101
terutama abstrak hasil penelitian S.3 dengan persetujuan penulis sebelum diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Hal ini perlu dilakukan untuk
menyamakan persepsi antara penulis teks asli dan penerjemah, dengan pertimbangan bahwa abstrak ini merupakan ringkasan hasil penelitian
yang ditulis oleh seorang doktor yang tentu saja kapabilitas keilmuan maupun kepakarannya diharapkan mendekati sempurna.
15. Tinjauan Pustaka dan Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu dan kajian pustaka yang relevan dengan penelitian ini diantaranya dilakukan ditulis oleh sejumlah peneliti atau penulis,
diantaranya: Yang pertama, Esti Junining dari Universitas Negeri Malang yang
diselesaikan pada bulan Nopember tahun 2003. Judul penelitiannya adalah: „The Translation of Thesis Abstracts in the Accounting Department of
Brawijaya University‟. Masalah yang diangkat sehubungan dengan
penerjemahan abstrak tersebut adalah tentang: 1 jenis kesalahan linguistik apa yang ditemukan pada terjemahan abstrak skripsi yang dilakukan oleh
mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Brawijaya Malang, dan 2 bagaimana tingkat keinformatifan dari abstrak yang diterjemahkan tersebut.
Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemkakan sebelumnya maka dapat diketahui bahwa: 1 Jenis kesalahan linguistik terbesar terjadi
pada kesalahan gramatikal yang mencapai 78. 2 Kesalahan terbesar ke dua diikuti oleh kesalahan leksikal 22. Kesalahan paling dominan terjadi pada
frasa yang hilang, frasa yang ditambahi, dan frasa yang melompat yang mencapai 26; Kedua, kesalahan morfologis 17. Ke tiga, kesalahan
kata-kata fungsi 16; ke empat, kesalahan pemilihan kata, kelima kesalahan pada kata-kata istilah dalam bidang ekonomi 1, keenam, kesalahan
sintaksis 7, ke delapan, kesalahan kata-kata isi 5, dan yang terkecil adalah kesalahan dalam penggunaan idiom.
commit to user
102
Meskipun dari hasil penelitian tersebut ditemukan lebih dari 75 kesalahan namun terjemahan tersebut dikatakan masih cukup informatif
dengan kriteria yang didukung oleh bukti-bukti empiris, tidak didukung oleh informasi secara detail, penggunaan paragraf argumentative, penggunaan
bahasa formal, penggunaan bahasa yang tidak mengandalkan emosi, penggunaan style gaya yang tidak objektif sedikitnya frekuensi
penyederhanaan, kolektivitas, ekonomis, dan kongruitas, kata-kata sulit yang hanya sedikit, dan tidak mudah dimengerti.
Dalam thesis tersebut peneliti hanya memusatkan perhatiannya pada aspek kesalahan linguistik dan pemilihan kata serta keterbacaan teks;
Sementara itu dalam penelitian ini penelitimelakukan analisis data lebih luas dan mendalam. Teks abstrak yang dianalisis terdiri atas 2 du bidang
keilmuan yang berbeda, yaitu kedokteran dan teknik sipil dan perencanaan. Adapun aspek yang dianalisis tidak hanya struktur gramatikal atau linguistik
dan keterbacaannya saja, akan tetapi lebih luas lagi, termasuk format penulisan dan keragaman struktur abstrak, struktur abstrak dan tingkat
koherensi Tsu dan Tsa, keakuratan, dan keberterimaan. Ke dua adalah Suraish Kumar, G.K pada tahun 2003 yang menulis
dalam artikel jurnal „Biochemical Engineering Group, the Departmentof
Chemical Engineering, Indian Institute of Technology, Bombay, India. Dia meneliti tentang
„Improving Coherence In Technical Writing‟. Hasil temuan dari penelitian tersebut disebutkan bahwa
„Aspek Koherensi‟ dapat meningkatkan pemahaman suatu teks dan memperlancar komunikasi secara
signifikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa ada 2
dua aspek penting yang dapat berpengaruh terhadap kelancaran berkomunikasi tulis written text communication ini, yaitu: a adanya atau
kesesuaian dalam penggunaan penanda kohesi sebagai perangkat koherensi tools for coherence, diantaranya : repetition or synonymy, antonymy,
commit to user
103
pronouns, parallelism, transition or conjunctive Adverbs conjunction, yang berfungsi sebagai pengikat atau penyambung antara kalimat satu dengan yang
lainnya; b Kemampuan awal dasar , ketrampilan, dan persiapan penulisnya sendiri, yang meliputi: pengetahuan atau wawasan dasar tentang materi yang
akan ditulis, kejelasan pokok-pokoh permasalahan yang akan ditulis sebelum kegiatan menulis dilakukan, dan situasi dan kondisi yang nyaman dan releks
selama proses menulis berlangsung. Yang ke tiga, artikel sehubungan dengan koherensi teks juga ditulis oleh
Heuboeck pada tahun 2009 dengan judul „Some Aspects of Coherence, Genre,
and Rhetorical Structure and their Integration in a Generic Model of Text‟. Artikel ini diterbitkan oleh University of Reading, Language Studies working
Papers, Vol 1 page 35-45. Dalam artikel ini Heuboeck menulis tentang betapa pentingnya konsep koherensi dalam menganalisis teks sehubungan dengan
keutuhan teks nya. Sejumlah artikel lain terkait dengan penelitian ini juga ditulis oleh
Judith Kilborn pada tahun 1998.Topik yang diangkat adalah „Writing
Abstracts‟ yang diterbitkan oleh Literacy Education Online LEO. St Cloud State University, Minnesota. Dua topik yang hampir sama juga ditulis oleh
Koopman, tahun 1997 tentang „How to Write an Abstract‟, Carnegie Mellon
University, dan Williamson, 2008 yang menulis artikel dengan judul „How to
Write a Better Abstract‟, yang diterbitkan oleh Spine Society of Australia, Sydney.
Artikel yang ditulis oleh Kilborn, Koopman, maupun Williamson di atas ketiganya mejelaskan segala hal tentang penulisan teks abstrak dalam
sebuah artikel, disertasi, dan penelitian ilmiah lainnya. Secara prinsip, ketiganya menyatakan bahwa teks abstrak harus memiliki 5 lima struktur
abstrak, yaitu: 1 Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, 2 Tujuan Penelitian, 3 Metodologi, 4 Pembahasan dan Hasil, serta 5 Simpulan. Yang
membedakan antara ketiganya adalah pendapat yang dikemukakan oleh D perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
104
Williamson. Dia mengatakan bahwa selain kelima struktur abstrak tersebut, yaitu: 1 Pendahuluan atau Latar Belakang Masalah, 2 Tujuan Penelitian,
3 Metodologi, 4 Pembahasan dan Hasil, 5 Simpulan, harus ditambahkan satu aspek lagi yaitu berupa 6
„Koherensi Teks„. Aspek koherensi ini merupakan halpenting yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam penulisan
suatu teks. Baik buruknya teks sangat dipengaruhi oleh aspek koherensi ini, karena aspek koherensi dapat berpengaruh terhadap mudah tidaknya teks
tersebut dipahami oleh pembacanya. Selanjutnya adalah Cutting, tahun 2002 dalam bukunya yang berjudul
„Pragmatics and Discourse‟. A Course Book for Students. London and New York, Routledge. Taylor and Francis Group. Sealin itu Halliday Hasan,
tahun 1980 dalam bukunya yang berjudul „Cohesion in English‟. Great
Britain: Longman Group Ltd. Dalam 2 dua buku yang ditulis oleh Cutting maupun Halliday Hassan tersebut dijelaskan hal-hal sehubungan dengan
koherensi teks. Joan Cutting, dan Halliday dan Hasan menjelaskan banyak tentang pentingnya penanda kohesi yang sangat berpengaruh terhadap
koherensi suatu teks. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatannya juga dijelaskan macam-macam kohesi, kohesi leksikal dan kohesi gramatikal,
fungsi penanda kohesi, yang dilengkapi dengan contoh-contohnya. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa
koherensi teks adalah suatu teks yang utuh dimana antara kalimat satu dengan yang lainnya saling mengikat erat dan membentuk satu kesatuan teks yang
utuh sehingga tidak satupun kata, frasa, ataupun kalimat dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sebagai pengikat kalimat satu dengan lainnya atau paragraf
satu dengan paragraf lainnya biasanya digunakan konjungsi atau kata penghubung yang seringkali disebut dengan penanda kohesi, kohesi leksikal
dan kohesi gramatikal.Aspek-aspek kohesi, macam-macam dan pengaruhnya dibahas secara lengkap dan tuntas di buku-buku yang ditulis oleh Cutting
maupun Halliday. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
105
Selain itu Baker tahun 1991 dalam bukunya „In Other Words‟, A
Course Book on Translation‟. London, Great Britain and New York:
Routledge, Linguistics Translation Studies. Dalam buku ini juga banyak dibahas tentang hal-hal sehubungan dengan kesulitan-kesulitan dalam
penerjemahan. Disebutkan bahwa ada 3 tiga hal pokok kesulitan dalam menerjemahkan Tsu ke dalam Tsa, yaitu dalam hal: 1 mencarikan padanan
leksikallexical equivalence,
2 padanan
gramatikal grammatical
equivalence dan 3 padanan tekstual textual equivalence, yang meliputi aspek kohesi dan koherensi. Kesulitan-kesulitan dalam penerjemahan Tsu ke
dalam Tsa juga dikemukakan oleh Halliday Hassan 1980. Selain itu, hal- hal lain terkait dengan kohesi dan koherensi teks juga banyak dibahas dalam
buku ini. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Supana tahun 2012 dalam
disertasinya yang berjudul: „Kajian Terjemahan Penanda Kohesi pada Novel
“Wings‟ karya Danielle Steel ke dalam Bahasa Indonesia‟. Dalam disertasinya
disebutkan bahwa hasil penelitian adalah: a Terjemahan penanda kohesi mengalami perubahan, baik perubahan jenis penanda kohesi maupun
perubahan tataran. Perubahan ini disebabkan oleh perbedaan system persona antara Bsu dan Bsa, perbedaan struktur gramatikalnya, perbedaan kelaziman
penggunaan penanda kohesi, dan perbedaan konteks sosiobudayanya. Perubahan penanda kohesi dalam terjemahan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu perubahan yang bersifat wajib perubahan harus dilakukan oleh penerjemah karena adanya perbedaan struktur gramatikal dan konteks
sosiobudaya, dan perubahan yang bersifat pilihan perubahan yang dilakukan penerjemah karena alas an strategi; b Ada 9 teknik yang digunakan dalam
menerjemahkan penanda kohesi; c Ada 6 enam alasan yang mendasaridalam penggunaan 9 teknik penerjemahan: mengutamakan makna,
menghindari kerancuan, menghindari kemubadziran, membuat variasi, supaya mudah dipahami, dan menyesuaikan dengan sosiobudaya Bsa nya; d Nilai
commit to user
106
keterbacaan terjemahan penanda kohesi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesepadanan makna dan kewajaran bahasa.
Sehubungan dengan
sejumlah penelitian
sebelumnya, yang
membedakan dengan penelitian ini adalah bahwasanya fokus penelitian ini lebih luas daripada penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini,
data yang dianalisis adalah sehubungan dengan padanan pada tataran teks yang mencakup struktur abstrak dan koherensi Tsu, dan Tsa. Selain itu hasil
terjemahan teks abstrak juga dilakukan penilaian dari aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan teks nya. Dengan demikian, penilaian
dilakukan per teks, yaitu per paragraf atau per teks abstrak yang terdiri atas sejumlah paragraf. Berdasarkan hasil temuan, dari 15 limabelas teks abstrak
yang dianalisis, sejumlah teks abstrak tersusun atas 1 satu paragraf, 3 tiga, 4 empat, dan 5 lima paragraf.
B. Kerangka Berpikir
Supaya penelitian dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana maka perlu dibuat kerangka berpikir yang menjelaskankan tentang langkah-
langkah atau alur penelitian yang digambarkan melalui bagan berikut ini:
Tsu Teks Struktur Abstrak Bhs
Ind. Indonesia
Sumber Data Teks Abstrak
Disertasi Disertasi
Klasifikasi Data
Peneliti
Tsa Teks Struktur Abstrak Bhs.
Inggris.
Struktur Abstrak, Kohesi, Koherensi, Struktur Gramatikal
Raters
Tingkat Keakuratan
Tingkat Keberterimaan Kualitas Terjemahan
Tingkat Keterbacaan
Gambar 3 Kerangka Berpikir
commit to user