hasil proses tutorial, dan efektivitas
program tutorial. Model evaluasi program tutorial tatap muka dilengkapi dengan perangkat model yang terdiri dari: a. Pedoman penyelenggaraan evaluasi, b.
Instrumen untuk mengevaluasi need assessment, perencanaan program, proses tutorial, hasil proses tutorial, dan c. Format pelaporan hasil evaluasi.
2. Pedoman penyelenggaraan evaluasi yang dikembangkan dlam penelitian ini
dinilai baik oleh para ahli dan praktisi pendidikan jarak jauh. Isi pedoman penyelenggaraan evaluasi dianggap jelas, bahasa yang digunakan komunikatif,
mempynyai tingkat keterbacaan yang tinggi, dan mudah digunakan. 3.
Instrumen-instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini dibedakan dalam dua kelompok:
a. Instrumen yang dikembangkan berdasar konstruk teori tertentu yaitu:
kuesioner Persepsi mahasiswa terhadap layanan program tutorial, kuesioner Kepuasan mahasiswa terhadap layanan program tutorial, dan kuesioner
Kemandirian mahasiswa dalam belajar. b.
Instrumen yang dikembangkan tidak berdasar konstruk teori tertentu, contoh: pedoman pengamatan, pedoman wawancara, format evaluasi, dan format
laporan hasil evaluasi.
358 Semua instrumen telah diuji keterbacaan, uji validitas dan reliabilitas. Uji
keterbacaan dilakukan oleh para ahli, praktisi, dan mahasiswa pendidikan jarak jauh dengan fokus penilaian pada: kejelasan petunjuk, bahasa yang digunakan,
keterbacaan, dan kemudahan penggunaan. Hasil uji keterbacaan menunjukkan bahwa semua instrumen mempunyai tingkat keterbacaan yang baik. Uji validitas
instrumen ditekankan pada validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas isi dilakukan untuk kelompok instrumen yang dikembangkan tidak berdasar
konstruk teori tertentu sedangkan uji validitas konstruk dan uji reliabilitas dilakukan untuk kelompok instrumen yang dikembangkan berdasar konstruk
teori tertentu. Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan para ahli evaluasi dan ahli pendidikan jarak jauh expert judgment. Uji validitas konstruk
dan uji reliabilitas dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat uji coba tahap 1 tahap pengembangan, uji coba tahap 2 uji coba model pada sampel terbatas,
dan uji coba tahap 3 uji coba model pada sampel diperluas. Untuk uji validitas konstruk, data hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan analisis faktor
sedangkan untuk uji reliabilitas, data hasil uji coba dianalisis dengan Cronbach alpha. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen yang
dikembangkan mampu menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliabel. 4.
Format pelaporan hasil evaluasi merupakan format yang digunakan untuk melaporkan hasil evaluasi dari setiap aspek program yang dievaluasi. Ada lima
format pelaporan yang dikembangkan yaitu: 1 format pelaporan evaluasi need assessment, 2 format pelaporan evaluasi perencanaan program, 3 format
pelaporan evaluasi proses tutorial, 4 format pelaporan evaluasi hasil proses tutorial, dan 5 format pelaporan efektivitas program. Pengembangan pedoman
ini telah didiskusikan dengan para ahli pendidikan jarak jauh di UT Pusat dan para praktisi di UPBJJ-UT Yogyakarta. Pedoman ini juga telah diuji keterbacaan
dengan fokus penilaian pada kejelasan petunjuk, bahasa yang digunakan, keterbacaan, dan kemudahan penggunaan. Hasil uji keterbacaan menunjukkan
bahwa format pelaporan hasil evaluasi program tutorial tatap muka mempunyai tingkat keterbacaan yang baik.
359
Daftar Pustaka.
Arga Datta Sigit, Endang Indrawati, Pepi Rospina Pertiwi, et.al. 2008. Tracer study program S1 penyuluh dan komunikasi pertanian fmipa-ut: sebaran,
karakteristik, dan keberterimaan di masyarakat indonesia. Jurnal Pendidikan
Terbuka dan Jarak Jauh. vol.9 2, 124 – 133.
Fitzpatrick, J.L., Sanders, J.R. Worthen, B.R. 2004. Program Evaluation: Alternative approaches and practical guidelines3
rd
ed.. Boston: Pearson. Forgan, H.W. Mangrumm II, C.T. 1981. Teaching Content Area Reading Skills
2
nd
ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company. Gerson, R.,F. 1993. Mengukur kepuasan pelanggan Terjemahan Hesty
Widyaningrum. New York: Crisp Publications, Inc. Hair, et.al 2010. Multivariate Data Analisys. New York: Pearson Prentice Hall.
I.G.A.K. Wardani. 2000. Program tutorial dalam sistem pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, vol. 1 2.
Irsan Tahar Enceng 2006. Hubungan kemandirian dan hasil belajar pada pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, vol. 7 2.
Kaplan, R.M, Saccuzzo, D.P.1982. Psychological Testing:Principles, application, and issues. Monterey : BrooksCole Publishing Company
Kirkpatrick, D,L. Kirkpatrick, J.D. 2006. Evaluating Training Programs: the four levels 3
rd
ed. San Francisco: Berret-Koehler Publishers, Inc. Kristanti Ambar Puspitasari Samsul Islam. 2003. Kesiapan belajar mandiri
mahasiswa dan calon potensial mahasiswa pada pendidikan jarak jauh
Indonesia. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. vol.4 1.
Mestika Sekar Winahyu Ucu Rahayu. 2009. Kajian terhadap kualitas bahan ajar non-cetak program S1 pendidikan biologi dalam pembelajaran interaktif sistem
pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. vol.10 1,
38 – 50.
360 Mukti Amini, Ade Mardiana, Hanafi. 2009. Efektivitas pelaksanaan
pembimbingan matakuliah peningkatan kemampuan mengajar program S1 PGPAUD Universitas Terbuka. Hasil penelitian tidak diterbitkan. Jakarta:
Pusat Penelitian dan Kelembagaan. Samsul Islam. 2000. Prestasi belajar, kesiapan belajar mandiri dan konsep diri
mahasiswa pada sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh: Suatu studi korelasional di Universitas Terbuka. Tesis tidak diterbitkan. Universitas
Negeri Jakarta, Jakarta. Sandra Sukmaning Adji. 2009. Analisis kepuasan mahasiswa pada kegiatan tutorial
tatap muka matakuliah praktikum IPA SD.. Hasil penelitian tidak diterbitkan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Kelembagaan.
Siti Julaeha. 2002. Memahami gaya dan strategi belajar mahasiswa. Jurnal
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Vol.3, 1 – 15.
Subagja. 2001. Pelembagaan upaya pengendalian mutuakademik di perguruan
tinggi. Dalam Pannen, dkk. ed. Cakrawala Pendidikan. Jakarta: Universitas
Terbuka Sudilah, Diah Astuti, Siti Zuhriyah. 2009. Studi tentang pengelolaan tutorial
tatap muka TTM mahasiswa program pendidikan dasar pendas di UPBJJ- UT Yogyakarta. Hasil penelitian tidak diterbitkan. Jakarta: Pusat Penelitian
dan Kelembagaan. Sugilar Isfarudi. 2002. Penguasaan materi dasar dan prestasi belajar matematika
dalam pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh. Vol.3 2.
Suharno, Supoyo, Suparno. 2009. Kajian faktor-faktor pelaksanaan program tutorial mahasiswa S1 PGSD UPBJJ-UT Bandar Lampung. Hasil penelitian
tidak diterbitkan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Kelembagaan. Tian Belawati. 1997. Understanding and increasing student persistance in distance
education: A case of Indonesia. Jurnal Studi Indonesia 7 1. 29-46. Titi Chandrawati, Sri Tatminingsih, Ketut Budiastra. 2009. Efektivitas
pelaksanaan pembimbingan matakuliah peningkatan kemampuan profesional program S1 PGPAUD Universitas Terbuka. Hasil penelitian tidak diterbitkan.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Kelembagaan.
361 Tri Darmayanti. 1993. Readiness for self-directed learning and achivement of the
students of Universitas Terbuka. Tesis tidak diterbitkan. University of Victoria, Victoria, BC.
Vacca, R.T. Cacca, J.A.L. 1986. Content Area Reading 2
nd
ed. Boston: Little Brown and Company.
Wahyuni Kadarko. 2000. Kemampuan belajar mandiri dan faktor-faktor psikososial yang mempengaruhinya: Kasus Universitas Terbuka. Jurnal
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, vol 1 1.
362
PELATIHAN IMPLEMENTASI METODE SIMULASI DAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
BAGI GURU STRATEGI MENUMBUHKAN JIWA WIRAUSAHA GURU DAN SISWA
Oleh: Kiromim Baroroh Pendidikan Ekonomi FE UNY
ABSTRAK
Pelatihan dilakukan pada guru yayasan Wahid Hasyim DIY. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan: 1 pelatihan pada guru mengenai pemanfaatan barang
bekas sebagai media pembelajaran 2 pelatihan penggunaan metode simulasi dalam pembelajaran. 3 bekal dan kemampuan dalam merancang pemanfaatan barang
bekas sebagai media pembelajaran sebagai strategi menumbuhkan jiwa wirausaha
pada guru dan siswa. Metode yang digunakan adalah Ceramah, diskusi dan simulasi.
Kegiatan ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam melakukan simulasi dan inovasi pemanfaatan barang bekas sebagai media pembelajaran yang
menumbuhkan jiwa wirausaha. Hasil pengabdian menunjukkan sebagian besar peserta mampu : a merancang pemanfaatan barang bekas sebagai media
pembelajaran, b menggunakan metode simulasi dalam pembelajaran yang menumbuhkan jiwa wirausaha, c menggunakan barang bekas sebagai media
pembelajaran yang menumbuhkan jiwa wirausaha. Jiwa wirausaha yang dikembangkan meliputi ciri-ciri 1 percaya diri, 2 berorientasi tugas dan hasil, 3
berani mengambil risiko, 4 berjiwa kepemimpinan, 5 berorientasi ke depan, dan 6 keorisinal. Diharapkan dengan kemampuan yang dimiliki guru dapat mendidik
siswa menjadi siswa yang mempunyai jiwa wirausaha.
Kata kunci: barang bekas,media,wirausaha Dosen,
kiromim_byahoo.com
363
Simulation Methods Implementation Training and Use of Recycle Objects As Learning Media for Teachers A Strategy to Enhance
Enterpreneurship Spirit of Students and Teachers
The training is aimed for Wahid Hasyim Foundation’s teachers in DIY. The purposes of this training are: 1 to give learning on usage of recycle objects
implementation as learning media, 2 to give training for teachers about simulation methods in learning and teaching activity 3 to increase the building recycle objects
ability of students and teacher as a learning media in order to improve enterpreneurship spirit of students and teachers. The methods used in this training
are speeches, discussions, and simulations. This activity can increase the teacher’s simulation and innovation ability on
using recycle objects as learning media to enhance enterpreneurship. The result of training showed that most participants are able to: a. build the use of recycle objects
as a learning media b. use simulation methods in learning which could enhance entrepreneurship; c. apply recycle objects use which enhance entrepreneurship. The
characteristics of entrepreneurship improved in this training consist of:1. Confidence;2. Task and output oriented;3. Brave to take risks; 4. Leadership;5.
Future oriented, and 6. Originality . Hopefully, the techers are able to educate their students to be businessmen.
Keywords: Simulation, Recycle Objects, Enterpreneurship
364
A. Pendahuluan