Latar Belakang Masalah Rekomendasi

217

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh, bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan masyarakat Indonesia. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru dan terbuka. Teknologi merupakan produk kreatif manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif. Internet sebagai bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa perubahan yang luar biasa pada segala aspek kehidupan manusia. Internet telah memengaruhi pola berkomunikasi antarmanusia, dunia pendidikan pun tidak luput untuk memanfaatkan fasilitas ini. Meningkatkan mutu pendidikan Indonesia pada era globalisasi haruslah secara komprehensif atau menyeluruh, dengan menitik beratkan pelaksanaan pada otonomi pengelolaan pendidikan, dengan memikirkan serta melakukan berbagai cara agar tercapainya tujuan pendidikan nasional secara utuh dan untuk secepatnya mengejar ketertinggalan dari negara lain. Untuk melihat keberhasilan pembelajaran, komponen pembelajaran yang diperlukan adalah alat penilaian. Alat penilaian yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa meraih standar kompetensi sangat beragam. Guru yang inovatif dapat memilih alat penilaian yang cocok dengan pokok pembelajarannya. Pengajaran bahasa dan sastra Indonesia kurang berkembang di sekolah lantaran penyampaian materi pelajaran yang monoton dan hanya bersifat satu arah. Sehingga, indikator keberhasilan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia hanya dilihat dari segi nilai ujian. Padahal, ada dua aspek yang penting dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yaitu aspek hiburan dan kebermanfaatan. Metodologi mengajar bahasa dan sastra Indonesia harus terus-menerus diperbarui melalui kegiatan kreasi dan inovasi guru. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tidak lepas dari belajar membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kemampuan berbahasa juga dapat menghasilkan tuturan yang bermakna dalam bentuk lisan dan tulisan. Siswa dapat menyampaikan pendapatnya baik lisan atau tulisan dengan bahasa yang logis dan santun serta dapat mengaktualisasikan setiap realitas yang terlihat dalam bentuk komunikasi dengan orang lain. Pembelajaran bahasa di sekolah diarahkan untuk keterampilan berbahasa yang bersifat integratif karena setiap aspek keterampilan berbahasa dikemas dalam program 218 belajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia 1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis. yang ada di SMP Negeri 2 Curug, Tangerang diharapkan agar siswa kelak dapat; 2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Guru bahasa dan sastra Indonesia juga harus menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan tindak lanjut karena pada era globalisasi guru menjadi penentu keberhasilan siswa didik dalam mengadopsi dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kehidupan yang hakiki. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diperlukan sentuhan hati seorang guru yang selalu dapat melakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik yang muara akhir hasil pembelajaran meningkat, kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam berbahasa Indonesia yang baik, benar dan sopan. Maka diperlukan seorang guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia yang professional harus memiliki; a kompetensi pedagogik: kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. b kompetensi sosial: kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. c kompetensi kepribadian: kemampuan kepribadian yang mantap stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 219 d kompetensi profesional: kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi stándar kompetensi yang ditetapkan dalam Stándar Nasional Pendidikan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru diharapkan mampu memberikan pembelajaran untuk berbagai aspek keterampilan berbahasa. Kompetensi memberikan pembelajaran terkait dengan berbagai faktor sebagai berikut; 1 merumuskan indikator dan tujuan, 2 mengorganisasikan bahan, 3 mengonstruk alat evalusi, 4 mengemas kegiatan, 5 meracik metode dan teknik, 6 menbedah sumber dan media pembelajaran. Faktor tersebut diatas memerlukan keterampilan seorang guru yang handal sehingga, pembelajaran bahasa berlangsung dengan baik dan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi penerapan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang bermakna sehingga situasi dan kondisi belajar haruslah; Bermakna, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. Mencari inovasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tampaknya seorang guru bahasa Indonesia perlu mawas diri karena segala perubahan harus dilakukan oleh diri sendiri bukan orang lain. Ada tiga hal yang patut untuk kita renungkan oleh seorang guru bahasa dan sastra Indonesia yakni; bersemangat, berdedikasi, dan mau berubah dalam menghadapi berbagai fenomena yang menarik dalam kehidupan sebagai guru bahasa dan sastra Indonesia. Dengan semangat yang tinggi ruh pembelajaran dapat diraih, dengan dedikasi dapat mengukur segala aktivitas sebagai dan yang sangat mendasar dari semua itu adalah jiwa seorang guru bahasa dan sastra Indonesia harus bersikap dan berpikir positip atas adanya perubahan.

1.2 Batasan Masalah